Di depan masih dengan pelajaran kimia, membahas pr yang kemarin diberikan Pak Akil pada anak-anak kelas 11 MIPA 3.
Pikiran Athdira tak berarah. Telah sekian kali Sasha mengingatkan Athdira yang melamun menatap jendela yang terbuka di sebelahnya. Mukanya pucat tak berekspresi. Tubuhnya bersuhu lebih panas dari biasanya. Keringat dingin mulai berjatuhan dari wajahnya.
"Ath, lo kenapa sih? Ini udah kesekian kalinya Ath lo ngelamun!" Bisik Sasha pada gadis sebelahnya.
"Sas, gue capek."
Athdira pun menoleh ke kanan menghadap sahabatnya.
"ATH!" Teriak Sasha terkejut melihat darah yang mengalir dari hidung Athdira. Athdira sendiri tidak sadar sebuah darah jatuh dari hidungnya. Se isi kelas pun menatap keduanya penasaran. Begitu juga Pak Akil.
"Gue anterin ke UKS ya?"
"Gak usah Sas. Gue masih bisa kalik." Athdira pun meminta ijin pada Pak Akil, dan langsung diperbolehkan oleh guru tersebut. Athdira keluar dari kelasnya dengan tangan yang menyumpal hidungnya. Ia sedikit berlari.
Disaat ia tergesa-gesa, seorang lelaki hampir saja membuat Athdira terjatuh. Lelaki itu segera memegang pergelangan tangan Athdira, dan membatunya berdiri.
"Lo gak apa-apa?" Tanya lelaki itu dengan menggaruk bagian belakang kepala.
"Iya, gue gaapa. Duluan ya." Jawab Athdira melanjutkan langkahnya meninggalkan lelaki yang masih was-was dengan keadaanya.
Sesampainya di UKS, Athdira pergi ke toilet untuk membersihkan darah tersebut. Benar saja, Athdira juga terkejut saat ia melihat pantulan wajahnya di cermin. Tampak sangat mengerikan. Ia pun mencoba menjatuhkan tubuhnya di atas kasur UKS.
'istirahat bentar gaapa, kan?' pikir Athdira.
Athdira merasa sangat lelah. Padahal ini baru pelajaran ketiga, dan masih ada dua pelajaran lainnya. Ia mulai memejamkan matanya.
•••
Kelas 11 IPS 2 sekarang dalam keadaan yang tidak terkendalikan. Jam kosong berlangsung. Guru yang mengajarkannya tiba-tiba saja sakit.
Rayhan sedang bercanda gurau dengan sahabat-sahabatnya. Anta, Sofyan, Fito, dan Rayhan, keempatnya tak henti-hentinya mengeluarkan suara tertawaan paling keras."Bu Wajan? Lo suka sama bodi yang kayak ember gitu?" Teriak Sofyan menggerakkan kedua tangannya secara bergelombang.
"Waijah oon." Sahut Fito cepat.
"Lagian dia tetangga gue."Bu Waijah. Guru sejarah yang dikenal killer dan berbadan besar. Sebenarnya dia adalah guru yang supel, hanya saja kelas 11 IPS 2 istimewa baginya. Karena disanalah kelas paling sering melakukan ketidakdisiplinan, apalagi keempat cowok tampan yang tak pernah mengkondisikan kejailannya. Akibatnya Bu Waijah lebih menekankan disiplin ketat di kelas tersebut.
"Iuwh! Munafiq lo. Kalo gue ke rumah lo aja, lo selalu curhat tentang Bu Wajan." Rayhan angkat bicara sekarang. Ia memang sering bermain ke rumah Fito jika ia sedang malas berada dirumah.
"ENGGAK COY, GOBL–" Teriak Fito mengakibatkan ketiga sahabat lainnya tertawa sangat keras.
"ASTAGFIRULLAH, DOSA PARA REMAJA. DOSA!"
"WOI ITU MULUT DIKONDISIKAN DONG!"
"IYA, MALU-MALUIN KELAS AJA!"
"WOI CABE! KAYAK LO GAK PERNAH MALU-MALUIN GUE AJA."
"NGEGAS AJA TU MULUT!"
"JANGAN RAME! GUE CANTIK."
"RUQYAH AJA TON, TU ANAK!""Alay lo semua! Kesandung dikit aja udah nyebutin semua isi kebun binatang, lah ini belom jug–"
"Woi Fit, udah! Perut gue masih sakit sumpah." Sahut Sofyan memegang bahu Fito dan pergi bersama Rayhan dan Anta. Ketiga nya masih saja tertawa melihat Fito yang selalu menjadi bahan olok-olokan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athdira
Teen FictionAthdira namanya. Cewek berambut sebahu ini selalu berubah-ubah wataknya. Kadang lembut, kadang ketus, kadang murah senyum, kadang gesrek. ¦covermencaridigugel¦