.
.
.
.
Kenapa dia selalu menolak niat baikku?
Kenapa dia selalu menolak sebelum memberikan kesempatan padaku.
Aku masih duduk bersimpuh di samping kursinya. Menunduk dengan tangan mengepal di atas kedua pahaku."Sakit."
Aku bisa merasakan jika mataku memanas dan sebentar lagi dapat kupastikan air mata kesedihan itu akan tampak di kedua sudut mataku.
"Hiks..."
Apakah perasaanku tak akan pernah tersampaikan dengan baik kepadanya? Jika terus menerus seperti ini perkataan-perkataan yang telah disampaikan oleh sinb akan menjadi benar.
Cintaku.
Cintaku bertepuk sebelah tangan.
Tidak ada kesempatan untukku menumbuhkannya, sudah tidak ada lagi harapanku untuk mengembangkannya sehingga aku bisa merasakan manis dan indahnya dari satu kata yang di ketahui sebagai cinta."Hiks..."
"Yerin..."
Semakin banyak yang mengelilingiku semakin deras air mata yang tumpah dari kedua mataku. Aku seakan tampak berkali lipat menyedihkan dari apapun, duduk bersimpuh dengan menunduk, dengan wajah berurai air mata.
Aku tidak ingin seperti ini.
Aku ingin melakukan sesuatu dan akan kulakukan.
.
.
.
.Yuju P.O.V.
Aku menadahkan tangan agar rintik hujan dapat terasa menyentuh kulitku.
Terasa dingin dan menyejukkan.
Aku menutup mata. Berdiri seorang diri berlindung di halte bus tanpa ada yang mengganggu imajinasiku.Benarkah hari baru berjalan setengahnya? Kenapa mataku menangkap pemandangan yang semakin menggelap.
Matahari telah bersembunyi.
Kini hanya ada awan mendung dengan rintikan hujan yang semakin deras.
Aku mendekap tubuhku. Semakin mengeratkan hoddie biruku. Tak ada orang lain disini, semua telah berlindung di tempat lain yang memanjakan mereka dengan rasa hangat, hanya ada seorang aku yang terjebak dalam derasnya hujan dan dinginnya udara."Dingin."
Apa yang dingin? Hatiku atau kah tubuhku?
Aku menunduk. Menarik kepala hoddie agar menutup kepalaku.
"Errr."
Aku menggigil hingga gigiku bergemelutuk ringan. Udara semakin menjerat suhu tubuhku. Tanganku membeku hingga aku harus meniupkan udara dari mulutku untuk menghangatkannya.
Aku menengok ke kiri dan kanan mencari-cari siluet bus yang biasa ku tumpangi.
"Yerin?"
Sosok mungil itu. Di bawah rintikan hujan yang bisa menyakiti tubuh berjalan dengan pelan tanpa perlindungan apapun.
Dan ketika kami hanya berjarak beberapa meter serta pandangan kami bertemu dia tiba-tiba berlari mendekat. Seolah yerin menemukan apa yang telah dia cari. Seolah-olah dia tengah mencariku.
Aku bisa melihat pakaian dalamnya yang tembus karena kemeja sifon putihnya basah. Aku memalingkan wajahku.
"Bahkan melihatku pun kau tidak mau?"
Suara lirihnya membuatku berpaling menatap mata yerin yang memerah.Mungkinkah bekas menangis saat siang tadi? Aku mendengar kabar jika yerin menangis di kelas tanpa ada yang tahu sebabnya.
Tapi kenapa masih berbekas sampai sekarang jika kejadian itu telah berlalu beberapa jam yang lalu? Apa dia menangis kembali setelah jam sekolah telah berakhir hingga sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret admirer (yeju) END
FanfictionPada diriku aku bertanya apa menariknya dirimu, tapi mata ini terus menatap seakan hanya ada kamu seorang fikiranku hanya terpusat pada mu Maafkan sikap dinginku, semua itu aku lakukan karna tidak ingin menyakitimu jauh dilubukhati ini aku mencintai...