"APA? DIKOLAM?",
Dilan membelakakan matanya kaget.'Dasar adik keras kepala!', Batin Dilan.
Lalu dengan segera ia menggendong tubuh mungil Keny untuk segera keluar dari kamar dan menjemput Ellena yang sekarang sedang berenang ria tanpa mengetahui sekarang nyawanya sedang diujung tanduk.Dengan langkah panjang, Dilan berlari disepanjang koridor lantai dua dengan nafas tidak beraturan setelah berhasil kabur dari dua orang bersenjata yang tadi sempat melihatnya.
Ia terus melangkah, tanpa memperdulikan orang-orang penghuni hotel yang sedang berlari berhamburan dari arah berlawanan. Hingga ia sampai didepan kolam renang utama hotel itu.
Dilan mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan adiknya Ellena, lalu matanya terpaku saat melihat orang yang ia cari sedang duduk sambil memainkan kakinya didalam kolam lengkap dengan bikini pinknya.
Dilan menghembuskan nafasnya lega, Namun saat ia hendak menghampiri Ellena, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari arah pintu barat yang membuat Dilan tersentak kaget.
Saat ia melihat kearah pintu barat, ada sekitar lima orang bersenjata laras panjang dan sepertinya mereka akan masuk ke area kolam untuk memeriksa.
Dengan cepat Dilan kembali menengok ke arah Ellena yang kini juga tengah menatapnya dengan wajah memerah akibat menahan tangis.
Dilan tidak dapat menghampiri Ellena sekarang, karena bisa saja lima orang tadi bisa menyadari keberadaan mereka.
Dengan bahasa tubuh, Dilan memberi kode ke arah Ellena dengan menggerakan tangannya ke bawah dan menutup hidungnya, lalu menunjuk ke arah pintu barat.
Ellena mengangguk mengerti, lalu terjun dalam kolam dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara yang berisik.
Kepalanya mendongkak mengintip dari tepi kolam untuk memastikan. Saat ia melihat salah satu dari lima orang bersenjata tadi menuju kearah kolam untuk memastikan, sedangkan keempat orang lainnya sedang sibuk menembaki turis-turis yang mereka temui.
Saat orang tersebut melangkah mendekat ke arah kolam, dengan satu tarikan nafas dalam Ellena menyelam kedasar kolam berusaha agar orang tersebut tidak dapat melihat keberadaannya.
Selama satu menit menahan nafas, Ellena sudah tidak tahan karena sesak didadanya ia memejamkan matanya menahan rasa sakit.
Tapi tiba-tiba sebuah tangan kekar menariknya dari dalam kolam tersebut yang membuat gadis itu terkejut.
'Kak Dilan? untunglah mereka sudah pergi', Ellena membatin.
Gadis itu menarik nafasnya lega saat melihat siapa yang barusan menariknya.
Dengan sigap Dilan mengangkat tubuh Ellena yang masih dibalut dengan bikini kedalam gendongannya. Ellena disebelah tangan kakanannya dan Keny yang berada disebelah kiri tangannya tanpa memperdulikan tangannya yang kesemutan akibat berat badan Ellena dan Keny. Yang terpenting sekarang adalah nyawanya dan kedua adik gadisnya ini.
Dilan berlari ke arah pintu sebelah Timur yang tadi telah ia periksa sedang dalam keadaan aman. Dilan terus berlari hingga ia bertemu dengan salah satu penghuni hotel, pria berkulit hitam sempat tersentak kaget saat melihat kedatangan Dilan lalu menatapnya dari atas sampai bawah.
"Ikut dengan saya", ucap orang tersebut yang menggunakan bahasa inggris. Lalu ia mengambil alih Keny dari gendongan Dilan ke gendongannya, karena ia tau kalau Dilan sangat kesusahan saat berlari jika sambil menggendong dua anak sekaligus.
Pria berkulit hitam yang Dilan tidak ketahui siapa namanya tersebut berlari ke arah tangga yang ada dilantai tersebut sambil menggendong Keny dan disusul Dilan yang sedang menggendong Ellena.