Helaan nafasku membuat darah ini mengalir dengan cepat membawa oksigen keseluruh sudut di tubuhku ini. Membuat jantung ini sebagai alat yang membantuku untuk mengalirkan semua darah dan oksigen ini mengalir sampai ke paling ujung tubuhku yaitu rambut dan kuku. Bila nanti alat ini tak bekerja sebagaimana mestinya lagi, aku tidak tau apa yang akan terjadi dengan tubuh ku ini. Namun kuyakin bahwa Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk menghuni dan merawat raga dan jiwa sampai hari ini. Kita tidak pernah tau kapan Tuhan akan berhenti memberikan izin-Nya untuk aku tetap tinggal di raga ini.

Namun aku bersyukur karna Tuhan masih memberikan izin-Nya kepada ku karna telah memberiku raga dan jiwa ini untuk aku pakai di kehidupan ini. Saat ini, pagi tanggal 29 Oktober 2017 aku masih bisa menghela nafasku dan masih kurasakan detak jantung yang berdegup dengan kencang di dalam dadaku ini. Aku masih bisa ,mmerasa oksigen segar yang kuhirup, melihat rumput dan dedaunan yang bergerak karena angin, dan mendengar alunan musik yang berasal dari acara tetangga sebelah.

Tapi sampai saat ini, aku masih merasa asing terhadap wajah orang-orang yang telah ku kenal sejak lama. Semakin aku melihat wajah mereka semakin ku merasa asing melihatnya. Akupun tidak tau kenapa ini terjadi, yang aku tau mereka semua adalah orang-orang yang dihadirkan Tuhan di kehidupan ini untuk menemani dan memberikan cerita dalam kehidupan ku.

Disaat aku merasa sudah mengenal banyak orang di kehidupan ini, baru kusadari bahwa aku masih mengenal sedikit orang yang hidup bersamaku saat ini. Mungkin aku baru mengenal 1 dari 1.000.000 orang atau mungkin lebih. Hal itu kusadari ketika aku mulai keluar dari rumah. Ketika aku pergi dan selama perjalanan aku melihat orang-orang dengan wajah yang baru dan tingkah laku mereka.

Sekarang aku berada di tengah-tengah orang yang baru ku kenal 1 tahun yang lalu. Orang-orang baru, lingkungan baru, keluarga baru, dan semua yang serba baru. Aku baru mengalami hal ini tepat pada 27 Mei 2016 di hari Jum'at. Untuk pertama kali aku datang dan menetap di kota besar ini dengan tujuan untuk melanjutkan perjuangan ku untuk belajar di Perguruan Tinggi.

Sekarang aku melanjutkan studi ku di Politeknik Negeri Sriwijaya. Sebuah Perguruan Tinggi negeri yang tidak terlalu populer dibandingkan Perguruan Tinggi Negeri yang lain, contohnya saja Universitas Sriwijaya dan UIN Raden Fattah. Orang mengenal POLSRI yaitu singkatan dari nama kampus ku sama seperti UNSRI, pada kenyataanya POLSRI merupakan badan berdiri sendiri.

Di POLSRI aku melanjutkan studi di jurusan Akuntansi yang mana ini bersebrangan dengan jurusan ku waktu SMA yaitu jurusan IPA. Bener sih kata orang-orang, kalau anak IPA telah mengambil lahan anak IPS yang seharusnya di jurusan ini. Tapi bagaimanapun ini sudah takdir yang harus dijalani. Tapi yang kuherankan 1 hal, sekarang banyak anak-anak SMA yang jurusan IPA malahan kuliah ambil jurusan anak IPS sedangkan yang SMA nya IPS kuliah ambil jurusan teknik yang mana itu adalah jurusan IPA.

Ya sudahlah itu adalah pilihan masing-masing individu untuk menulis untuk masa depannya.

Oh ya sampai lupa, perkenalkan nama ku Lestari Sukma Dharmala. Kalian bisa panggil aku lestari, Sukma, dan panggilan lain boleh kalau kalian mau panggil aku. tapi orang-orang disekitarku sering memanggilku dengan sebutan Sukma. Tapi ada beberapa orang memanggilku dengan nama Lestari walaupun tidak banyak. Kalau di lingkungan keluarga, aku mempunyai panggilan yang cukup dibilang aneh mungkin dibilang alay lah atau apapun tapi itu panggilan ku di keluarga ku. Panggilan itu adalah "Ayang" yang mana dalam bahasa Padang artinya saudara perempuan.

Yups Padang, itu adalah tempat kedua orangtuaku berasal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yups Padang, itu adalah tempat kedua orangtuaku berasal. Ayah ku berasal dari Pitalah yaitu sebuah daerah dari Kabupaten Solok. Sedangkan Ibuku berasal dari Pariaman.

Walaupun orangtua ku berasal dari Padang tapi aku dilahirkan disebuah Kecamatan kecil di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Kecamatan itu adalah Bayung Lencir yang terletak di ujung Provinsi Sumatera Selatan yang langsung berbatasan dengan Provinsi Jambi. Oh ya, aku dilahirkan di Bayung Lencir tepat hari Jum'at sebelum adzan sholat Jum'at dikumandangkan. Hari itu tepat pada tanggal 30 April 1999. Yang mana itu terjadi 18 tahun lalu.

Sekarang aku berumur 18 tahun yang alhlamdulillah sekarang sudah duduk di bangku kuliahan semester 3. Ciri-ciri fisik ku yaitu kulitku kuning langsat dan mungkin pula sawo matang, pipi tirus, berhijab, dan tinggi ku 160 cm. Namun berat badan ku 45 Kg, berat badan yang tak pernah berubah dari semenjak aku SMA sampai sekarang. Kalaupun berubah itupun hanya naik 2-3 Kg itu pun tak pernah bertahan lama. Sampai-sampai orangtua ku berusaha keras agar aku bisa menambah berat badan ku. Karena, dikeluarga ku badanku yang paling kurus. Pernah suatu waktu orangtua ku ingin berat badan ku naik, mereka membelikan ku obat penambah berat badan. obat itu bisa dikategorikan ramuan herbal tapi berbentuk kapsul. Ketika aku meminum obat itu, memang nafsu makan ku bertambah namun obat tersebut memiliki efek yaitu setelah makan akan berefek mata menjadi berat dan alamat selanjutnya yaitu ke pulau kapuk. Hal itu tidak bisa dibendung lagi dan ketika aku tidur aku tidak merasakan apa-apa lagi bisa dibilang tidur mati. Untuk beberapa hari orangtua ku tidak mempermasalahkan itu, tapi lama kelamaan jadi masalah karena aku tidak bisa membantu ibu ku dan aku juga sering mengalami susah minum obat itu karena ukuran obat itu yang cukup besar dan sampai obat tersebut tersangkut ditenggorokkan ku. Itu sungguh menyakitkan.

Tapi sekarang aku tidak mengkonsumsi lagi obat itu. Sekarang berat badan ku masih sama seperti waktu aku SMA yaitu 45 Kg.

AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang