Reghia Tsabina Parvati

58 9 0
                                    

Kaulah kamukuThe Overtunes feat Fatin

***

Pagi ini sang mentari enggan untuk muncul menghangatkan bumi ia terkalahkan oleh gerimis hujan, padahal sekarang hati perempuan itu sedang bahagia. Penuh semangat. Senyum manis selalu ia suguhkan untuk menyapa.

Gadis cantik itu menyusuri setiap gang-gang kecil untuk ke jalan raya menuju ke halte untuk berangkat sekolah. Tepat waktu, setibanya dihalte ia langsung masuk ke metromini berdesak-desakkan dengan penumpang lain. Gadis berbadge name Reghia Tsabina P itu dengan sabar berdiri, berpegangan pada kursi penumpang tanpa mengeluh karena ini sudah terbiasa baginya.

Mata bulatnya tidak sengaja melihat siluet seseorang yang duduk dikursi barisan 3 dengan telinga disumpal earphone , perlahan senyumnya mengembang. Ghia mendekat pada pemuda itu. Menepuk bahunya pelan.

"Bang Edo?!"

Yang dipanggil seketika menengok dengan senyum cengiran andalannya. "Hello Ghia, baru juga masuk sekolah udah ketemu aja. Apakah ini yang dinamakan jodoh, hah?"

Ghia hanya terkekeh tidak mau meladeni ucapan absurd Kakak kelasnya ini.

"Ehh... Sini-sini duduk. Gak gentle banget kalo biarin bidadari gue berdiri, kasian entar encok lagi gak bisa terbang deh," Edo segera berdiri dan mengamit lengan Ghia untuk duduk. Sedangkan yang disuruh duduk malah berjalan ke tempat semula dimana ia tadi berdiri. Berbincang dengan seorang ibu-ibu yang membawa bakul dipunggunya memakai selendang. Tidak lama kemudian Ghia mengajak si ibu itu berjalan menghampiri Edo.

Edo tersenyum manis pemandangan ini sudah biasa ia lihat yang selalu Ghia lakukan terhadap orang lain. Setiap Edo melihat itu didalam hatinya selalu ada rasa desiran aneh. Baru pertama kali ini Edo kenal perempuan dengan hati yang tulus karena selama ini Edo selalu dikelilingi oleh perempuan yang memandangnya dari luar. Memang kalau dilihat Edo cukup keren. Banyak juga yang suka sama Edo disekolah.

"Makasih ya Dek sudah ngasih tempat duduknya buat ibu. Dagangan ibu lumayan berat juga," Ibu tersenyum haru kepada Ghia. "Semoga kamu selalu bahagia dan jadi anak pinter disekolah banggain orang tua." lanjut Ibu itu. Tangan kasarnya menggenggam tangan Ghia hangat. Walaupun begitu bagi Ghia tangannya tetap seperti sehalus sutra.

Ghia terharu, perasaannya campur aduk. Sedih, bahagia, sesak dan rindu. Rindu kepada sang Bunda.

Bunda... Ghia rindu. Jangan lupa Bunda harus bahagia sama Ayah disana. Ghia sudah bahagia disini, masih banyak yang sayang sama Ghia dan mendoakan Ghia. Jaga orang tua Ghia Ya Allah.....

Rintihan dan doa Ghia semoga tersampaikan kepada sang Pencipta, hanya itu yang selalu Ghia bisa ketika merasakan perasaan ini. Hanya bisa mendoakan untuk kebahagian orang tua Ghia tersayang.

Ghia menggenggam tangan ibu itu erat, menyalurkan rasa rindunya, menutup mata sejenak menghilangakan rasa sesak. Mengecup tangannya lembut. "Sama-sama ibu. Terima kasih juga sudah mendoakan saya."

Usapan halus dari pundaknya membuat Ghia tersadar bahwa daritadi ada seseorang yang memperhatikan dan merasakan apa yang dirasakan Ghia.

"SMA 11!" teriakkan kenektur metromini menyadarkan Ghia dan Edo. Mereka langsung berpamitan kepada ibu itu dan tidak lupa Edo mencium tangan ibu.

Setelah 20 menit menempuh waktu akhirnya mereka menginjak lagi halaman sekolah, banyak juga siswa-siswi yang baru datang. Ada yang berjalan kaki, naik sepeda motor bahkan membawa mobil pribadi yang mewah.

"Come on, jangan sedihlah Ghi ini hari pertama sekolah dan lo masang muka sedih itu terlihat bukan lo banget. Mana Ghia yang selalu semangat, jangan pikirin yang buat lo sedih Ghi gue gak suka," suaranya yang merajuk membuat Ghia geli sendiri.

Ghia mencubit gemas pipi Edo "Iya abang makasih semangatnya."

Edo merangkul Ghia dan menggiringnya masuk ke area sekolah bahkan banyak pasang mata yang melihatnya dengan rasa iri atau ikut bahagia.

"Ayo abang anterin kamu sampai ke kelas biar bidadari abang selamat sentosa gak ada yang godain,"

Sudah hal lumrah kedekatan mereka berdua terlihat seperti pasangan yang romantis padahal mereka hanya menganggap seperti kakak beradik gak lebih. Itu mungkin menurut Ghia bukan bagi Edo Prasetya.

——————————

Hallo, salam kenal ya. Ini pertama kali aku nulis buat cerita yang menurut aku mungkin absurd banget tapi semoga menurut kalian suka ya wkwk.

Aku cuman mau kenalan aja...

Jangan lupa
Votement and comment
Salam kenal elsaqhoerunisa💕




SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang