One

27 3 0
                                    

Kenangan menyakitkan itu berusaha ku samarkan. Semuanya telah berubah. Dahulu dia berkata bahwa perhatian yang dia berikan hanyalah persembahan untuk sahabat, katanya aku terlalu berlebihan menanggapi. Tapi apakah perhatian yang selama ini dia tunjukkan pantas diberikan hanya untuk seorang sahabat?. Aku rasa dia yang terlalu berlebihan. Entahlah.

Jalan yang telah dia pilih adalah kebenaran beralasan. Laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik. Karena dulu aku bukan perempuan yang baik maka dia bukanlah untukku. Jodohmu adalah cerminanmu. Karena ketika bercermin  dan menemukannya tak serupa denganku maka dia bukanlah jodohku.

Semakin banyak alasan yang membenarkan. mengapa tak mengurangi rinduku, yang tetap betah bertahan menjadi penghuni tetap di hati dan pikiran ini. Yaa Allah, yang Maha membolak-balikkan hati hilangkanlah ingatanku tentang dia. “Apakah dia masih mengingatku, walau hanya untuk mengenang kasih, nama yang dulu dia pilih ”
*
*
*
Tujuh tahun yang lalu.
Suara perpaduan rel dan roda kereta api terdengar bisu. mengalah pasrah memberikan kesempatan bagi sekelompok pelajar sekolah menengah atas untuk meneriakkan rasa kebebasan yang meletup-letup. tiga tahun bak narapidana, akhirnya berhasil menyelesaikan hukuman tahanan. Menunggu selama kurang lebih dua bulan usai ujian nasional, ujian yang menentukan masa depan seorang remaja. Menjadi hidup, mati atau koma. status kelulusan itu diumumkan hari ini. Bahagia luar biasa, seluruh penghuni kelas tiga SMA Negeri 7 dinyatakan lulus. Tapi Tama sosok laki-laki tinggi, putih dan gagah tak seheboh yang lain. Dia sibuk mencari-cari sesuatu, berlarian kecil sambil meneriakkan nama Ririn.

“ kasih…..! dimana kamu? “

Tama kelihatan kebingungan mencari disetiap ruangan, peluh bercucuran tak mengurungkan niat Tama untuk terus mencari. Kantin, kelas, laboraturium, perpustakaan, kantor sudah dijelajahi tapi belum juga bertemu, cuma tersisa satu tempat yang tak bisa ditembus sang Tama apalagi kalau bukan toilet perempuan. Dengan modal percaya diri Tama menunggu di luar toilet. Lima belas menit berlalu akhirnya Ririn keluar. Rambutnya yang panjang lurus dan hitam kelihatan kusut, wajahnya yang kemerah-merahan kini menjadi pucat pasi. Ririn adalah adik kelas Tama, begitu dekat. Sepasang sahabat mereka menyebutnya.

“ kamu kenapa kasih? Kamu sakit? Kita ke dokter yah? “ Tanya Tama penasaran.

“ tidak apa-apa, tadi sudah dikasih obat sama bella. Bentar lagi pasti sembuh “ jawab Ririn menenangkan kekhawatiran Tama.

“ kita pulang yah, nanti kamu aku antar, kali ini pakai motor. Aku mohon jangan kau tolak “ nada bicara Tama sedikit memaksa.

“ jalan kaki saja, dekat juga, terlalu manja “ cetus Ririn

TBC

**votment yah**

Memilih KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang