Two

10 1 0
                                    

Seperti biasa Ririn selalu menolak kalau diantar menggunakan kendaraan. Ririn lebih memilih jalan kaki. Alasannya agar bisa menghabiskan waktu yang lama bersama Tama. Saat membutuhkan seorang teman, Tama menjadi sosok yang selalu ada untuk Ririn. Terkadang kedekatan ini menyibakkan tirai persahabatan hingga tampak seperti sepasang kekasih.

Cuaca mendukung, mendung awan menghias langit menawarkan kesejukan yang menyentuh setiap insan yang berteduh dibawahnya. Diatas rel Tama dan Ririn berpegangan tangan berjinjit di rel kereta bermain keseimbangan. Kebiasaan ini menjadi rutinitas mereka.  Sahabat yang saling memahami berjalan menghitung langkah kaki, berbicara lewat hati. Terdiam sepanjang jalan menikmati indahnya kebersamaan.

Tak terasa pintu rumah Ririn menyapa berada persis di depan Tama dan Ririn. Rumah yang seperti gubuk ala kadarnya sana-sini tempelan papan, saling menutupi lubang menjadikan rumah Ririn tampak tak layak huni. Ririn tinggal bersama ibunya hanya berdua, kecelakaan yang melibatkan kereta api  telah merenggut nyawa ayah dan adik Ririn, kejadian itu tepat didepan rumahnya. Ririn dan ibunya tetap bertahan berhadapan langsung dengan kenangan pahit yang menyakitkan. Ririn bisa bersekolah karena tepatnya sasaran bantuan beasiswa prestasi. Uang makan selama ini didapat dari pekerjaan ibunya sebagai penjual sayur, terkadang recehan yang tersimpan di celengan harus dibongkar untuk menutupi modal. Akibat dari banyaknya pembeli yang berhutang. Miris.

“ istirahatlah kasih, besok sore aku kembali “ ucap Tama.

Ririn hanya menjawabnya dengan senyuman lebar. Kasih adalah panggilan sayang Tama untuk Ririn.

***

Tak ada yang istimewa dimalam ini, Tama duduk dibalkon lantai atas rumahnya. Rumah mewah si pengusaha sukses. Beruntungnya Tama dilahirkan dikeluarga religius bergelimangan harta. Berbanding terbalik dengan kehidupan Ririn. Bagai bumi dan langit. Sangat berbeda. Tiba-tiba ayahnya ikut bergabung bersama Tama membawa dua cangkir susu panas. Berbincang-bincang hingga larut malam membicarakan masa depan Tama setelah tamat SMA.

Akhir Obrolan, Ayah tama masuk ke rumah. Ekspresi Tama menjadi dingin. Tampaknya Susu panas itu tak berhasil membuat tama hangat. Apa yang terjadi. Tama melamun penuh tatapan kosong.

TBC

Memilih KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang