"Papa sama mama pulang ya, Ris" ucap Jihan. Wanita paruh baya itu menuntun suaminya ke mobil.
Jeris menatap mereka berkaca-kaca. Dia mengejar Jihan dan Faris ke mobil. "Eris mau ikut kalian, gak mau disini" air mata mulai menetes di pipi tirus gadis itu.
Faris menatap putrinya melas. Tangannya terulur mengusap lembut airmata anak perempuannya. "Eris, harus belajar hidup mandiri mulai sekarang. Papa janji, sepulangnya dari Jerman kita berkumpul lagi."
Jeris mengangguk, dia memeluk erat tubuh Faris. "Papa harus janji akan sembuh. Papa harus pulang dalam keadaan sehat ya."
"Papa janji, Nak." Faris mengangguk, dia melepas pelukan putrinya. Dia menatap lelaki dibelakang Jeris. "Jaga dia, seperti janji kamu."
Phantom mengangguk cepat.
"Phantom, jaga Jeris ya." Ucap Jihan.
"Pasti, tante." Phantom tersenyum kecil.
Mobil Alphard hitam melaju meninggalkan halaman rumah. Jeris menatap kepergian orangtuanya. Ia kembali terisak.
Phantom melirik perempuan disebelahnya. Tangannya terulur hendak mengusap puncak kepala gadis itu. Namun urung saat gadis itu tiba-tiba berbalik menatapnya.
"Ini semua karena lo! Karna lo, gue kehilangan semuanya." Jeris menatap sinis ke arah Phantom. Ia berlari masuk kedalam rumah.
Phantom menghembuskan nafasnya kasar.
***
Phantom naik ke lantai dua rumahnya lalu duduk di kursi dekat jendela kaca besar yang menghadap ke laut. Rumah yang Phantom tinggali sekarang memang di daerah pinggiran pantai. Rumah ini adalah rumah ke lima yang dimiliki keluarga Hadinata, Ayah Phantom.
Di rumah ini Phantom hanya tinggal dengan para pelayan rumah tangga. Tapi mulai hari ini dan entah sampai kapan, ia akan tinggal dengan perempuan yang sekarang menjadi tunangannya. Dia adalah adik dari sahabatnya, Jimy.
Tiga bulan yang lalu, Phantom dan Jimy kecelakaan motor. Mereka berdua koma. Jimy sadar lebih dulu dari Phantom. Setelah beberapa hari sadar ternyata keadaan Jimy kembali memburuk karena pendarahan diotak. Akhirnya Jimy tidak bisa diselamatkan. Dia meninggal.
Tanpa sepengetahuan Phantom, ternyata Jimy meminta dokter memberikan jantungnya pada Phantom jika dia meninggal nantinya. Jimy tau Phantom gagal jantung. Dan setelah dilakukan pengecekan ternyata jantung Jimy cocok.
Sekarang, Phantom dan keluarganya berhutang budi pada Jimy. Sebelum Jimy meninggal, dia menuliskan pesan untuk Phantom untuk menjaga adik sematawayangnya. Dan keluarga Hadinata berniat menikahkan Phantom dengan Jeris, supaya bisa Phantom menjaga Jeris, selamanya. Seperti keinginan Jimy.
"Ini minumnya, Tuan" perempuan paruh baya meletakkan segelas lemon tea dimeja.
"Jeris dimana?"
"Di kamarnya, Tuan."
"Tolong panggilin, mba. Saya mau bicara."
Marni mengangguk, dia bergegas ke kamar Jeris.
Tidak lama, Marni kembali lagi. "Maaf tuan, kata non Jeris, dia lagi gak mau ngomong."
Phantom berdecak kesal. "Bilang sama dia, kalau lima menit dia gak kesini, saya yang masuk ke kamarnya!"
Marni kembali mengangguk. Tidak sampai lima menit Jeris muncul. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Phantom.
"Apa?" Tanya Jeris ketus.
"Santai dong. Kaku amat mukanya." Phantom menatap jeris jenaka. Dia memainkan ujung gelas berisi lemon tea. "Gue tau, lo tunangan sama gue terpaksa. Tapi mulai sekarang, gue mau kita jadi dua orang yang saling menghargai."
Jeris menaikan satu alisnya. Kini tatapan mereka saling menumbuk.
"Gue akan memperlakukan lo sebagai calon istri gue dengan baik, begitu sebaiknya lo perlakukan gue sebagai calon suami lo. Deal?"
Jeris memiringkan kepalanya sambil terus menatap sinis lelaki didepannya. "Seorang bajingan kayak lo, apa tau caranya menghargai wanita? Gue gak yakin."
Phantom tertawa geli seolah yang Jeris katakan lucu. "Lo masih dendam sama gue, soal temen lo itu?" Tanya Phantom. Kali ini dia bersandar ke kursi.
"Menurut lo? Apa gue keliatan amnesia?" Jeris berdecih. "Yesi hampir tiga kali coba bunuh diri, dan itu gara-gara cowok brengsek yang sekarang jadi tunangan gue!" Jeris memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dia muak melihat wajah si brengsek dihadapannya.
Phantom mengangguk-anggukan kepalanya sambil berdecak. "Mungkin emang udah dari lahir ya, cowok selalu salah. Asal lo tau aja, temen lo mau bunuh diri itu karena diperkosa sama kakak tirinya."
Jeris tercengang mendengarnya.
"Lo bahkan gak tau, kan? Hampir tiap hari dia ditidurin sama Aldo. Dan dia cerita semuanya sama gue, dia sampai minta bantuan gue. Tapi yang gue gak habis pikir, kenapa dia jadi ngaku pacaran sama gue ke orang-orang." Phantom tersenyum kecut.
"Menurut lo, apa gue salah? kalau gue suruh dia kasih penjelasan di depan umum, kalau kita gak pacaran. Gue bisa aja, biarin gosip menjijikan itu nyebar, tapi kalo dia bunting? gue dong yang disalahin." Phantom menyeruput lemon tea. "Sekarang, apa menurut lo, gue brengsek?"
Jeris menelan ludahnya sendiri. Dia tidak tau tentang hal ini. Selama ini dia sudah beranggapan buruk pada Phantom. Tapi kenyataannya....
Bahkan saat sudah tau kalau Yesi sudah berkali-kali ditiduri kakak tirinya, Phantom tidak pernah mengatakan hal buruk apapun pada Yesi. Dia hanya meminta Yesi mengklarifikasi bahwa mereka tidak ada hubungan apapun. Tapi, mungkin karna Yesi menyukai Phantom dan malu perasaannya tidak berbalas, makanya dia ingin bunuh diri.
Jeris menatap lurus ke arah Phantom, dia merasa bersalah sudah mengatainya brengsek.
Jeris berdeham, "Ya, mana gue tau kan kenyataanya kayak gitu. Dan gue yakin, satu kampus juga gak tau hal ini."
"Terserah anggapan orang lain tentang gue. Sekarang ini, gue cuma sama peduli sama lo, calon istri gue" ucap Phantom tegas. Kali ini tatapannya serius.
Jeris mengedarkan pandanganya dia merasa gugup ditatap Phantom seperti itu. "Ya tapi tetep aja, lo mau tunangan sama gue, karena jantung abang gue ada di badan lo."
Phantom diam. Tidak ada yang bisa dia katakan lagi. Jeris benar.
"Berhenti, bersikap seolah lo menginginkan gue jadi istri lo. Karena lo makin terlihat brengsek!"
Jeris pergi meninggalkan tempat duduknya.Phantom kembali berdecih.
"Cewek tepos kalo ngomong nyakitin juga ya."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Tom and Jerry
Teen FictionPhantom : "Ris, gue gak mau lo mikir negatif tentang gue. Karena memang gue gak kayak gitu. Percaya sama gue." Jerrys : "Setiap kali gue mau percaya, lo yang selalu patahin kepercayaan gue. Semua yang lo lakukan, selalu maksa gue buat mikir negatif...