Hari Dimana Kita Memulainya

27 5 0
                                    

“bolehkah Aku bertanya sedikit ?”

“apa yang ingin Kamu tanya kan ?”

Aku tidak ingin bertanya kasar, namun jika Aku tidak menanyakan hal ini, mungkin akan membuat perasaanku resah, jadi Aku akan memberanikan diri untuk bertanya.

“apakah Kamu tidak tau sama sekali tentang Fisika ?”

“hhmmm…. Sepertinya kurang lebih begitu”

“bukannya Kamu mengikuti pelajaran Fisika tadi dengan baik ? Aku melihat setiap kali guru menjelaskan Kamu selalu mencatatnya”

“ohh… catatan tadi… sebenarnya yang Aku tulis itu bukanlah materi Fisika, tapi tentang penggunaan keuanganku pada bulan ini”

“kenapa Kamu mencatat penggunaan keuanganmu ? Kamu tinggal sendirian ?”

“Aku mencatat penggunaan keuanganku agar Aku mengetahui bulan ini Aku dapat menyisahkan berapa persen untuk ku tabung, dan juga Aku tidak tinggal sendiri, kedua orang tuaku bekerja hingga larut malam, jadi Mereka memberikanku uang saku untuk per bulan”

“jadi, kenapa Kamu ingin Aku mengajarimu tentang Fisika ?”

Aku akan mendengar jawabannya, jika jawabannya kurang memuaskan, Aku akan menolak untuk mengajarnya, tapi jika jawabannya cukup bagus, mungkin Aku akan mempertimbangkannya.

“sebenarnya… Aku ingin masuk ke sebuah Universitas yang berbasis Fisika, Aku ingin menemui seseorang di sana, Dia adalah orang yang membawaku keluar dari kegelapan dunia menuju ke dunia yang lebih menyenangkan, Aku ingin jadi seperti Dia, maka dari itu sejak SMP Aku selalu belajar Fisika, namun Aku kesusahan untuk memahaminya hingga sekarang, saat Kamu datang, Aku merasa seperti hanya Kamulah yang bisa membantuku”

Aku mulai berpikir bahwa perempuan ini memiliki sikap yang sangat aneh dan sangat berbeda saat berada dalam kelas, mungkin seharusnya Aku menolaknya karena menurutku alasannya seperti dibuat - buat hanya untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain, tapi setelah Aku pertimbangkan, ada baiknya juga Aku mengajarinya Fisika.

“baiklah, kapan Kita mulai pembelajaran Kita ?”

“a-apakah Kamu mau mengajariku ?”

“iya Aku akan mengajarimu, tapi dengan 1 syarat, Kamu harus mencatat apa yang Aku katakan”

Setelah Aku mengatakan hal itu, perempuan itu langsung mengeluarkan buku catatannya, kenapa Dia sangat hyperaktif gitu ya ?

Aku pun membuat janji dengannya bahwa, besok Aku akan mengajarinya saat pulang sekolah, dan Aku akan menunggumu di perpustakaan, setelah membuat janji dengannya akhirnya Kami pulang bersama walaupun perasaannya agak kecewa karena bukan hari ini Aku mengajarinya. Saat Dia mengikuti rute pulangku, Aku berpikir, kenapa Dia mengikutiku ?, dan ternyata saat Aku sampai di depan rumahku, rumahnya berada di sampingku, itu cukup membuatku kaget, karena saat Aku melihat ke arah rumahnya, rumahnya sangat gelap, mungkin ini yang Dia maksud tadi tentang kedua orang tuanya bekerja hingga larut malam.

Tiba – tiba, ada sesuatu yang membuat hatiku resah, perasaan apakah ini ? kenapa hatiku merasakan perasaan ini saat melihatnya ? Aku kebingungan dan Aku akhirnya memutuskan untuk masuk ke rumah, namun perasaan ini sangat menggangguku, di tengah kebingunganku, Aku pun memutuskan untuk mengeceknya di rumahnya. Aku berlari menuju rumahnya dan mendapati Dia pingsan di dalam rumahnya, Aku pun segera mendekatinya dan mengecek apakah Dia baik – baik saja, tiba – tiba perutnya berbunyi dengan sangat besar, jadi… Dia kelaparan…. Aku kira Dia terkena demam dan ternyata Dia hanya kelaparan, tunggu… jangan bilang karena uang sakunya yang mulai menipis, Dia tidak makan seharian ?! Aku membawanya ke dalam kamarnya dan membaringkannya di kasurnya, serta Aku akan membuatkannya makanan, maaf Aku pinjam dapurmu, setelah selesai Aku membuatkan makanan untuknya, Dia pun terbangun dan kaget.

“ke-ke-kenapa Kamu ada di rumahku !!!”

“Aku kesini ingin mengecek keadaanmu, tapi Kamu tadi pingsan, apakah Kamu pingsan karena tidak makan seharian ?”

“yah, karena sudah ketahuan, maaf ya merepotkanmu, sebenarnya uang sakuku menipis, Aku tidak tau harus apa lagi dan pilihan paling tepat adalah tidak makan”

Kenapa perasaan ini muncul lagi, perasaan ini cukup menggangguku.

“kalau Kamu mau, Kamu bisa datang ke rumahku untuk makan bersama denganku, itu kalau Kamu tidak keberatan”

Aku mengatakan hal itu agar perasaan ini bisa menghilang.

“y-ya, terima kasih banyak”

Saat Aku mendengar Dia berterima kasih padaku, Aku melihat Dia meneteskan air mata sambil tersenyum, melihat itu, ada sebuah dorongan yang muncul dalam diriku untuk melindungi senyumannya.

Act 2 - END

Koi no Monogatari : What Happen If I Fall in Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang