Bab 4 - Terucap

541 18 0
                                    

Percayalah, teman adalah pengganti keluarga nomor satu apabila kau berada di luar

-Nicolen Prameswari-

[]


Keesokan harinya, Sela ditimpa suatu hal yang membuatnya tidak bisa berangkat ke sekolah hari ini. Demam. Ya, sudah biasa untuk semua orang di muka bumi ini. Karena rutinitas yang buruk atau bahkan faktor lain.

"Padahal gue mau balikin jaketnya, ugh! Sialan," gerutu Sela yang sedang berbaring dan mendapatkan dirinya diselimuti dengan bedcover.

Tiba-tiba Mama nya Sela, yang bernama Olivia itu masuk ke kamar Sela sambil membawa nampan yang terdapat semangkok bubur diatasnya.

"Makan bubur Sel, biar badan kamu enakan," ucap beliau lembut. Ia duduk disamping anak perempuannya itu. Sela menurut.

"Mama suapin aja, haha." Olivia mencoba melawak. Sela tersenyum simpul.

Ditengah menyuapi anaknya itu, Olivia bertanya. "Kemarin emang pulang nya gimana?" Sela yang sedang menelan bubur pun menjadi tersedak. Ia cepat-cepat mengambil botol berisi air di sebelah bantalnya.

"Ah! Jangan tanya itu dong, Ma." Jawabnya dengan malu-malu. Mamanya hanya terkekeh melihat anaknya tersebut.

"Ya khawatir aja. Emang siapa yang anter pulang?"

"Anu.. anak baru di kelas." Jawab Sela singkat.

Olivia menatap Sela lekat-lekat. "Anak baru? Oh, anak mama kasmarannya cinlok, cieee!" ledek beliau sambil menggoyangkan bahu Sela yang sedang senyum-senyum sendiri.

"Dia yang kemarin minjemin jaket juga Ma, makanya Sela mau cuci jaketnya." Jelas Sela menambahkan.

"Baik banget ya, kapan-kapan undang ke rumah sini. Biar kita makan bareng gitu, hahaha." Ledek Olivia lagi. Ia berdiri membawa nampan dan berjalan keluar dari kamar Sela. Sela hanya duduk diam menatap sosok mamanya hingga pergi.

"Undang.. ke rumah? Aduh! Kenapa mikirin banget sih Sel! Kamu kan gaksuka cowok tipe begitu!" gerutunya sambil menepuk-nepuk pipinya.

*

Satria yang nyaris saja terlambat itu memarkirkan motornya. Lalu ia berjalan memasuki kelasnya. Namun ia tidak dapat menemukan sosok berisik itu di bangkunya. Akhirnya ia memanggil teman Sela, Nicole yang sedang asyik mengobrol dengan Rahma.

"Napa lo?" tanyanya langsung. Satria menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Temen lo mana?"

"Temen yang mana? Temen gue banyak kali," jawab Nicole dengan jahil.

"Maksud gue, temen lo yang berisiknya kaya radio." Jelas Satria lagi. Nicole hanya tersenyum simpul tanda mengerti siapa orang yang dimaksud lelaki di hadapannya ini.

"Sela? Ehem, napa lo nyariin dia?" Satria hanya menutup mulutnya dan menatap kearah lain.

"Em.. keknya ga masuk ya?"

"Iya ga masuk. Katanya demam,"

"Oh gitu, yaudah makasih." Satria beranjak pergi.

"Dingin parah, gile."

*

Satria sedari tadi hanya bosan melihat gurunya berbicara tidak jelas mengenai rumus. Ia melirik sekilas kearah kursi yang biasa Sela duduki, namun kosong.

Ia menyenggol teman sebangkunya, Ryan. "Yan, gue males deh."

"Sama bro, itu botak bacot mulu daritadi dah. Cabut aja yok, bareng squad kita nih," kata Ryan sambil menunjuk-nunjuk belakang bangku mereka.

"Gila lo ini gimana, gue duluan deh yang keluar." Satria dengan sigap keluar dari kelas sambil membawa tas selempangnya. Pak Guru yang sedang menjelaskan rumus abstrak itupun berteriak.

"Ade Satria!!" teriakan itu terdengar dari luar kelas, namun Satria acuh tak acuh dan berlari menuju parkiran motor. Disusul empat temannya yang katanya sudah menyusun rencana untuk pulang lebih awal alias cabut.

"Bro, gak nyangka lo murid baru udah suka cabut." Ejek Ryan yang sambil menyalakan mesin motornya.

"Bukan gitu, gue jenuh sama matematika. Gurunya gak enak pula, mana abis matematika tuh ekonomi bro. Yakin kepala lo gak meledak?"

"Hahaha bisa aja lo! Iya sih, gue nyesel sekolah anjer. Gabisa tidur." Sahut temannya yang sedang memperhatikan penampilannya dengan seksama, Vano.

Satria menaiki sepeda motornya dan pamit kepada teman-temannya. "Gue pulang dulu."

Satria yang mengendarai motornya itupun memiliki niat untuk mengunjungi rumah Sela. Ia tak bisa berhenti tersenyum. Akhirnya Satria memarkirkan motornya didepan gerbang bercat hitam yang menjulang tinggi.

Olivia yang sedang menyirami kebunnya pun terkejut melihat sosok lelaki berbaju SMA berdiri didepan gerbang rumahnya. "Eh, siapa ya?"

Satria mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. "Em, Satria tante. Yang kemarin nganter Sela pulang,"

Olivia melempar selang penyiraman ke sembarang tempat dan menghampiri Satria. "Masuk aja yuk! Panas-panas gini juga. Biar tante buat minum yah, oh motor kamu bawa masuk aja." Kata Olivia girang sambil membukakan gerbang rumahnya. Satria menganggukkan kepalanya. Ia menuntun motornya masuk kedalam pekarangan rumah Sela. Lalu ia memasuki ruang tamu.

"Sela nya diatas, lagi demam. Jenguk aja kalo mau, hihi." Kata Olivia disertai menyengir. Satria menaiki anak tangga dan tiba didepan sebuah pintu.

Satria memberanikan diri membuka pintu kamar itu. "Jadi, lo bisa sakit?"

Sela yang sedang berguling-guling diatas kasur pun terlonjak kaget. "Hah? Sejak kapan lo dateng!" Sela menunjukkan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Pipinya memerah semu.

"Barusan. Lo baring aja, aneh. Kemarin lo berisik, sekarang lo diem kek patung." Ledek Satria sambil mengacak-acak rambut Sela.

Sela yang berbaring pun tersenyum kearah lelaki yang sedang berada di hadapannya ini. "Hehehe,"

"I think, I fell for you Sel," Ucap Satria.

"Maksud.. lo?"

[]

*

Haii, makasih (lagi) bagi yang mau buang waktunya demi karya rombakan ini, lol. Like, vote, dan komentar akan jadi sebuah dukungan buat Authornya lho. Makasii

Regards,

MomentsWhere stories live. Discover now