2. Satu Sofa untuk Berdua

992 98 10
                                    

Jaehwan mengambil jaketnya yang tergantung di kursi belajar. Padahal gerak-geriknya biasa saja namun mampu membuat Minhyun merasa terusik.

"Kau mau kemana, Jaehwan-ah?" tanya Minhyun setelah menyadari bahwa Jaehwan rapi sekali seolah-olah hendak pergi rapat kedinasan.

"Ah jadi begini Hyung," Jaehwan menoleh ke arah Minhyun yang masih rebahan di kasurnya sambil memegang buku pelajaran. "Aku akan membeli sebuah TV."

Minhyun langsung beranjak dari kasur dan meletakkan bukunya di atas meja belajar.

"Aku akan menemanimu." Minhyun membuka lemari dan segera mengganti pakaiannya. Jaehwan dengan cepat menolak, bisa-bisanya Hyung yang satu ini malah pergi menemaninya disaat sedang sibuk dengan persiapan ujian.

"Tidak perlu, Hyung. Aku bisa pergi sendiri." Jaehwan masih memperhatikan Minhyun mengganti pakaian. Berapa kalipun dilihat, ia tak dapat mengakui bahwa Minhyun memiliki tubuh yang bagus dan berhasil membuat Jaehwan merasa iri. Lihatlah bahkan sekarang perut Jaehwan mulai membuncit karena baru saja dia memakan dua bungkus ramyeon.

"Dengan lengan yang sakit seperti itu? Kau mau membuatku tertawa?" Minhyun membalas perkataannya dengan pedas. Setelah seminggu latihan band secara berlebihan membuat tangan Jaehwan keram dan membengkak. Karena hal itu juga bandnya harus berhenti latihan demi kesehatan dirinya.

---

Wajahnya polos sama seperti sifatnya. Tidak sulit untuk mengambil hati Jaehwan, saat ini mereka berdua sedang berada di dalam mobil Minhyun menuju daerah Gangnam untuk membeli TV. Terlahir dengan jiwa seorang penyanyi, Jaehwan tidak dapat menahan dirinya untuk memutar radio di mobil Minhyun. Sepanjang jalan mereka berdua bernyanyi sambil berteriak—berhubung Minhyun juga suka bernyanyi. Setelah itu mereka akan bertepuk tangan puas jika lagunya menyenangkan atau tertawa cekikikan jika melakukan hal bodoh.

Tak butuh waktu lama karena jalanan memang lumayan sepi, mereka sudah sampai di toko perabotan rumah tangga. Sebenarnya Minhyun merasa sedikit heran mengapa Jaehwan malah ke toko perabotan rumah tangga karena seharusnya mereka ke toko elektronik.

"Di sini sedang ada diskon besar-besaran, Hyung." bisik Jaehwan, tanpa diminta. Ungkapan darinya cukup membuat Minhyun tidak merasa penasaran lagi.

Jaehwan sudah memutuskan untuk membeli TV kecil yang cocok untuk kamar kecil mereka. Jaehwan mengangguk puas melihat TV yang ia beli menggunakan uangnya sendiri.

"Jaehwan-ah, menurutmu sofa mana yang bagus?" Minhyun menepuk pelan bahu Jaehwan, membuat sang empunya bahu menoleh. Seorang Jaehwan yang mencintai kenyamanan tanpa babibu langsung menunjuk sofa paling besar dan empuk.

"Pasti akan menyenangkan jika bisa berbaring di sofa itu." Imajinasi liar tentang bermalas-malasan di kamar telah menghantui Jaehwan. Ia membayangkan dirinya duduk di sana sambil menyantap semangkuk ramyeon hangat di pagi hari.

"Oke aku akan beli sofa itu."

"—EH?!"

Minhyun tersenyum kaku, "Katamu itu yang paling bagus. Aku berencana untuk meletakkannya di kamar kita. Kita bisa menonton TV sambil duduk menggunakan sofa itu."

Jaehwan menggeleng dengan cepat, ia tidak terima dengan ungkapan yang sangat tiba-tiba itu. Ia tahu sofa itu pasti mahal dan Minhyun tidak akan lama lagi tinggal di asrama berhubung dia sudah tingkat akhir. Sangat sia-sia jika Minhyun menghamburkan uang banyak hanya untuk sebuah sofa.

"Tidak, jangan beli. Jangan beli sofa itu."

"Kenapa memangnya? Kau sudah membeli TV, aku akan membeli sofa." Minhyun bersikukuh dengan pendiriannya membuat Jaehwan semakin kesal dan tidak enak hati.

room mate; minhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang