Ch2

5 0 0
                                    



"TIIIN!!"

"TIN! TIN! TIN! ..." suara berbagai macam klakson menyeruak disekelilingi telinga sarah. Seharusnya aku berangkat lebih awal.

Namun terlihat seulas senyum pada bibir merah sarah.

Apakah dia benar-benar telanjang?? Ah kenapa aku jadi menyesal berangkat kerja. Hmm kalau saja aku tetap tinggal, apakah akan terjadi hal begituan, aahh ... muka sarah menjadi panas. Dan dia memukul-mukulkan kepalanya ke setir mobil. Dia pikir hal tersebut dapat menghilangkan imajinasi seksinya. Namun hal tersebut malah membuat kepalannya berdenyut-denyut. Aw! aku harus cari cara lain

Di tengah-tengah lamunan sarah, terengar suara telepon. Mike.

"Pagi mike"

"Jangan katakan bahwa kamu akan telat?" sarah mulai berpikir dengan denyutan di kepalanya. Astaga, aku lupa.

"Hehe, mike. Apakah kamu bisa menanganinya?"

Terdengar suara keluh mike "Aku akan berusaha, walaupun sepertinya tak akan sebaik dirimu"

"Aku berhutang padamu"

Sarah akhirnya melewati kemacetan. Dengan cepat dia melaju menuju tempat kerjanya.
segelas kopi sepertinya cukup untuk membayar hutangku.

Mampir ke kedai kopi sejenak tak akan membuat masalah.

Sarah bekerja pada sebuah perusahaan bidang properti. Dia merupakan seorang Chief Executive Officer (CEO). Tentu saja semua orang mengenali dirinya. Wanita tangguh. Tegas. Dan cantik bagi kaum adam. Sarah selalu tampil percaya diri disana, yah itu salah satu kunci untuk membuat dirinya agar tidak diremehkan semua orang. Sarah berjalan menyusuri lobi dan sedikit senyum manis untuk menyapa semua orang yang melihatnya.


"KRIIING!!" suara tersebut menghentikan jalan sarah.

Astaga jam beker! dengan panik sarah mengobrak-abrik seluruh isi tasnya. Mencari. Mencari. dan ketemu!. Ketika dia berhasil menemukan dan mematikan suar bising tersebut, terlihat wajah gembira sarah yang menggemaskan. Semua orang melihat kejadian tersebut. Semua menahan tawa.

Sadar apa yang telah dilakukannya, sarah tersipu malu dan berlari menuju lift yang hampir tertutup. Sialnya lift tersebut tertutup lebih awal sebelum dia menginjakkan kakinya ke dalam. Secara reflek sarah menuju jalur tangga. Dia ingin sesegera mungkin menghindari semua orang yang melihatnya.

Ingin sekali rasanya loncat dari gedung ini. Joni bodoh. Mengumpat di hati adalah jalan terbaik. Sarah mulai menenangkan diri. Mike. Sarah harus segera menemui laki-laki tersebut.

Mike terlihat berada di meja kerjanya, menghadap ke komputer dan jari-jarinya bermain diatas keyboard. Sarah tak ingin mengganggu dan mengejutkannya. Dia meletakkan segelas kopi di samping tangan mike.

"Apakah kamu membayar hutangmu dengan ini?" selidik mike. Entah kenapa tebakan pria ini selalu benar. Kadang sarah berpikir Apakah dia seorang cenayang?

"hehe "

"hmm yeah" muka mike terlihat murung. Sarah hanya bisa diam. Dia bingung apakah harus bertanya, atau cukup tahu dari ekspresi mike.

Akhirnya mike melanjutkan kata-katanya, dia tahu sarah tak akan bertanya lebih lanjut lagi. "aku minta maaf, sarah. Aku sudah berusaha, dia kecewa karena tidak bisa menemuimu."
"Maaf" Kali ini sarah benar-benar merasa bersalah. Dia mencoba menutupi rasa kekecewaanya. Sepertinya sudah berakhir

"Minggu depan jangan sampai telat lagi dan berdandanlah yang manis!" Mike memperingatkan
"Kenapa? Apakah akan ada pesta?" sarah mulai berpikir

"tentu saja, Mr. Flint akan menjadwalkan ulang untuk bertemu denganmu. Sepertinya aku kurang cantik dan manis dimata Mr. Flint." Begitulah mike. Penuh kejutan.

"terima kasih mike" sarah bahagia mendengar kabar tersebut

"jangan telat! Dandan yang cantik! Kudengar dia duda 10 tahun lho." Goda mike

"tentu saja, dan anaknya akan kenikahkan denganmu!"

"hmm, anaknya Mr. Flint cuma satu. Kuharap anaknya perempuan yang manis. Ya kan mom?"

Mike dan sarah. Teman kerja. Teman makan siang. Teman lembur. Teman bercanda. Dan hanya cukup sebagai teman.



Seorang gadis mengunjungi kota Frankfurt untuk mencari seseorang yang berharga dihidupnya. Dia hanya mempunyai petunjuk bahwa seseorang yang dicarinya tinggal di salah satu apartemen di kota ini. Lelah. Itulah yang dirasakannya saat ini. Ketika dia ingin meneteskan air matanya, air dari langit jatuh mengenai tubuh mungilnya. Hujan?

-bersambung- 

Rain, Run!Where stories live. Discover now