#4 : Caffeine Run

24 5 0
                                    

●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Tahun 2046
- Unknown City -

●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

"Lagi-lagi.. ini sudah kasus pembunuhan yang ke-6! Apakah tidak ada cara untuk mendeteksi siapa pembunuhnya?" Tanya Wilder.

"Yang jelas cara yang digunakan oleh Buzz si pembunuh untuk membunuh korbannya selalu sama. Ada semacam alat pemotong yang begitu rapi di sekitar leher korban dan ia hanya mengambil kepalanya saja" ujar Sam.

"Ada bau gosong lagi di sekitar leher mayat! Sebenarnya apa sih yang dia lakukan?" kata Jenny.

"Jen.. Kamu itu seorang perempuan yang sudah berkeluarga. Kenapa kamu ikut ke tempat seperti ini? Bagaimana kabar anakmu, Janice?" ucap Wilder.

"Janice sudah cukup besar dan mandiri untuk menjaga dirinya sendiri. Lagipula dia ada diluar sekarang.." Jenny menunjuk ke arah luar jendela kamar mayat.

"Hey! Apakah kamu sudah gila? Anak berumur 8 tahun kamu bawa ke tempat seperti ini? Sam! Cepat urus istri dan anakmu itu! Biar aku yang lanjutkan investigasinya." Kali ini Wilder lebih gusar dari sebelumnya.

"Mohon maaf tuan, jangan ribut di dalam ruangan ini" tegur seorang dokter penjaga kamar mayat.

"Maafkan saya. Psstt! Sam! Cepat bawa istri dan anakmu pulang sekarang! Kamu tahu kan betapa berbahayanya kasus ini? Bisa jadi korban selanjutnya adalah istri dan anakmu! Karena korban dia selalu perempuan!" Wilder akhirnya berhasil menakut-nakuti Sam.

"Honey.. Kita keluar dari sini yuk" kata Sam kepada Jenny.

"Tapi kan kalian pasti membutuhkan seorang psikolog handal sepertiku untuk mengetahui motif si pembunuh?" Jenny berusaha mencari alasan.

"Kita bicarakan diluar ya." Sam pun melepaskan sarung tangannya dan menarik Jenny keluar dari ruangan itu.

"Papa.. Mama.. Apakah pekerjaannya sudah selesai?" teriak Janice kegirangan sambil berlari ke pelukan ayahnya.

"Masih belum sayangku.. Tapi mama akan menemanimu pulang ke rumah" ujar Sam.

"Apakah kamu ingin mengusirku dari kasus ini? Kamu tahu kan bahwa aku juga ditugaskan dalam kasus ini untuk menyelidiki motif si pembunuh?" celoteh Jenny.

"Bukan begitu maksudku Jenny. Tolonglah demi Janice kalian pulang duluan, ya?" Sam berusaha membujuk sang istri.

"Heisss... Baiklah.. Janji jangan pulang terlalu larut malam ya, honey" Jenny mencium pipi kanan Sam dan ia pun membawa Janice pergi dari tempat itu.

"Eh.. Jenny... Aku baru ingat ada proyek SC-NC1 yang ketinggalan di lab rumah, apakah kamu bisa tolong aku membawanya kesini lagi setelah mengantar Janice pulang?" teriak Sam.

"Oke. Nanti pasti kubawakan." Jawab Jenny sambil mengangkat jempol tangan kanannya.









●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Beberapa Jam Kemudian

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Run.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang