Hilang-2

281 27 1
                                    

Sudah sekitar lima hari aku berada disini, di pengungsian. Tempat yang aman karena ada beberapa polisi yang berjaga.

Tapi tetap saja aku belum tahu kabarnya selama lima hari ini. Aku sangat mencemaskan keadaannya. Kuharap dia baik-baik saja. Ribuan do'a tak henti kupanjatkan dalam setiap shalat dan hatiku.

Ya Allah, lindungi dan jagalah dia.

Sore ini aku sedang jalan-jalan di sekitar pengungsian bersama Yera temanku. Bosan juga sebenarnya disini. Tanpa sekolah. Aku sudah sangat merindukan suasana kelasku. Aku rindu mereka semua.

Langakah kami berhenti tepat tengah dipadang ilalang yang bergoyang karena hembus angin.
Rambutku yang terikat ekor kuda juga ikut bergoyang.

Kuambil salah satu bunga ilalang yang berwarna putih itu. Aku memainkannya dengan sendu.

''Kamu belum dapat kabar tentang dia?'' Yera bertanya, saat menyadari aku hanya diam, memandang kosong pada bunga ditanganku. Tanpa mengalihkan pandangan, ku gelengan kepalaku pelan, bagiku itu sudah cukup untuk Yera mengerti maksudku.

''Jangan sedih gitu, yakin deh dia pasti masih hidup!''

Mungkin Yera bermaksud menghibur dengan berkata seperti itu, tapi bagiku itu malah membuatku semakin memikirkannya. Bagaimana jika dia---

Tidak! Aku yakin saat ini dia pasti baik-baik saja. Aku percaya padanya. Aku yakin dia baik-baik saja.

Aku yakin.

Air mataku kembali menetes. Memikirkan kondisinya saat ini membuatku sangat sakit. Aku memang berharap dia baik-baik saja, tapi tak ada seorangpun yang tahu kondisi aslinya.

Jika kalian bertanya siapa aku? Aku adalah orang yang menyukainya, sejak empat tahun lalu. Menyukai dalam diam dan do'a yang selalu kupanjatkan pada sang pencipta.

Tanpa sadar, aku sudah duduk meluruh diatas rumput dan ilalang. Kucengkram dengan erat kaos yang kupakai dibagian dada. Sakit, ini sakit. Memikirkannya membuat merasa gila.

Andai waktu bisa diputar kembali, aku akan memaksanya berlari bersamaku. Atau aku akan bertahan bersamanya, agar tak merasa terambing dalam berbagai praduga.

''Ya ampun Retta!'' Ujar Yera panik, ikut duduk disampingku, lalu memeluk ku dengan erat.

''Re, maaf! Aku tadi beneran gak maksud buat kamu sedih.'' Lanjutnya penuh penyesalan yang kujawab dengan isakan.

''Sakit Ra, rasanya benar-benar membuatku akan gila. Memikirkan bagaimana keadaannya saat ini menyesakan rongga dadaku.'' Aku berkata dengan jelas menahan isak.

''SAKIT BANGET RA!'' Jeritku dengan kaki menendang tanah yang menjadi pijakan. Dan sebelah tangan yang memukul-mukul dadaku sendiri, berharap sesaknya akan berkurang.

''Retta!'' Lirihnya memeluk ku dengan erat. Ku tenggelamkan Wajahku dalam pelukannya.

Kalian tidak akan mengerti dengan yang aku rasakan, karena kalian tidak mengalaminya sendiri. Jika kalian mengalaminya, kalian akan seperti aku, menangis tanpa bisa melakukan apapun selain berdo'a.

Kepada Pencipta ku titipkan dia. Kepada angin bisikan padanya aku menantinya dalam isak ku. Kepala semesta ceritakan padanya bahwa tangisku pecah karenanya.

Ya Allah, jagakan dia.

***

Revisi
Sukanagara, 6 Juli 2018

Kepada malam ku titip rindu padanya yang berjarak ribuan kilo dari ku. Sampaikan padanya bahwa aku merindukan senyum, tawa, canda, jail, suara, dan hadirnya.

Dewi

Our Time (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang