Aku Malam, Kamu Siang.
Kita ditakdirkan untuk ada,
Tapi tidak untuk bersama.***
Hari ini hujan.
Sherin yang tadinya berjalan santai di pinggiran jalan, kini berlari agar bisa sampai ke halte. Ia terengah-engah, wajar karena dia sering membolos pelajaran olahraga dulu. Tapi, Ia merasa ada untungnya juga tidak ikut pelajaran itu, apalagi sekarang.Sherin terengah-engah, tetapi sudah sampai di halte. Bajunya setengah basah, tapi selebihnya ia baik-baik saja. Hanya, saat ini Gadis itu sedang menghirup napas dan mengeluarkannya dengan rakus, seakan tak mau berbagi dengan orang lain.
"Neng, ga papa?"
Tepukan di pundaknya membuatnya menoleh dua kali. Tengokan pertama, Sherin berpikir itu abang-abang penjual keliling dengan jurus andalannya yaitu cangcimen. Tengokan kedua, Ia tersadar bahwa yang menepuknya itu Bian.
Bian.
Bian Mahessa.BIAN MAHESSA MENEPUKNYA! Mulai sekarang, Ia tak akan membersihkan bagian yang ditepuk Bian. Sungguh sebuah kehormatan bagi Sherin untuk ditepuk Bian.
"Ga-gak papa, hehe"
Cengiran manis di ujung. Sherin tercengir sambil mengangguk sekilas dan kemudian berjalan menjauhi sang Apollo 2018 itu ke pojok. Gadis dengan rambut bergelombang itu yakin jika Ia berada terus menerus berdekatan dengan Bian, jantungnya mungkin akan lepas dengan sendirinya.
Pada saat itu pula, Sherin merasakan sebuah jaket yang ditaruh diatas kepalanya dengan tangan yang ikut mengusap-usap rambutnya.
"Pake, dingin soalnya,"
Merona.
Muka seorang Sherin agatha pasti merona sekarang. Detak jantungnya berdentum tak karuan, Senyum tak kuasa ia sunggingkan, wajahnya memanas padahal cuaca sedang dingin.Ada apa dengannya?
Ia sangat senang dengan perlakuan Bian padahal baru pertama kalinya ia mengobrol dengan seorang Bian mahessa yang selalu di elu-elukan satu sekolahan.Apa semua orang yang Bian kenal juga diperlakukan istimewa seperti ini?
"Maaf ya, sebenernya tadi bawa payung cuma gue kasih ke cewek pas perjalanan kesini," Ucap Bian sambil bergidik. Wajahnya memandang langit, terlihat sangat sendu, hampir saja Sherin melakukan gerakan untuk memeluk Bian.
Sherin meremas jaket Bian, merasa kedinginan karena sebagian bajunya basah. Ia menoleh pada Bian yang sepertinya ingin melanjutkan kalimatnya.
"Abis ceweknya cakep sih,"
Detik itu juga, Jaket yang dipegang Sherin mendarat di wajah sang empu.
***
Hidungnya bersin, matanya berair, telinganya pengang, kepalanya panas, otaknya hampir tak berfungsi, dapat ia pastikan dengan sangat jelas bahwa dirinya terkena flu.
Setelah Sherin melempar jaket Bian, Gadis itu buru-buru pergi dari halte, menerjang hujan yang menjadi-jadi entah mengapa. Sepatunya basah, Rambutnya seperti habis keramas, Dia basah kuyup.
Kenapa hatinya berdenyut sakit?
Ia bukan siapa-siapanya Bian. Bukan teman, bukan saudara, dan bukan pacar. Tapi kenapa Ia harus merasakan sakit? Kenapa dadanya berdenyut nyeri saat melihat Bian dengan yang lain? Kenapa? Kenapa harus Bian yang sangat sulit digapai oleh gadis seperti Sherin?
Kenapa?
Kepala Sherin berdenyut layaknya perut yang tidak diberi makan selama berhari-hari. Ia akan buru-buru ke UKS sebelum pingsan.
Di lorong, Ia berpapasan dengan Bian. Sherin yang sakit tanpa adanya teman disampingnya dan Bian yang baik-baik saja dengan segerombolan perempuan yang siap membawa bekal, payung, dan juga handuk kecil.
Mereka berpapasan.
Sherin menoleh, namun tidak ada tanda-tanda bahwa Bian mengenal Sherin sama sekali. Seakan kejadian tadi pagi tidak pernah terjadi. Sherin dipusingkan oleh kepala dan kini hatinya. Semuanya seakan berkata suatu hal yang tak dapat Sherin dengar namun sangat rusuh.Baru saja Sherin berjalan beberapa langkah, tiba-tiba matanya jereng, Gadis itu pun pingsan.
***
Hujan.
Senin, 22 Januari 2018.

KAMU SEDANG MEMBACA
Siang dan Malam
Teen FictionAku Malam, Kamu Siang. Kita ditakdirkan untuk ada, Namun tidak untuk memiliki.