Four

3 1 0
                                    

Akhir tahun kelima setelah keberangkatan Tama ke kairo.

Ririn menunggu Tama didepan gubuknya. Benar saja Tama datang menemuai Ririn. Tama kini berbeda, wajahnya begitu teduh, pancaran keimanan hatinya tercurah lewat indra yang dia tampakkan. Penampilannya sangat sopan. Sepertinya lima tahun kuliah di kairo membuat dirinya berubah menjadi laki-laki sholeh. Ririn terkejut bukan main. Canggung dan jadi serba salah, salah tingkah seperti baru merasakan jatuh cinta. Tama berdiri tepat di depan Ririn mematung tak berucap. Spontan Ririn memeluk Tama sebagai tanda bahwa dia menyimpan tumpukan rindu di jiwa dan raganya. Ririn tersentak kaget ketika pelukkannya ditolak Tama. Tama sedikit menjauh. Namun Ririn tak putus asa digapainyalah tangan Tama. Lagi-lagi tama menghindar, melemparkan tangan Ririn dan satu langkah mundur menjauhi Ririn.
“ kau, kenapa? Apa yang kau lakukan. Apakah aku menjijikkan sehingga kau menjauhiku layaknya seseorang yang melihat najis dihadapannya “ Ririn menangis, kata-kata yang diucapkannya dimakan isakkan tangis, tak terlalu jelas didengar.

“ aku kesini bukan untuk bermain-main seperti dulu melainkan hanya untuk menepati janjiku. Datang menemuimu dan mengabarkan bahwa selama ini aku baik-baik saja. Dulu dan sekarang adalah waktu yang berbeda. Bahkan bangku yang sering kita duduki ini pun telah berubah. Rel yang sering kita tapakki kini telah berkarat. Bukankah sudah kubilang, lupakan dan janganlah menungguku. sepertinya kau tak menghiraukan perkataanku. mengapa kau tak pindah rumah. Carilah tempat yang layak, Setidaknya kau harus memikirkan ibumu yang usianya semakin bertambah. Sikap Egoismu tak pernah berubah. Aku harus pergi sekarang “ suara Tama sangat lembut didengar.

“ bisakah kau tinggal sebentar. Jangan hanya 15 menit. berikan waktumu untukku lebih lama lagi, kumohon “ pinta Ririn

“ maaf Ririn ada urusan yang harus ku selesaikan dan tak bisa ditunda. Assalamu’alaikum “

“ apa Ririn! kau telah lupa, namaku kasih. Hei! Kembalilah “ pekik Ririn

Tama telah pergi, pertemuan singkat itu tidak memberi kesempatan pada Ririn tuk mengutarakan cintanya. Tama memiliki hati yang kurang peka. Tak bisa menyimpulkan sendiri alasan Ririn tetap bertahan menjaga gubuk dan rel yang sudah berkarat. Bagaimana mungkin seseorang akan kuat jika harus tinggal lama di tempat dimana ayah dan adiknya meninggal. Apakah orang tersebut bisa tenang setiap hari harus berjaga kalau-kalau ada penertiban yang bisa menggusur rumahnya. Tama tidak sadar bahwa alasan atas pertanyaan mengapa yang diutarakan Tama adalah Tama sendiri. Semua itu Ririn lakukan agar Tama dengan mudah dapat menemukan Ririn kembali. Karena Ririn tau hanya tempat itu yang Tama ketahui.


TBC

Memilih KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang