Sesuai perjanjian, pagi ini Phantom dan Jeris pergi ke kampus berdua. Jeris duduk di kursi samping kemudi. Mau bagaimana lagi, lamborghini hanya menyediakan dua kursi.
"Lo sengaja ya?" Ucap Jeris.
Phantom yang baru saja masuk mobil menatap bingung, "Apaan?".
"Bawa mobil ini biar kita duduk sampingan kan?"
Phantom tertawa terbahak. "Tingkat kegeeran lo itu tinggi juga ya? Yah, terserah lah lo mau mikir apa. Yang penting inget janji lo." Phantom mengedipkan matanya. Dia menyalakan mesin dan melaju.
Jeris memalingkan wajahnya. "Makin ngeselin nih belatung nangka" ucapnya setengah berbisik.
"Eh, Jer." panggil Phantom.
"Jeris." Phantom menyenggol lengan Jeris, "budi lo ya?!"
Jeris menoleh, menatap kesal. "Hm."
"Boleh nanya gak?"
"Hm."
"Ukuran BH lo berapa?"
Jeris langsung mendelik, "lo minta digampar ya?".
Phantom terkekeh "Becanda. Ukuran sepatu lo berapa?"
"Tiga lapan. Kenapa?"
"Gakpapa."
Tidak lama mobil mereka parkir di sebuah galeri sepatu, toko itu masih tutup. Phantom membuka pintu mobilnya. Lalu menemui satpam yang berjaga.
"Pak, saya mau beli sepatu, kenapa jam segini tokonya masih tutup?" Ucap Phantom pada satpam itu.
"Maaf Mas, kami buka sekitar setengah jam lagi." Ucap satpam itu sopan.
Phantom berdecak. "Tunangan saya mau beli sepatu sekarang juga. Dan tulisan dipintu itu, toko ini buka jam sembilan. Sekarang jam sepuluh! Mau saya laporin wartawan toko ini? Kalo mau saya bisa telpon sekarang." Phantom mengeluarkan ponsel di saku celana.
"Tunggu sebentar mas, saya suruh karyawan di dalam untuk buka tokonya." Satpam itu bergegas masuk.
Jeris turun dari mobil. "Ngapain kita kesini? Lo mau beli sepatu?." Jeris menatap sekelilingnya, "masih tutup juga".
"Udah buka tuh. Yuk masuk" Phantom menggamit tangan gadis itu. Jeris tercenung, dia berjalan mengikuti Pahntom.
Phantom mengambil beberapa sepatu di rak, "Dari tiga sepatu ini, lo pilih salah satu. Atau kalau lo suka semuanya kita beli aja semuanya. Satu toko ini juga gakpapa".
Jeris menatapnya heran. "Gue gak mau beli sepatu! Ayo pergi."
"Gue yang mau beliin lo. Ayok pilih, cobain satu-satu" Phantom menarik Jeris ke arah kursi kecil yang berhadapan dengan kaca. "Coba yang ini!"
"Gak mau!"
Phantom berbisik ke telinga perempuan itu "Sekarang lagi banyak orang yang ngeliatin kita, buruan pake sepatu ini dan kita pergi secepatnya."
Jeris menatap sekeliling, benar saja beberapa karyawan sedang memperhatikan mereka. Jeris berdecak kesal. Dia mencoba sepatu yang diberikan Phantom, pas dikakinya.
Phantom tersenyum bangga, "Ada lagi yang lo suka selain yang itu? Ambil aja".
"Ini aja. Cepet bayar dan ayo pergi!"
"Okay."
Phantom berjalan ke kasir dan membayar. "Tolong bungkus yang dua itu juga, Mbak" suruh Phantom. Petugas kasir itu mengangguk.
"Phantom Hadinata, kan?" Ucap salah satu karyawan.
Phantom menoleh lalu mengangguk. "Hm."
"Boleh minta foto?"
Phantom berkedip bingung, "saya gak bawa foto, Mbak. Lagian saya juga gak pernah nyetak foto trus dibagi-bagi. Maaf ya."
Karyawan itu melongo mendengar jawaban Phantom. Setelah selesai membayar, Phantom mengambil barangnya dan menghampiri Jeris.
Jeris menatap Phantom tidak percaya.
"Kenapa? Gak enak sepatunya?" Tanya Phantom.
"Lo itu sok ganteng atau emang bego sih?" tanya Jeris kesal.
Phantom menaikan satu alisnya. "Untuk informasi buat lo, gue ini Mahasiswa terbaik di fakultas hukum. Dan soal wajah, ya lo tau sendiri lah, ada yang ngalahin gantengnya gue di kampus?" Phantom menyunggingkan senyum sombong.
Jeris memutar matanya kesal. Dia masuk ke mobil tanpa menimpali ucapan Phantom.
"Anjir! Baru kali ini gue dicuekin cewek! Sialan si tepos!"
Phantom masuk ke mobil, menaruh paperbag dibalik kursi kemudi. Dia melihat sepatu yang dipakai Jeris sebelumnya berada disitu.
"Kok sepatu itu lo bawa lagi?" tanya Phantom.
"Kenapa emangnya?"
"Kan udah gue beliin yang baru, gak dibuang aja? Udah jelek juga, kan?". Sepatu itu sudah tak layak pakai lagi menurut Phantom. Warnanya sudah usang dan beberapa kulitnya sudah terkelupas.
"Sepatu itu dibeliin Jimy."
Deg. Phantom mematung ditempatnya. Dia melirik Jeris sekilas.
"Ayo! buruan jalan. Ntar telat lagi." Suruh Jeris.
Phantom menyalakan mesin mobilnya tanpa menjawab. Lalu bergegas menuju kampus
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tom and Jerry
Teen FictionPhantom : "Ris, gue gak mau lo mikir negatif tentang gue. Karena memang gue gak kayak gitu. Percaya sama gue." Jerrys : "Setiap kali gue mau percaya, lo yang selalu patahin kepercayaan gue. Semua yang lo lakukan, selalu maksa gue buat mikir negatif...