Mengawali Kisah Mereka

301K 21.7K 1.4K
                                    

Welcome!!!

Akhirnya, Dosen Idola terbit dan bisa kamu temukan di Toko-Toko Buku Online.

Sekarang, aku akan kembali memublikasikan Series kedua Dosen Idola

Selamat membaca 💜

☀☀☀

Khanza Adreena Shabira tidak pernah berpikir akan menikah di usia yang relatif muda, yaitu 23 tahun. Prinsipnya adalah kuliah hingga mendapat gelar Magister dan mendapat pekerjaan yang layak. Namun, prinsip yang dia banggakan tersebut akhirnya patah oleh seorang lelaki yang membawanya ke arus hubungan yang serius.

Menikah dengan lelaki ini tidak pernah ada dalam daftar masa depannya. Terlebih lagi, Khanza tidak pernah mengidolakan sosok lelaki ini sebagaimana mahasiswa lain mengidolakannya. Justru, lelaki inilah yang baru saja mengucap ijab kabul dengan lantang dalam satu tarikan napas di hadapan Ayahnya, Penghulu, kedua saksi, dan para tamu undangan yang hadir.

Khanza menangis dan hatinya turut bergetar, bukan karena dia tidak ikhlas dengan status istri yang disandangnya sekarang. Tapi yang dia pikirkan, bagaimana kehidupannya setelah menjadi seorang istri? Apakah dia memang sudah siap lahir batin?

Hatinya terenyuh tatkala dia mencium tangan lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya. Dan balasan dari lelaki ini adalah kecupan mesra di dahi Khanza. Keduanya tersenyum dengan binar yang sama, kebahagiaan.

Arkana Dirgantara Ryder, sosok lelaki yang mungkin saja didambakan oleh kebanyakan wanita. Karena selain fisik yang sempurna, hatinya pun demikian. Dua tahun lelaki ini berkeliaran di hidup Khanza, dan selama itu pula selalu ada kisah manis yang Arkan sajikan kepada Khanza. Cara lelaki itu mencintainya, seolah membawa Khanza ke tempat yang paling tinggi.

"Pak, ini seriusan tamu undangannya banyak gini?" Dari atas pelaminan yang menjadi pusat perhatian, Khanza menatap horor para tamu undangan yang mulai berbaris untuk mengambil bagian mengucapkan selamat pada kedua mempelai.

"Iya, 'kan bukan hanya keluarga atau teman kamu dan juga saya yang hadir. Tapi, undangan orangtua kita juga. Kenapa? Pegal kakinya?"

Interaksi mereka masih terkesan formal walaupun sudah dua tahun mereka menjalani hubungan. Posisi Arkan sebagai dosen Khanza membuat mereka terbiasa dengan interaksi seperti itu.

"Sekarang nggak, tapi kalo kelamaan berdiri ya pegal. Apalagi pake high heels gini, saya mah gak kuat berdiri lama kalo pake sepatu tinggi gini biasanya juga pake sneaker." Keluhan Khanza hanya ditanggapi dengan kekehan geli.

"Nanti saya pijitin kakinya," ujar Arkan tersenyum misterius.

Khanza langsung menoleh, tatapan horor itu kini dia sematkan pada sang suami. "Gak! Nanti tangan Bapak meleber ke mana-mana."

Arkan tergelak. Merangkul pinggang Khanza sampai istrinya itu berjengit kaget. Arkan mengerling nakal kemudian. "Udah sah, bebas dong," bisiknya menggoda sang istri.

"Pak, lepasin iiihhh. Malu," rengek Khanza yang tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih kebaya yang dipakainya membuatnya semakin sulit bergerak bebas.

"Call me, Mas."

"Nanti aja," tolak Khanza.

"Ya udah, gak saya lepaskan." Ancaman Arkan membuat bibir Khanza mengerucut. Mana bisa dia bersalaman sama tamu kalau rangkulan Arkan erat sekali begini.

"Iya, Mas. Tuh udah," sebalnya.

"Yang ikhlas, Sayang."

"Mas, lepasin saya." Khanza berbicara dengan nada dilembut-lembutkan.

Arkan terkikik dan mencuri kecupan di dahi Khanza. "Mulai sekarang kalau manggil Bapak, Mas hukum kamu."

"Idih, udah manggil Mas aja ke diri sendiri." Khanza mencibir.

"Gak ada lagi kata saya, oke."

"Terus?"

Arkan yang gemas mencubit pelan pipi Khanza. "Lama-lama Mas cium bibir kamu itu. Banyak tanya banget, punya istri kok nggak peka."

"Iya, Mas. Khanza paham kok. Harus ada manis-manisnya, begitu 'kan?" ujar Khanza sedikit kaku, karena memang belum terbiasa. "Udah dong lepasin."

"Satu menit lagi," balas Arkan. Khanza hanya bisa pasrah. Beruntung prosesi salam-salaman belum dimulai.

"Za, kamu tahu hukum tajwid Mad Arid Lissukun?"

"Tau, kenapa?"

"Mad Arid lissukun itu letaknya selalu di akhir ayat. Sementara kamu akan mendampingi Mas sampai akhir hayat."

Khanza menutup mulutnya, menatap sang suami dengan geli. "Mas tuh ya, di acara begini aja masih bisa gombal."

"I love you everytime. Menikah sama kamu adalah salah satu impian Mas yang terwujud."

Dan Khanza mengerti sekarang, hidup dengan Arkan tidak akan sesulit apa yang ada dalam bayangannya.

©©©

Peternak bebek bertelur ayam 🐣

Semestaku Bersamamu (Sedang PO 1-10 September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang