14. Ayah !

3.1K 229 26
                                    

"Ka...kalian ?"

"Jino ? Akhirnya kamu datang disaat yang tepat. Kemari Nak."

"Buat apa Om Rasya dan Tante Bian kesini ? Kalau untuk menghina Bunda mendingan kalian pergi dari sini." Ucap Algino penuh penegasan. Ia tidak ingin jika kejadian kemarin terulang kembali.

Ia segera mengambil tempat disamping Prilly yang hanya diam daritadi. "Bunda gak apa-apa ?"

Prilly hanya tersenyum tipis. "Bunda gak apa-apa sayang. Lagipula ada sesuatu yang ingin mereka katakan pada kamu Jino."

Algino menyeritkan keningnya. Lalu beralih menatap kedua orang itu yang ternyata Rasya dan Bianca.

"Kalian mau bicara apa pada saya ? Lalu darimana kalian bisa tau tempat tinggal kami ?"

"Hemm kamu tenang saja kami kesini sama sekali tidak ada maksud untuk menghina Bunda kamu. Kami kesini untuk meminta maaf atas kelakukan Kakak saya, Satria padamu dan juga Prilly kemarin. Dan Aluna yang memberitahu kami tentang kalian. Dia pun menyesali perbuatan Papahnya yang begitu menyakiti kalian." Jelas Rasya mencoba meyakinkan Algino.

"Dan tujuan lain kami kesini adalah ... demi Ali."

Deg.

Baik Algino maupun Prilly sama-sama terkejut saat mendengar nama yang sudah puluhan tahun coba mereka lupakan.

"A...apa ? Demi A...ali ?" Suara bergetar Prilly terdengar.

"Iya Pril, selama ini kami mencari keberadaan kalian berdua. Tapi susah sekali untuk menemukan jejak kalian. Dan beruntungnya akhirnya kami bisa menemukan kalian disini." Kali ini Bianca ikut angkat bicara.

"Mungkin kamu dan Jino belum tau jika Ali ... dia mengalami gangguan kejiwaan lebih tepatnya saat kamu dan Jino menghilang dari kehidupannya." Lanjutnya yang sukses membuat sepasang Ibu dan Anak itu terdiam dengan pikiran yang berkecamuk.

"Tidak mungkin ... Ali tidak mungkin gila !"

"Tapi itu nyatanya Prilly. Sungguh dia sangat kehilangan kalian berdua. Mungkin karena rasa depresi nya lah yang membuatnya akhirnya menjadi ... stress dan gila."

"Kalau kalian tidak percaya, kalian bisa cek langsung ke Rumah Sakit tempat Ali dirawat agar kalian bisa lihat bagaimana kondisinya yang semakin hari semakin memprihatinkan."

"Tidak ! Sampai kapanpun aku tidak akan mau bertemu dengannya lagi !" Tolak Prilly. "Lebih baik kalian pergi darisini."

"Tapi Pril ... kamu harus melihat kondisinya walaupun sebentar. Dia merindukan istri dan juga anaknya Prilly." Bujuk Rasya kembali mencoba. "Aku tau kamu pasti kecewa pada Ali karena dia sumber dari semua masalah yang kamu hadapi sekarang kan ? Tapi coba pikirkan ini untuk Jino, apa kamu tidak kasihan padanya ? Biar bagaimanapun dia pasti merindukan Ayahnya. Jangan egois Prilly ku mohon."

Prilly melirik kearah Algino yang hanya diam. Dan yang Rasya bilang benar, ia memang masih marah pada Ali karena berkat dirinya lah semua masalah mulai menghampiri dirinya. Tapi, ia juga melupakan kenyataan bahwa bagaimanapun juga Algino adalah seorang anak yang membutuhkan sosok figur Ayah.

"Kamu ... merindukan Ayah nak ? Kamu ingin bertemu dengannya ?" Tanya Prilly parau kepada Algino.

"Bunda ... Jino ... Jino tidak rindu Ayah ... Jino akan terus bersama Bunda, Jino tidak butuh ... Ayah..." jawab Algino yang sebenarnya penuh keraguan disetiap katanya.

Dan Prilly mengetahui itu. Kedua mata Algino tidak bisa berbohong jika ia sebenarnya merindukan sosok Ayahnya.

Prilly menghela napasnya pendek. Meskipun ia belum siap tapi ia tidak bisa egois. Rasya benar, ini demi anaknya.

Rumah Tangga Bersama Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang