Saat Dimana Semuanya Berubah

14 4 1
                                    

Kenapa saat Dia tersenyum sambil meneteskan air mata, hatiku tiba – tiba merasakan kesakitan ? sebenarnya apa arti dari rasa sakit itu ? Aku terus memikirkannya sambil melihat bintang – bintang dari dalam kamarku, sekarang sekitar jam 3 pagi, dan Aku juga sempat beberapa kali melihat ke arah rumahnya, walaupun Aku tau, Dia tidak akan bangun jam segini, oh iya Aku lupa menanyakan namanya, mungkin akan ku tanya nanti saat di sekolah, Aku pun kembali ke tempat tidur, namun anehnya Aku tidak bisa tidur seperti biasanya, kenapa Aku tidak bisa tidur ? apakah perasaan tadi malam masih menggangguku ? Aku pun mencoba untuk tidur.

Tok… tok…

Jam 6 ? siapa kira – kira yang datang jam segini ? Aku pun membuka pintu dan melihat perempuan itu sudah siap untuk berangkat sekolah.

“kenapa Kamu datang kemari ?”

“Aku datang karena ingin pergi ke sekolah bersamamu”

“kenapa Kamu tidak pergi sendiri saja ke sekolah ?”

“tidak mau, Aku mau pergi ke sekolah bersamamu”

Menyusahkan sekali. Sebenarnya apa yang membuat Dia bersikap begitu ?

“alasannya ?”

“alasannya…… mungkin karena Kamu adalah tetanggaku ?”

“Aku tutup pintu ya”

“jangan !!! baiklah, baiklah akan ku beritahu Kamu alasannya”

“ku beri Kamu waktu 1 menit untuk memberikan alasanmu”

“alasannya…. Karena…… Aku….. menyukaimu”

“maaf, Aku belum bisa menerimanya, karena Aku belum mengetahui perasaanku yang sebenarnya”

“oh begitu ya ? jadi seperti ini rasanya ditolak ?”

Kenapa Dia tersenyum sambil meneteskan air mata lagi ? apa Dia menahan rasa sakit karena Aku menolaknya ? kenapa hatiku merasa sesak ?

“maaf”

“tidak, Kamu tidak salah, sebenarnya Akulah yang salah karena datang ke rumahmu se pagi ini, maaf ya sudah mengganggu, Aku akan pergi ke sekolah sendiri”

Tidak, Aku tidak bisa membiarkannya pergi.

“tunggu, Aku akan pergi bersamamu jadi tunggulah”

Dia membalikkan badan dan mengatakan iya dengan tersenyum sambil menangis, jujur hal itu membuatku merasa sedikit terganggu.

“dan 1 hal lagi…. Akan kupikirkan lagi dengan matang perasaanku yang sebenarnya”

Kata – kata itu keluar dengan sendirinya dari mulutku.

“baik”

Dia tersenyum padaku dan itu membuat dadaku semakin sakit.

"tunggu sebentar, Aku bersiap - siap dulu, tunggulah di dalam, Aku tidak merasa enak jika membiarkanmu di luar rumah"

"b-b-baik"

Kenapa ya Dia begitu gugup ? Ahh sudahlah Aku harus segera bersiap - siap untuk sekolah

"oh iya, Kamu sudah makan ?"

"etto, kalo boleh jujur, Aku belum makan"

"ya sudah, tunggu di meja makan, Aku akan membuatkan sarapan"

"b-b-baik"

Hmm.... Enaknya masak apa ya di saat seperti ini, waktu untuk pergi ke sekolah masih cukup lama, mungkin Aku harus membuat nasi goreng saja.

10 menit kemudian....

"enak sekali !!!  Ini adalah makanan terenak yang pernah Aku makan"

"ehhh.... Bisakah Kamu tidak berteriak ? Orang tua ku sedang tidur"

"ma-maafkan Aku"

Tiba - tiba Aku mendengar suara seseorang turun dari lantai dua, gawat itu adalah ibuku.

"Reno... Tumben Kamu bangun pagi... Apa yang sedang Kamu lakukan ?"

Setelah berkata demikian, ibuku melihatku di dapur bersama seorang perempuan. Habislah riwayatku.

"hmmm..... Sepertinya Reno sudah punya pacar ya"

Tolong katakan tidak.

"etto, etto y-y-y-ya, Ak-Ak-Aku ada-lah pa-pa-pacarnya Re-Reno"

Tidak !!!!!!! Hah selamat tinggal kehidupan damaiku.

"heh..... Papa bangun, ada kabar gembira untuk Kita berdua, anak Kita sudah memiliki pacar"

Setelah berteriak demikian, bapakku lari menuruni tangga dan menangis terharu. Dan perempuan itu, pingsan seketika karena salah mengucapkan kata. Dan terpaksa... Aku harus bolos sekolah. Sungguh hari yang sial.

Act 3 - END

Koi no Monogatari : What Happen If I Fall in Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang