10

111K 12.3K 1.2K
                                    

Pagi yang membosankan bagi Khanza. Selain pusing dan mualnya yang terus dirasakannya, bangun pagi Khanza juga tidak disambut oleh senyuman Arkan. Bibir Khanza mengerucut. Dia bertopang dagu di meja kerjanya. Iya, dia sedang galau dan merana, maklum eksistensi Arkan di hidupnya sudah seratus persen. Jadi, ditinggal dua hari pun sudah membuat makannya tak enak, tidur tak nyenyak.

"Za, ini berkas-berkas yang harus lo input." Jeff menaruh beberapa laporan di meja kerja Khanza. Sedangkan yang diajak bicara malah sibuk dengan lamunannya.

"Khanza, Woi! Kesambet apa lo pagi-pagi udah bengong?" Jeff mendorong bahu Khanza pelan sampai Khanza terlonjak.

"Apa, Bang?" sungut Khanza mengurut dadanya.

"Maklumin aja, Bang. Ditinggal dinas luar kota selama dua hari sama lakinya," sambar Mitha.

"Gak biasa ditinggal gue, tuh. Baru kali ini," gumam Khanza.

"Iya, gue maklum deh pengantin baru emang masih lengket kayak perangko. Ke mana-mana aja minta digandeng. Coba kalau udah jadi pengantin lapuk kayak gue, gue dinas luar kota pun bini gue adem ayem aja. Malah dia senang gak ada yang ngelarang dia belanja." Jeff berkelakar dengan menggebu-gebu.

"Kok lo curhat sih, Bang?" cetus Mitha menyeringai geli.

"Itu realitanya dari sebuah pernikahan, Tha. Istri senang kalau suami banting tulang cuma sekadar buat beli lipstik dan bedak buat dia."

"Gue gak gitu, Bang," sergah Khanza. "Malah dia kok yang suka ngacak-ngacak lipstik gue."

"Anjir!" kekeh Jeff. "Gue kan udah bilang lo masih baru, Za. Kayak telor ceplok baru matang."

"Kampret banget analoginya, Bang." Khanza mendelik tajam pada lelaki beranak dua tersebut.

"Anyway. Gue lihat aura yang beda lagi dari lo, Za."

"Lo bukan cenayang 'kan, Bang?" seloroh Khanza. "Gue mendadak jadi takut sama lo," imbuhnya bergidik.

Jeff menggemparkan satu ruangan dengan gelak tawanya. "Mana ada gue cenayang, Za. Lo sakit ya? Mata lo sayu gitu," tebak Jeff sambil bersandar di kubikel Khanza.

"Iya nih, agak kurang enak badan. Dari kemarin sebenarnya, cuma gue gak mau suami gue khawatir. Yang ada dia batal ke Bogor kalau gue bilang dari kemarin muntah dan pusing," papar Khanza. Dia mengecek ponselnya, Arkan belum membalas lagi pesan terakhirnya tadi.

"Muntah? Mual-mual gitu gak?"

"Iya, kayaknya gue masuk angin deh," balas Khanza.

"Itu bukan masuk angin, Dodol. Nih, beberapa hari yang lalu gue lihat muka lo berseri banget. Persis bini gue waktu hamil anak pertama, terus sekarang lo bilang pusing dan mual. Coba lo cek kalender," titah Jeff. Mitha yang sedari tadi menyimak jadi penasaran dengan ucapan Jeff. Dia semakin intens memperhatikan dialog kedua rekannya itu.

"Kok cek kalender, Bang?" Khanza cengo.

"Cek berapa hari lo telat menstruasi," jawab Jeff gemas. Perasaan dulu istrinya tidak oon seperti Khanza, bahkan langsung sadar kalau telat datang bulan.

"Menstruasi?" Khanza semakin bingung.

Ketika sadar dia menepuk jidatnya sendiri. Sudah berapa lama dia melupakan satu kata itu? Dia segera mengecek kalender di ponselnya. Matanya langsung melotot dengan debaran jantung yang tiba-tiba bergemuruh kencang.

"Gue telat," desisnya seakan-akan dia hanya sedang berdelusi. Lalu dia menghitung berapa hari sudah terlewati dari tanggal menstruasinya. Wait, sekarang dia sadar, setelah menikah dia hanya sekali mendapatkan periode menstruasi. Yaitu setelah satu minggu pernikahannya. Artinya dia?

Semestaku Bersamamu (Sedang PO 1-10 September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang