Perihal menyatukan dua kepala dalam ikatan pernikahan memang cukup berat. Pasti akan selalu ada percikan-percikan api kecil yang memancing kobaran api yang lebih besar. Namun tidak menutup kemungkinan, percikan api itu tidak akan membesar ketika dua orang yang hidup dalam atap yang sama itu bekerja sama untuk memadamkannya.
Hal itu yang akan berusaha Arkan dan Khanza jalankan sebagai pasangan baru yang masih dimabuk asmara. Perihal cinta memang siapa yang tahu. Terlalu pelik jika dijabarkan dengan kata-kata, namun sederhana jika diuraikan dengan tindakan.Pengantin baru itu selalu identik dengan malam pertama. Oke, sejak sebulan yang lalu bahkan Khanza sudah memikirkan hal tersebut. Sampai-sampai berat badannya turun beberapa kilo gram hanya karena dia sering begadang semalaman menjelang pernikahan. Satu-satunya cara yang bisa menghilangkan pikiran senewennya di tengah malam itu cuma drama Korea. Permasalahannya sekarang, malam ini semua yang ada dalam pikirannya itu mungkin saja akan terjadi.
Dia ingat kata-kata Raina sewaktu resepsi tadi. Gadis itu berbisik sambil cekikikan. Hati-hati Kak Arkan buas. Tapi kalau lo diterkam, nikmati aja. Lo cuma perlu pasang badan.
Sial!
Bulu roma Khanza mendadak berdiri. Dia menatap resah pantulan wajahnya di cermin kamar hotel yang dipesan khusus untuk dua hari ke depan. Kadang Khanza mikir, resepsi di hotel memangnya harus menginap di hotel juga? Nanti kalau first night dia dan Arkan terekam CCTV gimana? Kenapa otak dia mendadak liar seperti itu?
Kalau cuma pasang badan, berarti dia harus pasrah membiarkan Arkan memboikotnya. Tidak. Mana mau dia pasrah begitu saja. Walaupun apapun yang berurusan dengan Arkan tidak pernah sekalipun dia menang.
Arkan masuk kamar setelah mengobrol sebentar dengan teman-teman sewaktu kuliah. Khanza yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer mendadak grogi saat Arkan masuk.
Mampus! Gue harus ngapain ini?! Semoga dia mau nunda first night sampai beberapa hari ke depan. Bae Suzy belum siap.
Debar jantungnya bertalu-talu, perutnya mendadak kram. Beberapa kali dia menelan salivanya dengan susah payah. Apalagi ketika melihat dari cermin, Arkan sedang membuka tuxedo dan kemeja yang dipakai resepsi tadi.
"Kamu udah mandi?"
Pertanyaan itu menyentak Khanza. Dia hanya mengangguk tanpa berani berbalik badan ke arah sang suami. Melihat gesture Khanza yang tidak nyaman, tercetus ide jahil dalam kepala Arkan. Lelaki itu kadang suka tidak ingat umur.
Arkan berjalan mendekati Khanza sambil berusaha menyembunyikan senyum gelinya. Apalagi saat Khanza menjatuhkan sisir dan hair dryer ke lantai, dua centi lagi hampir mengenai kakinya. Arkan mengalungkan lengannya ke bahu gadis yang tadi pagi dia nikahi itu.
"Pak--" Khanza langsung menutup mulutnya. Terbiasa memanggil Arkan dengan sebutan Bapak membuat lidahnya kepleset kalau harus mengganti panggilan menjadi Mas. "Mas, mau ngapain?" tanya dia kaku.
"Menurutmu mau ngapain?" Sumpah bisikan itu membuat Khanza merinding. Arkan memainkan telunjuknya di bahu Khanza yang tertutupi piyama biru. Khanza bergerak kegelian. Beberapa kali dia menangkis telunjuk Arkan, namun suaminya itu malah semakin menjadi-jadi.
"Mas, mandi."
"Nanti aja," bisik Arkan dengan sengaja. Arkan menegakkan tubuhnya, membiarkan sejenak Khanza untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Baru bebas sebentar, Arkan menarik Khanza berdiri dan menarik pinggang Khanza hingga memangkas jarak di antara keduanya. Sangat dekat. Bahkan perut Khanza menempel dengan perut Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestaku Bersamamu (Sedang PO 1-10 September)
General FictionSeries 2 Dosen Idola. Dimulai pada bulan Januari 2018 dan selesai pada bulan Juni 2018. Arkana Dirgantara Ryder, bukan seorang yang sempurna untuk menjadi suami. Tapi dia adalah suami terbaik untuk Khanza Adreena Shabira. Di saat badai rumah tangga...