"Kak! Kenapa gue ditinggal pe'a?!" Teriak Athdira sesampainya ia membanting pintu kamar Ghea.Flashback on~
"Ya makanya kita coba deket dulu. Apa bisa dibilang pedekate?"
Teriakan Rayhan membuat sisa murid yang belum pulang menoleh ke arah Rayhan lalu Athdira. Rayhan yang ditinggal malah tersenyum sendiri karena perkataanya tadi. Athdira sempat berhenti. Ingin sekali ia menarik lidah Rayhan agar dia tidak lagi berkata aneh.
Athdira segera mengambil handphone yang berada di saku bajunya. Athdira bertujuan menelpon Ghea untuk segera keluar kelas. Ia sudah sangat jengkel dengan Rayhan.
Halte bus yang tampak kosong, ia dekati. Athdira duduk di salah satu kursi disana. Menunggu balasan telepon dari Ghea. Kakinya tak henti-hentinya bergerak. Tangannya mengibas wajahnya kegerahan.
"Athdira." seorang lelaki memanggil nama Athdira dan berlari ke arahnya.
Athdira pun menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Berharap bukan Rayhan yang memanggilnya. Ia sudah lelah jika harus beradu mulut dengan Rayhan. Yang pasti, yang menang adalah Rayhan. Karena Rayhan selalu berhasil membuat Athdira meleleh begitu saja.
"Kakak lo tadi pulang duluan. Katanya sih sakit perut. Jadi gue tadi disuruh ngasih uang ini ke lo. Ini sepuluh ribu buat naik angkot. Yaudah ya Ath gue balik dulu. Apa lo mau bareng gue?"
Ternyata Fero. Sahabat Ghea yang sudah lama dikenal Athdira. Karena ia juga satu sekolah saat SMP bersama Ghea juga. Sepertinya Fero tampak tergesa-gesa. Dan langsung berkata tanpa jeda terhadap Athdira.
"Eh gausah kak. Gue naik angkot aja. Makasih ya."
"Ok. Gue cabut ya." Fero pun pergi menuju sepeda motor yang terparkir sebelah halte bus.
Athdira yang sedari tadi tidak berhenti mengumpat kakaknya itu mulai menghembuskan napas berat.
"Sialan ya kakak gue. Untung sayang." Kata Athdira pelan dengan senyuman sinisnya.
Ternyata bus yang telah lama datang juga. Langkah kaki yang begitu berat segera melaju masuk kedalam bus biru itu. Entah mengapa hari ini menjadi hari yang melelahkan. Padahal kegiatan juga tidak banyak, tetapi Athdira merasa capek dan ingin segera pulang, ia ingin beristirahat di istananya.
Belum saja Athdira melangkahkan kakinya, sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan bus yang berhenti hanya untuk Athdira.
"Pulang aja sama gue!" Ajak Rayhan yang sebenarnya memang mendengar pembicaraan Athdira dengan Fero-kakak kelasnya itu. Ternyata Rayhan mengambil kesempatan itu untuk mengantar Athdira. Bijak kamu nak!
"Gak deh."
"Hemat aja Ath."
"Kok lo maksa sih!?"
"Sekali ini Ath." Nadanya merendah. Dan begitu masuk kedalam telinga Athdira. Tetapi Athdira mencoba untuk tidak peduli.
Kaki kanan Athdira telah menaiki angkot tersebut. Tetapi tangan Rayhan menahan lengan Athdira.
"Mau lo ap--" Seketika itu Athdira menoleh melihat wajah Rayhan yang tampak datar memandangnya tajam. Ketampanan Rayhan berhasil membuat Athdira meleleh. Ia segera memalingkan matanya ke arah lain, dan menuruti perintah Rayhan.
"Pak maaf gajadi."
Tanpa sepengetahuan Athdira, Rayhan tersenyum melihat ekspresi gadis tadi. Akting yang cukup lumayan untuk membujuk Athdira.
Flashback off~
"Sakit perut Ath." Jawab Ghea pelan. Cara untuk meyakinkan Athdira hanya dengan membalas perkataannya dengan lembut, agar membuat Athdira merasa iba padanya. Padahal tadi dia mengantar karin-teman sekelas Athdira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athdira
Teen FictionAthdira namanya. Cewek berambut sebahu ini selalu berubah-ubah wataknya. Kadang lembut, kadang ketus, kadang murah senyum, kadang gesrek. ¦covermencaridigugel¦