Chapter 1

9 2 0
                                    

Sudah tiga bulan lebih gadis itu terdampar ditempat asing ini, pandangannya menerawang keluar jendela, mata birunya menatap nanar kearah awan-awan putih yang terlihat begitu cerah.

Hari ini cuaca begitu cerah, banyak anak-anak yang tengah asyik bermain diluar gedung dan rasa-rasanya hanya dia seorang lah yang tidak bermain diluar.

"Alice kenapa kau masih disini? Kau tidak bermain diluar?" Sebuah suara berhasil mengejutkannya, membuat sang gadis menolehkan kepalanya kebalakang.

Mata biru cerahnya menatap pada sesosok wanita tua yang ia ketahui sebagai pemilik dari gedung ini. Wanita itu tengah menatapnya dengan pandangan yang sama sejak tiga bulan yang lalu, yaitu pandangan prihatin. Nampaknya wanita itu merasa kasihan akan nasib yang menimpa gadis berambut pirang tersebt.

"Tidak" jawab singkat Alice, dan kembali mengedarkan pandangannya keluar jendela.

Menghembuskan nafas sejenak, wanita itu mulai berjalan perlahan mendekatinya. Ia belai pelan punggung mungil dihadapannya, kemudian berjongkok menyamakan tinggi badan dengan gadis dihadapannya itu.

"Dengar Alice, kau harus mencoba untuk bermain diluar dan mendapatkan teman. Jika kau begini terus nanti kau akan kesepian" tutur wanita itu lembut.

"Aku tak ingin teman, aku hanya ingin pulang, aku ingin bertemu ibuku" cecar Alice yang kemudian disusul dengan lelehan air matanya. Tersadar akan air matanya yang tumpah, ia pun buru-buru menghapusnya denga lengan baju yang ia pakai. "Kenapa ayah meninggalkanku disini? Apa salahku?" Isak Alice.

Sementara wanita tua itu hanya terdiam mendengarkan segala keluh kesah Alice, ia tidak tahu harus berkata apa untuk menenangkan Alice. Selama ini ia hanya selalu menemukan bayi didepan pintu panti asuhan, bukan orang tua yang langsung datang kesini dan menyuruhnya untuk merawat anaknya.

Memang pada malam itu dia sudah berusaha menolak hal itu, akan tetapi Ayah Alice mengancamnya, apa bila ia tidak mau menerima Alice maka dia akan menghancurkan panti asuhan ini. Sebenarnya ada apa dengan dunia? Mereka yang dapat punya anak malah membuang anak mereka, sementara didunia ini banyak orang yang mendambakan kehadiran seorang anak, tapi tidak bisa.

Lalu pria itu, bukan kah pria itu termasuk dalam kategori pengusaha sukses tapi kenapa ia malah menitipkan putrinya di panti asuhan? Dia benar-benar tidak paham dengan jalan pemikirannya orang jaman sekarang.

"Hiks..hiks..Ibu.." tangis gadis itu semakin menjadi dan membuat wanita tua itu memeluknya begitu erat, berharap dengan pelukannya ini gadis kecil yang rapuh tersebut dapat berhenti menangis.
.
.
.
Satu tahun sudah berlalu sejak kejadian dimana ia ditinggalkan di panti asuhan ini, kini gadis kecil berambut pirang itu sedikit demi sedikit mulai melupakan memorinya tentang kehidupannya yang sebelumnya.

Ia pun mulai bermain dengan anak-anak panti asuhan yang lain, dan mulai terbiasa menjalani kehidupannya yang sekarang. Seperti halnya dengan sore ini, ia dan juga dua teman sepermainannya sedang bermain didekat pantai, ia bermaksud untuk mencari kerang dan akan merangkainya menjadi sebuah kalung cantik, yang kemudian akan ia berikan pada Miss Elle
-wanita tua pemilik panti asuhan- "apa kau sudah menemukan kerang yang kau cari Alice?" Tanya sesosok bocah laki-laki tambun yang tepat berada dibelakang Alice.
"Ya...sudah, ini lihatlah" sahut riang Alice sambil menunjukan rangkaian kerangnya yang masih belum sempurna.

"Wuah cantik, aku juga mau satu" celutuk bocah tambun tersebut.

"Ini hanya untuk perempuan saja Leonard" protes Alice.
"Hei, siapa yang mengharuskannya seperti itu?" Sahut bocah bernama Leonard itu tak terima.
"Aku" sinis Alice, yang kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya merangkai kerang.

"Hei kalian berdua cepatlah, hari sudah mau malam dan sebaiknya kita pulang" seru seorang bocah laki-laki berambut Hitam legam.

"Anthonio benar Alice, kita harus cepat pulang sebelum gelap, atau nanti Miss Elle akan marah karena kita pulang terlambat" tegur Leonard kepada Alice.
"Kalian dulu saja, aku masih harus menyelesaikan ini, sebentar lagi selesai kok" jawab Alice sambil menunjukan hasil karyanya yang belum jadi kepada dua temannya itu.

"Eh.. tapi-" belum selesai Leonard memprotes, ucapannya sudah terlebih dahulu dihentikan oleh sebuah tangan yang berada dibahunya.

"Oke kami duluan, dan nanti kami akan bilang pada Miss Elle bahwa kamu tidak mau pulang" ucap santai pemilik tangan tersebut, yang kemudiaan langsung disambut oleh tatapan tajam dari gadis berambut pirang panjang itu.

"Iya-iya aku pulang" kesal Alice, karena ia lagi-lagi harus mengalah pada bocah bernama Anthonio tersebut. Sejak ia berteman dengan Anthonio, ia memang tidak akan pernah menang dari perdebatan kecil mereka. Bocah itu sangat pandai bermain kata-kata tidak seperti Leonard yang lebih suka menuruti ucapan Alice dari pada melawan.

Dan akhirnya ketiga bocah tersebut memutuskan untuk segera kembali ke panti asuhan, sebelum Miss Elle marah akan keterlambatan mereka, dan sialnya bagi Alice ia belum menyelesaikan hadiah yang akan ia berikan untuk Miss Elle nanti.
.
.
Api melahap habis seluruh bangunan Tua itu, para penduduk setempat berbondong-bondong menyasikan kejadian yang mengerikan itu, mereka juga turut serta membantu petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan Api tersebut.

Tidak banyak yang tahu apa yang telah terjadi dengan gedung itu dan mengapa Api bisa melahap habis gedung tersebut, yang mereka tahu hanya lah bahwa tidak ada satu pun orang yang selamat dari dalam gedung tersebut. Dan mirisnya lagi ialah, bahwa gedung yang tengah terbakar habis itu adalah gedung panti asuhan, dimana para penghuni gedung tersebut rata-rata adalah anak kecil dan melihat kobaran api yang begitu dahsyat, mereka sanksi bahwa masih ada yang hidup didalam gedung itu.

Ketiga bocah yang tadinya melihat asap yang begitu tebal dari pantai itu, membuat mereka berlari tergesa-gesa menuju panti asuhan. Dan alangkah terkejutnya mereka mendapati gedung yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka telah terbakar habis.

"Oh tidakk..." seru Anthonio yang kemudian berlari mendekati gedung tersebut dan disusul oleh Leonard yang mulai menangis histeris.

"Jangan dekat-dekat, bahaya" sahut salah satu penduduk sembari mencekal salah satu tangan kedua bocah itu.

Sementara Alice hanya terdiam menatap nanar pada gedung yang sudah habis terbakar tersebut. Ditengah kebingungannya dan juga ketakutannya, ia pun berusaha mngedarkan pandangannya keseluruh penjuru, berharap menemukan para penghuni panti asuhan yang lainnya.

Namun tak satupun yang dapat ditemui oleh Alice, hanya Leonard dan juga Anthonio saja penghuni Panti Asuhan selain dirinya.

"Paman, dimana penghuni panti asuhan itu?" Tanya Alice pada seorang petugas pemadam kebakaran sambil menujukan jari mungilnya ke gedung. Sementara sang Petugas hanya menatapnya prihatin dan menggeleng pelan. "Maaf kan aku, tidak ada satupun orang yang selamat dari gedung itu" ujar petugas itu yang mampu membuat Alice membelalakan matanya dan dengan cepat ia memandang pada kobaran api tersebut

'Tidak ada satupun orang yang selamat dari gedung itu' lagi, perkataan itu terus terngiang-ngiang dikepalanya membuat ia menjadi sakit kepala, dan bukan hanya kepalanya saja yang sakit tapi juga hatinya.

Semuanya telah hilang, tidak ada yang tersisa.

Dan yang bisa ia lakukan hanyalah menjerit keras mengungkapkan rasa sakit yang dirasakanya.

Malam itu adalah malam yang sangat menyedihkan bagi ketiga bocah tersebut, malam yang akan selalu menjadi bagian dari mimpi buruk Alice.

Bayangan akan ekspresi kesakitan teman-temannya serta Miss Elle yang terbakar hidup-hidup didalam gedung tersebut, membuat Alice bergidik ngeri dan terpukul.

Tapi saat ia melihat kedua temannya yang tengah menangis menjerit-jerit itu, ia tersadar bahwa masih ada yang tersisa dari gedung itu, bahwa ia tidak benar-benar sendirian, masih ada Anthonio dan juga Leonard disampingnya.

Oleh karena itu ia harus bertahan dan lebih kuat lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang