Awal

186 32 19
                                    

"Cinta itu simpel, jika engkau tidak mampu membuatnya tertawa, cukuplah untuk tidak membuatnya menangis."

-Ghea Rendyka

•••

Persambutan yang baik, pulang-pulang melihat kakak lelakinya tidur di kasur kesayangannya.

Setelah pulang dari sekolahnya, SMA Senja Biru. Athdira langsung menuju kamar yang terletak di sebelah kamar sang kakak. Melihat kakaknya tertidur lelap di kasurnya, dengan tangan yang mengepal, Athdira menuju tempat dimana kakaknya itu terlentang. Hari ini Ghea pulang lebih dulu dari pada Athdira. Jadi Athdira dijemput oleh bundanya.

Dengan cepat Athdira mendorong tubuh kakaknya sampai jatuh ke bawah.

"Minggir ih,"

Ia tampak malas untuk selalu memarahi kakaknya yang setiap hari mengganggunya. Athdira segera menaruh ransel berwarna pastel ke atas kursi belajarnya.

Ghea yang masih belum seutuhnya bernyawa, tidak berhenti mengomel pada adik perempuannya ini.

"Eh adek gue jahat banget sumpah! Gue tadi salah kamar. Kejem banget jadi orang." ringik kakaknya yang sedari tadi belum berdiri dari tempat ia jatuh.

"Bodo amat."

"Apa lo!?"

"Keluar!"

"Kalo gamau? ngapa?"

"Gue bakal hasut Karin buat jauh-jauh dari lo!"

"Eh bocah, resek ya lu."

"Bodo."

"Mentang-mentang Karin sekarang jadi teman sekelas lo, lo mulai sekarang mau meras gue atas nama Karin gitu?"

"Boleh juga idenya."

Memang begitu sikap Athdira jika sudah lelah dan kesal. Perdebatan itu selesai setelah Ghea keluar dari kamar Athdira dengan memegangi punggungnya.

Hm, Karin adalah gadis yang sekelas bersama Athdira saat kenaikan kelas 11 nya baru-baru ini. Dan ternyata. Ghea telah lama menyukai Karin. Dan telah lama juga Ghea merasa dirinya telah lama digantungkan oleh Karin.

Athdira mulai berganti baju dan mulai mengambil novel yang baru ia beli bersama Eka-bundanya. Seperti biasa, Athdira sangat gemar membaca novel. Jika bukan membaca novel, ia hanya mendengar lagu dari handphone yang didengarnya nya lewat earphonenya.

Tanpa ia sadari, ia telah tertidur pulas dan meninggalkan novel yang kini berada pada meja lampu tidurnya.

•••

Jam menunjukkan 17.39. Athdira masih belum bangun dari tempat tidurnya. Sesampainya di rumah, Eka yang sedari tadi memanggil namanya, sudah sangat geram pada anak gadisnya yang tak kunjung bangun. Waktu magrib sudah dekat dan Athdira masih tertidur pulas, yang mengakibatkan bundanya itu rela mendatanginya langsung.

Pintu kamar Athdira mulai terbuka, Eka yang sedari tadi sudah marah langsung menyalakan lampu kamar anaknya. Dengan mata menatap Athdira lekat-lekat, Eka mulai menarik telinga Athdira.

"ATHDIRA BANGUN! UDAH JAM SEGINI MASIH MOLOR? BELUM MANDI. BELUM SHOLAT. MAU KAMU APA HA?"

Bundanya yang masih dengan menjewer telinga Athdira, mulai sedikit melonggarkan tarikannya. Ia masih ingat bahwa Athdira juga darah dagingnya.

"Maaf bun. Iya, iya Athdira bangun kok. Udahan ya jewernya?" pinta Athdira dengan menunjukkan muka melasnya.

"Yaudah mandi, habis itu sholat."

"Iya bun." Eka mulai berjalan keluar dari kamar Athdira, dan menutup pintu kamarnya.
Gadis itu mulai berdiri dan bergegas menuju kamar mandi.

Tak menghabiskan waktu lama untuk Athdira berada dalam kamar mandi. Ia segera melaksanakan sholat magrib.

Athdira yang telah melipat mukena seusai melaksanan sholat, segera beranjak ke meja belajar. Ia tidak lupa pada Pak Akil-guru Kimianya yang telah memberikan pekerjaan rumah pada murid kelas 11 MIPA 3.

Athdira mengambil buku catatan Kimianya untuk memulai mengerjakan tugas itu.

"Kok susah ya? Perasaan gue atau emang gue aja yang gak pernah bisa kimia." Athdira menutup kembali buku catatan kimia yang sebelumnya ingin ia selesaikan dengan caranya sendiri.

"Oh iya. KAK!" Panggil Athdira pada Ghea yang memang jago dalam pelajaran Kimia dan Fisika. Athdira juga tak pernah lupa untuk selalu meminta bantuan pada Ghea.

Athdira mulai beranjak menuju kamar Ghea. Ia mengetuk pintu yang berada pada sebelah Pintu kamarnya.

"Kak, kak Ghe. Ajarin Dira kimia dong! Ini pelajaran pak Akil. Kan kak Ghea pinter Kimia."

Dengan senyum yang terangkat lebar, Athdira berteriak agar Ghea mau membantunya mengerjakan pr-nya.

Ghea yang berada di dalam kamar itu pun langsung menolak mentah-mentah permintaan Athdira. Ia masih teringat dengan kejadian Athdira yang mendorongnya hingga sampai sekarang masih merasakan linu pada punggungnya.

"Woi! Kenapa lo ha?! Butuh aja dateng." Teriak Ghea dari dalam sana.

"Kak Ghe, kita itu harus memanfaatkan apa yang kita punya di sekitar kita. Lha kan, Dira punya kak Ghe. Ya berarti, Dira harus bisa memanfaatkan kak Ghe." Balas Athdira masih dengan senyuman mengembang. "Eh gak ding, kak Ghe lebih banyak manfaatin Dira."

Ghea yang lelah akibat ulah Athdira langsung berjalan malas membuka pintu kamarnya. Ah, sungguh malas jika ia sudah diingatkan oleh Athdira tentang permintaan tolong Ghea pada Athdira untuk mendekati Karin.

Pintu kamar Ghea terbuka. Belum saja Ghea mengajak Athdira masuk kamarnya, gadis itu tiba-tiba saja langsung masuk dan merebahkan dirinya di atas kasur kakak lelakinya.

"Dasar kebo." Gumam Ghea pelan.

Ghea segera menarik lengan Athdira untuk segera bangun dari tempat tidurnya, dan mulai mendudukkan Athdira di tepi kasurnya. Lelaki itu segera mengajari Athdira. Iya, Athdira sangat senang jika Ghea sudah mau membantunya.

•••

Selesainya, Athdira segera kembali ke dalam kamarnya.

'Kan kalo gini jadi gak ada tanggungan.'

Drrtt

Handphone yang berada pada sebelah lampu belajar Athdira mulai bergetar. Tidak lama Athdira menggerakkan tangannya lalu mengambil benda pipih berwarna hitam itu.

Gadis berambut panjang itu mulai membuka notifikasinya. Ia terkejut setelah melihat notifikasi yang baru saja muncul ternyata kontak WhatsApp yang tidak ia kenal.

083247xxxxx: Ketemuan di kelas 11 IPS 2 Penting!!

"Sial! Predator mulu."

°°°

Hai. Salam kenal:)
Masih awal, kalo ada yang salah dan gak nyambung, mohon di maklumin ya.

AthdiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang