2. insiden menguntungkan

1.2K 171 32
                                    

Saat membuka mata, hal yang pertama kali dilihat oleh Bas adalah punggung indah milik pengawalnya. Bukannya bingung, ia justru senang. Kapan lagi ia bisa tidur seranjang dengan orang yang ia idam-idamkan?

Pria yang sedang tertidur itupun merasa terganggu saat tiba-tiba Bas kembali memeluknya dengan erat. Ia melepaskan pelukan Bas dan langsung berdiri di samping tempat tidur. "Maaf kemarin saya tertidur di tempat tidur Tuan," ucapnya sambil membungkukkan badan.

Bas mengangguk dan teringat suatu hal yang tidak biasa. "Ngomong-ngomong, kenapa P'God bisa ada di kamar Bas?"

"Kemarin hujan dan Tuan takut petir. Jadi saya kemari."

Uh-oh. Apakah aku bertingkah absurd lagi?, batin Bas. Sungguh, ia tidak ingat apapun.

"Terima kasih."

"Ya."

"Kalau Phi mau, Phi bisa kok setiap hari tidur di ranjang Bas," cengirnya.

"Tuan, sebaiknya anda bersiap-siap. Jam sebelas nanti ada acara off-air."

Bas tersenyum lebar. Ia segera menyambar handuknya dan pergi ke kamar mandi, meninggalkan God yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Bocah itu..."

Kira-kira lima belas menit God menunggu Bas selesai berbenah diri.

"Tuan, silahkan anda berjalan dahulu," pinta God.

Bas menggeleng tidak suka. "Tidak mau. Bas ingin berjalan di samping Phi."

"Sudah menjadi tugas saya menjaga anda dari belakang, Tuan."

"Phi bukan pembantu Bas."

"Saya memang bukan pembantu. Saya adalah bodyguard Tuan Bas."

Bas mendengus. Perdebatan ini tidak ada habisnya bila diteruskan. Maka jalan satu-satunya adalah ia menuruti perintah God yang menyuruhnya untuk berjalan terlebih dahulu. Bas tidak mengerti, kenapa justru sang Tuan yang tunduk pada bawahannya?

Sesekali Bas mencuri pandang ke belakang. Pria itu sangat tampan untuk ukuran seorang pengawal, ditambah dengan tingginya yang menjulang dan otot-otot yang melekat pas di tubuhnya. Sempurna. Harusnya dia menjadi model saja.

Bas berhenti di minimart apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bas berhenti di minimart apartemennya. Tentu saja dengan God yang setia mengikutinya. "Bas ingin beli es krim."

"Saya tunggu di sini."

Bas menyodorkan telapak tangannya dan God menaikkan salah satu alisnya. "Dompet," ucap Bas memberi tahu.

God mengambil dompet Bas yang berada di sakunya dan memberikan dompet tersebut kepada Bas.

"Phi ingin es krim juga?" tanya Bas setelah menerima dompetnya.

"Tidak."

Bas mengangguk dan kemudian masuk untuk membeli salah satu makanan favoritnya. Di dalam sana, tidak sengaja ia bertemu dengan penggemarnya. Bas melayaninya dengan senang hati saat penggemarnya itu meminta tanda tangan dan berfoto dengannya.

Mata Bas menyipit saat mencari God yang menunggunya di luar setelah ia selesai membeli es krimnya. "P'God kemana sih? Katanya ditunggu di sini," gerutunya.

Sepuluh detik kemudian, God muncul di hadapan Bas yang sibuk memakan es krimnya.

"Tuan, anda lama sekali. Saya khawatir menunggu anda."

Apa katanya?

Khawatir?

Seorang Itthipat Thanit, beruang kutub yang sangat kaku berbicara, mengkhawatirkannya! Bolehkah Bas salto sekarang?

"Tuan."

Sadar dari lamunannya, Bas mendongak menatap wajah datar itu sambil tersenyum lebar.

"Ada es krim di bibir Tuan."

Bas menjilat bibirnya sensual untuk membersihkan bibirnya dari es krim. Siapa tahu God tergoda untuk menciumnya—oh, lupakan. God tidak pernah tergoda, sekalipun ia pernah menunjukkan tubuh berisinya yang half naked seminggu yang lalu.

"Phi kemana saja? Katanya Phi menunggu di sini."

"Saya menunggu di sana, Tuan," tunjuk God ke tempat di sebrang sana. "Bukankah saya sudah mengatakannya?" Dari tadi ia menunggu Bas. Namun karena sudah hampir setengah jam yang ditunggu tidak datang, God pun khawatir. Wajar saja, ia adalah seorang bodyguard yang bertugas untuk menjaga dan melindungi tuannya. Bila terjadi sesuatu dengan Bas, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Bas terkekeh. "Bas pikir, Phi menunggu Bas di sini."

God kembali berjalan mengikuti Bas yang masih setia memakan es krimnya. Namun saat sampai di tempat parkir, sebuah motor melaju kencang dan hampir saja menyerempet Bas jika God tidak sigap menolongnya.

Wajah Bas memerah. Malu sekaligus shock.

"Apa Tuan tidak apa-apa?"

Bas mengangguk. Sungguh, ia tidak dapat berbicara apapun selain mengangguk. Bagaimana tidak? Saat ini, ia berada dalam dekapan hangat milik seorang yang Bas cintai. Dan juga ... ini pertama kalinya seorang God memeluk Bas. Biasanya Bas yang seenak jidatnya memeluk God tanpa izin.

Bas merasa kecewa saat God melepaskan dekapannya. "Maafkan saya yang lancang menyentuh Tuan," ucap God menunduk.

"Apa?"

"Jangan pecat saya Tuan."

Yaampun. Bas tertawa mendengarnya. Pria ini sungguh lucu. Padahal setiap ada kesempatan, Bas selalu saja terang-terangan memeluk God. Apa dia tidak berpikir bahwa Bas menyukai tindakannya itu?

"Bas tidak akan memecat Phi kalau Phi jadi pacar Bas!"

to be continue

To Be Your Right One [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang