Friends 4

19 5 0
                                    

"Aley?"

Aku menoleh mendapati adik kecilku berdiri di ujung pintu kamarku. Gadis kecil itu menatapku bingung disana, alih alih ia mendekatiku. Aku buru-buru menghapus air mataku.

Sesampainya dihadapanku, gadis kecil itu mendongakkan kepalanya untuk menatapku. Dimata biru mudanya yang Indah itu menatapku penuh tanda tanya. Kadang aku iri dengan warna matanya yang mewarisi Mata Ayah.

"Kau tak apa, Aley?" Tanyanya polos.

Memaksa bibirku tersenyum padanya aku mengelus lembut rambut hitamnya.

"Kenapa kau ke kamarku?" Tanyaku mengalihkan pertanyaannya.

Hell aku tak akan pernah menceritakan kejadian yang sebenarnya padanya. Apalagi gadis itu masih kecil diotaknya pasti penuh dengan fantasi fantasi yang tak masuk akal, seperti cerita dongengnya misalnya.

Adikku tersenyum lebar. Wajah polosnya membuatku gemas ingin mencubitnya namun aku tak suka memanjakannya, aku tipekal kakak yang cuek padanya. Oh Malang sekali Rebecca.

Raut mukanya yang menginginkan sesuatu membuatku tau maksud jalan pikirannya. Sebentar lagi dia pasti mengeluarkan buku tebalnya yang berupa sebuah dongeng dan memintaku untuk membacanya. Huft!.

"Aku tahu maksud dari senyumanmu, Becca." Ucapku tersenyum.

Gadis kecil itu tiba-tiba mengeluarkan buku andalannya kehadapanku, ah benar saja buku dongeng sialan itu. Aku sangat tak menyukai kisah kisah klise mereka, begitu membosankan dan ku rasa itu tak pernah Real?.

Aku bahkan bingung bagaimana bisa gadis kecil ini menyimpan buku setebal itu di tubuhnya yang mungil.

Rebecca berlari kecil ke ranjangku memposisikan tidurnya yang membuatnya nyaman. Bibirku tersenyum melihat tingkah lakunya. Menoleh kebelakangku kembali, menatap balkonku yang sepi dengan angin malam. Aku berharap lelaki itu berdiri lagi disana dan mengulang beberapa menit yang lalu. Namun itu hanyalah khayalanku semata. Mengapa harus seperti ini mencintaimu Justin?. Menghela nafas sebentar segera saja ku tutup pintu jendelaku yang menghubungkan dengan balkon.

Aku mendekati Rebecca yang tengah siap mendengarkan dongeng dariku. Menghela nafas berat aku duduk di ranjangku lebih tepatnya sebelah Becca. Tanganku membuka buku dongeng itu, ah sangat berat. Bagaimana bisa gadis kecil ini selalu membawa buku ini?. Lembar demi lembar ku buka, semua kisah ada disini.

"Kau mau cerita apa?" Tanya ku. Masih dengan membuka lembar demi lembar.

"Jangan Cinderella, kemarin Mom sudah menceritakannya empat kali, aku bosan." Jawabnya santai.

Aku jadi merasa kasihan dengan Mom pasti dia lelah dan bosan dengan menceritakan kisah kisah itu setiap hari pada Rebecca. huh, Beda sekali denganku dulu.

"Baiklah, Snow White dengan 7 kurcacinya. Kalau kau menolak aku tak akan membacakan dongeng untukmu!."

Gadis kecil itu sempat menolak namun mendengar kata-kata terakhirku dia mengurungkan niatnya.

"Kau harus berjanji setelah aku menceritakan dongeng ini, kau harus tidur!."

"Kau juga harus berjanji harus menceritakannya sampai selesai!" Balasnya tak mau kalah.

Mataku memincingnya kesal. Egonya memang besar jika tentang dongeng.

Mengehela nafas berat aku mengangguk setuju, "Baiklah aku berjanji."

Aku memposisikan tubuhku agar nyaman dan mulai bercerita dihadapannya.

"Pada suatu hari hiduplah anak kerajaan yang manis dan cantik bernama Snow White. Ia memiliki ibu tiri yang kejam bernama Regina tapi aku lebih suka menyebutnya The Evil Queen--"

F.R.I.E.N.D.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang