Kelas Tahun Ini. Gue kira Sama Ternyata Berbeda

74 12 6
                                        

Step.....

Step.....

Step.....

Run!

Panik engga karuan. Ketika gue liat lorong sekolah udah kosong. Dan semua murid udah pada stand by di kelas nya.

Gue langsung lari menuju mading dan liat lembaran kertas pembagian kelas yang ada nama gue. Engga susah sih nyari absen yang ada nama gue. Karena gue liatnya dari nama paling bawah dulu, hehe.

"Nah ketemu! Kelas 12 IPA 3. Itu dilantai 2 deket toilet horror kalo ga salah."

"Gue harus cepet sebelum ada guru yang datang."

Lari dengan paniknya menuju kelas tersebut. Dan lega ternyata belum ada guru yang datang ke kelas.

"Woy! Ngapain lu disini. Wah wah wah, jangan bilang lu satu kelas lagi sama gue."

Ya Tuhan.....

Betapa sial nasib gue. Gue satu kelas lagi sama si Coro. Siapa sih yang ngatur pembagian kelas ini? Suka banget nyatuin gue sama si Coro. Suram sudah masa putih abu gue.

"Hey temen-temen! Kenalin nih namanya Zidan. Emang sih dia pinter suka juara kelas. Tapi hati-hati jangan terlalu deket kalau kalian ga mau di culik, hahaha."

"Diem Cor..."

"Kenapa! Lu ga suka?!"

Untung gue udah kebal sama mulut sampahnya si Coro ini. Gue lanjut aja duduk di bangku depan. Karena tinggal bangku depan deket meja guru yang masih kosong. seperti biasa kayak tahun-tahun sebelumnya, gue duduk sendiri.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi pak." Para murid serentak menjawab.

Ternyata yang datang pak Harun. Untung gue tepat waktu datang ke kelasnya. Pak Harun itu guru paling killer di sekolah gue. Muka sangar, kumis yang lebat engga pernah dicukur selama liburan, dan batu akik segede bola bekel itu ciri khas beliau. Eh, tapi yang dibelakangnya itu kan.....

"Pasti semua udah kenal siapa saya kan. Saya guru PKN sekaligus jadi wali kelas kalian di kelas 12 IPA 3 ini."

Mampus gue. Udah sekelas sama si kampret Coro. Ditambah wali kelasnya killer pula. Makin suram aja gue di tahun ini. Mimpi apa coba gue semalem, Ya Tuhan....

"Oh iya anak-anak perkenalkan, kita ada murid baru dari pulau seberang. Silahkan perkenalkan diri."

"Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Gista Ryani. Saya baru pindah kesini. Rumah saya di Komplek Kehutanan engga jauh dari sini. Salam kenal semua."

"Wah nomor hpnya berapa?! Boleh dong mampir ke rumahnya?! Entar pulang bareng ya kita searah kok?! Nama instagramnya apa nanti gue follow?!" Seketika para murid cowok mulai pada modus ngelihat gista kaya anjing lihat tulang, haha.

Gubrak!

"Jangan berisik! Siapa yang suruh kalian nanya-nanya?! Liar kalian!"

Satu hentakan aja dari pak Harun bikin suasana kelas jadi hening kembali.

"Ya sudah Gista. Kamu duduk di depan sini saja yang kosong sama dia"

Sialan. sudah 2 tahun di sekolah ini pun guru ga kenal siapa nama gue, huft.

"Baik pak." Jawab Gista sambil menuju meja gue

"Hey, lu kan yang tadi ketemu di gerbang. Gue belum tau nama lu"

Gista ngajak berjabat tangan dan disitu gue gugup banget.

"Zidan." Dengan memberanikan diri gue jabat tangannya. Ya Tuhan, inikah rasanya megang tangan cewek. Karena selama ini tangan cewek yang selalu gue pegang cuma tangan ibu.

"Okay Zidan. Udah tahu nama gue kan tadi. Salam kenal ya."

Ternyata dugaan gue salah. Gue kira masa putih abu gue bakal suram karena sekelas lagi sama si Coro, dan dapet wali kelas killer macam pak Harun. Tapi ternyata ada yang buatnya berbeda di tahun terakhir gue di sekolah ini. Yang dulunya sering duduk sendiri di depan deket meja guru, sekarang ada yang nemenin. Cewek lagi, cantik juga, baik pula.

FAKE HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang