Not The End

10 3 2
                                    

Baru pukul 06:30 pagi, Dilan sudah siap untuk memulai aktifitas barunya.

"Kak?", Panggil Ellena.

Dilan membalikan badannya saat mendengar ada yang memanggilnya.
Dan mendapati Ellena dengan pakaian renang, tengah menatapnya.

"Ellena?",

"Aku mau berenang kak", ucap Ellena.

"Berenang? Tidak. Tunggu sampai kakak pulang nanti jika ingin berenang." ucap Dilan dengan nada tegas yang membuat Ellena mengangguk patuh.

••

Di sepanjang perjalanan, mata Dilan menyapu bersih isi kota. Ia mencoba mencari alamat perusahaan yang akan menjadi tempat kerjanya nanti.

Pip..Pip..Pip

Dilan tersentak kaget saat melihat pengendara motor tengah memarahinya dengan bahasa yang sama sekali tidak ia mengerti.

"Sorry", ucap Dilan lalu berlari menuju ke seberang jalan.

Dilan berjalan di tepi jalan yang di penuhi dengan pedagang-pedagang yang menawarkan berbagai jenis dagangannya, hingga langkahnya berhenti di depan lapak penjual koran.

Laki-laki tua dengan pakaian kusut menyambut kedatangan Dilan.

"Hallo?", sapa Dilan sambil mengulurkan tanannya.

Tetapi laki-laki tua itu hanya memandangi uluran tangan Dilan tanpa beminat untuk membalas uluran tangan tersebut.

Dilan tersenyum simpul, sambil menarik kembali tangannya lalu beralih menatap deretan koran yang tertata rapi diatas meja.

"Apa kau tau letak kantor opra compeny ada dimana?", tanya Dilan pada laki-laki tua itu.

Namun laki-laki tua tersebut masih dengan ekspresi yang sama, dan menatap wajah Dilan lekat-lekat
yang membuat dilan menggaruk tengkuknya, canggung. Ia lupa kalau orang yang sedari tadi ia ajak bicara, tidak mengerti dengan bahasa yang ia gunakan.

Dilan mengambil salah satu koran, lalu membaca isinya. Setelah mendapati apa yang ia cari, Dilan mengarahkan koran yang terdapat tulisan besar berwarna merah Corp Compeny.

Laki-laki tua itu menatap koran yang disodorkan oleh Dilan sekejap, lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arah utara dengan tatapan datarnya.

Dilan mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti, tanpa memperdulikan sikap aneh laki-laki tua tersebut.

"Trima'kasih", ucap Dilan lalu melongos pergi ke arah utara sesuai dengan petunjuk laki-laki tua tadi.

Dilan berjalan di pinggiran kota, sambil mengamati keadaan sekitar yang pada awalnya sangat ramai, kini berubah menjadi sangat sepi. Beberapa toko juga terlihat sudah tutup.

lelaki muda dengan paras yang cukup dibilang tampan dengan kulit putih yang dominan dikalangan warga yang berada dikota tersebut, berhenti saat ia tiba di persimpangan jalan kota.

Iris mata shapirenya melotot sempurna saat melihat ribuan polisi dengan sejata lengkap berbaris rapih, tengah berjalan ke arahnya.

Saat Dilan membalikan badanya, ribuan penduduk dengan alat-alat tajam dan juga beberapa bebatuan besar yang mereka bawah dengan tatapan garangnya, tengah berjalan ke arahnya.

Kini Dilan terjebak diantara kedua kubu. Dilan menarik nafasnya dalam mencoba untuk tetap tenang dan berfikir apa yang sebenarnya terjadi?

"Tawuran!", dan benar saja, beberapa saat kemudian para warga tersebut menyerang para anggota kepolisian dengan membabi buta.

As DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang