heart shaker | 11

3.2K 932 554
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Bangchan untuk sampai di depan pintu rumah Jihyo.

Bukan karena jaraknya yang dekat, tapi karena kecepatan motor Bangchan yang sudah sampai titik maksimal. Bahkan lampu merah pun sampai diterobos.

Karena bertemunya Jihyo dan Jiho di kantin pustaka sudah menjelaskan segalanya.

Hal yang selama ini berusaha ia sembunyikan rapat-rapat kini sudah terbuka.

Walaupun ia tau jika cepat atau lambat, hal ini akan terjadi. Tapi hatinya tetap tidak tenang. Pikirannya kalang kabut. Ketakutan akan kehilangan sesuatu yang berharga.

Dengan nafas yang berderu, Bangchan menekan bel rumah Jihyo.

Jika biasanya, munculnya Jihyo di ambang pintu rumahnya adalah hal yang selalu ia nantikan, beda dengan saat ini.

Senyum yang selama ini selalu Jihyo tujukan untuknya sudah tak ada lagi.

Tidak tersenyum. Tidak menangis. Sama sekali tak menunjukkan ekspresi marah. Tapi, wajah datar itu seakan mengintimidasinya.

Wajah kecewa.

Jutaan kata maaf dan ribuan alasan yang sedari tadi terngiang di pikirannya bisa hilang begitu saja saat dirinya menatap mata Jihyo.

Bahkan satu kata maaf pun tak mampu keluar dari bibirnya.

"Ada sesuatu yang mau diomongin?"

Sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir Jihyo terdengar menuntut.

Tapi Bangchan masih terdiam mematung di hadapannya.

Jihyo mendecih kecil, "Kalo ga ada yang mau diomongin, mending lo pergi."

Tidak ada lagi kata 'kamu' untuk Bangchan.

Semarah itukah Jihyo padanya?

Jihyo menutup pintu rumahnya, tapi Bangchan lebih dulu menahannya.

Ia harus bicara pada Jihyo. Ia harus bisa menjelaskan padanya.

Ia harus membuat Jihyo kembali padanya.

"Maaf."

Dan dari sekian banyak kata, hanya itu yang mampu keluar.

Jihyo menundukkan kepalanya. Mati-matian ia menahan air matanya agar tak jatuh. Setidaknya ia tak harus menangis di depan Bangchan.

Bangchan mengulurkan tangannya memegang kedua lengan Jihyo. Tapi Jihyo menggeleng dan menjauhkan dirinya.

"Aku kecewa."

Bahkan kata-kata itu terdengar lebih menakutkan.

Karena marah pasti memaafkan, dan belum tentu kecewa bisa memaafkan.

"Aku sama Jiho-"

"You two really deserves each other."

Dan Bangchan tak bisa apa-apa lagi saat Jihyo sudah menutup pintu rumah untuknya.

Tanpa tau, di balik pintu, Jihyo sudah menangis sejadi-jadinya.

Bagaimana mungkin orang yang selama ini begitu ia percaya bisa menduakannya semudah itu, tanpa memikirkan perasaannya sama sekali.

Bagaimana mungkin, Bangchan yang pemalu bisa melukai perasaannya bagitu parah.

Bagaimana mungkin..

Mungkin memang, Jihyo belum mengenal Bangchan terlalu dalam.

Mungkin memang hanya Jihyo yang selama ini berjuang.

Dan seharusnya, Jihyo tidak egois dengan meninggalkan Bangchan tanpa mengdengar penjelasannya lebih dulu.

Tapi biarlah. Biarkan Jihyo menenagkan hatinya lebih dulu. Karena yang terpenting dari segalanya adalah kondisi hatinya.

"Jihyo.."

Bangchan mengetuk pintu di depannya, seakan tau jika Jihyo masih ada di sana.

"I'm sorry, i hurt you. I'm sorry, i did what i did, but i still love you with all my heart."

Dan dengan bodohnya, Bangchan telah melepaskan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya.





heart shaker 💘

heart shaker― bang chan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang