15. De Javu

3.1K 201 11
                                    

Bacanya sambil dengerin lagu yg di Mulmed yaaa karena itu cocok banget.

Ada band- Yang Terbaik Bagimu (Ayah)

***

"Ayah..."

"Ayah ?" Ali menoleh kaget kearah bocah laki-laki berusia sekitar 4 tahun yang tiba-tiba memanggilnya 'Ayah' ini.

"Iya Ayah.. Om kan tadi mau dipanggil Ayah, Ya udah Jino panggil Om, Ayah aja, biar Om jadi orang yang paling seneng sekarang ini.." suara polos anak kecil ini kembali terdengar, bibir tipis berwarna merah dan mata onyx hitamnya membuat hati Ali terenyak mendengarnya. Ia pun mendekati bocah kecil tersebut.

"A..apa tadi kamu bilang? O..om gak salah denger kan?" tanya Ali gugup tidak percaya, air matanya tiba-tiba menetes mendengar suara anak kecil itu yang memanggilnya 'Ayah'.

"Om gak boleh nangis.. Bunda selalu bilang kalau anak laki-laki itu gak boleh ngeluarin air matanya, Om gak boleh cengeng, Bunda benci sama anak laki-laki yang cengeng.. Om gak salah denger kok Om. Om kan tadi minta dipanggil Ayah, yaudah Jino panggil Om Ayah aja biar Om seneng.." anak kecil itu, Algino meletakkan ibu jarinya dipipi Ali. Ia mengelus dengan lembutnya air mata yang membasahi pipi mulus Ali. Wajahnya yang sangat putih dan tampan ini sungguh sangat terlihat polos, Ali pun semakin dibuat terenyak akan kata-katanya.

"Om gak nangis kok.. Kamu anak yang pintar, makasih ya ? Udah coba hibur Om.. Om bener-bener gak nyangka kamu mau manggil Om 'Ayah' cuma biar Om seneng.. Kamu benar-benar anak yang pintar.." puji Ali mencoba menahan air matanya yang sangat ingin menetes itu. Ia berjongkok menyamai tinggi Algino dan tersenyum menatap wajah polos nan tampan Algino.

"Jino seneng bisa manggil Om Ayah.." Algino membalas senyuman Ali dengan melempar senyumannya yang sangat mirip dengan Ali ini, entah mengapa Ia merasa begitu nyaman bisa sedekat ini dengan seorang pemuda asing yang baru Ia jumpai sekarang, Ia merasa ingin terus dekat layaknya apa yang dirasakan oleh Ali juga.

Rupanya ikatan batin antara anak dan Ayahnya ini begitu kuat hingga bisa dirasakan oleh keduanya.

***

"Ka...kamu barusan bilang apa ? Ka...kamu Jino ?? An...anakku ?!" Kini wajah tampan Ali terangkat dan menoleh tepat kearah Algino dengan pandangan sendu dan penuh harap.

Dengan sesegukkan, Algino mengangguk pelan. "Iya hiks... Ayah... aku Jino... Jino putra Ayah..." lirih Algino.

"Ya Allah ... Jino ..." dengan gerakkan cepat, Ali mendekati Algino dan perlahan mulai mengangkat kedua tangannya untuk menyentuh wajah Algino.

Sentuhan ini. Sentuhan yang sudah lama sekali tidak Algino rasakan.

"Benarkah kamu Jino ? Hiks... benarkah ?? Hiks hiks ... kalau pun ini mimpi, aku harap Engkau jangan membangunkanku dari tidurku ya Allah ... hiks .. hiks ... Jino Anakku ... putraku ... hiks hiks hiks ... Ayah kangen Nak ... hiksss ..." tumpah sudah air mata yang tiada keringnya itu terus mengalir di kedua pipi tirus Ali.

"Hiks hiks Ayah ..." tak kuasa, Algino pun memeluk Ali begitu erat. Dekapan hangat yang tidak pernah berubah sejak dulu. Algino merindukannya.

"Ayah ... hikss hiksss ... ini beneran Jino Yah ... Jino ... ada disini untuk Ayah ..." dengan sesegukkan Algino mencoba meyakinkan sang Ayah yang tidak percaya jika dirinya ada disini sekarang.

"Ayah gak boleh nangis.. Bunda selalu bilang kalau anak laki-laki itu gak boleh ngeluarin air matanya hiks .. Ayah gak boleh cengeng hiks .. hiks.. Bunda benci sama anak laki-laki yang cengeng." Lanjut Algino mengucapkan kata-kata yang dulu pernah ia ucapkan saat pertama kali bertemu dengan Ali Dua puluh tahun yang lalu.

Rumah Tangga Bersama Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang