Firasat

4.5K 190 10
                                    

Sambil menunggu Zaina mandi, Nissa tiduran di ranjangnya sambil memandangi sebuah tasbih di tangannya. Tasbih yang terbuat dari kayu dan diberi warna coklat muda dengan ukiran yang indah di setiap butir tasbihnya..

Benda itu adalah pemberian dari seseorang yang ia sayangi. Seorang lelaki yang sudah mengisi hatinya selama 3 tahun terakhir ini.

Sebuah buku tebal berwarna merah terang di ambilnya dari  laci samping ranjangnya. Gadis itu tersenyum ketika membaca baris demi baris tulisan yang berada di dalamnya.


Selasa, 22 January 2017

Dear Diary,
Hari ini adalah hari terakhirku bersamanya. Karena aku harus pergi..  Tapi, ini bukanlah keinginanku. Keadaanlah yang memaksaku seperti ini..
Walaupun aku akan berpisah dengannya untuk waktu yang cukup lama, aku tak sedih sama sekali..  Karna aku tahu dia pasti tidak akan melupakanku walau kami berpisah dalam jarak yang sangat jauh..

Saat sedang serius membaca buku itu, tiba tiba ada orang yang mengetuk pintu kamar.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” Tampaklah seorang gadis cantik, dengan senyum yang merekah di bibirnya gadis itu masuk dan langsung menuju ke arah Nissa.

"Ya ampun An, kamu udah balik?  Cepet banget" ucap nissa kaget

"Iya, aku balik biar bisa temenin kamu Nis"

"Uhhh kamu memang sahabatku yang paling baik” ucap Nissa seraya memeluk Ana sangat erat.

“Udah-udah kamu kayak gak ketemu bertahun tahun aja," Ana melepas pelukannya, lalu menuju lemari yang ada di samping ranjangnya.

“Hehe maaf An, soalnya aku seneng banget," kekeh Nissa menahan malu.

“Sendiri aja nih?”

“Gak dong, ada Zaina.  Dia barusan sampe tadi”

“Mana?” tanya Ana.

“Lagi di kamar mandi, gerah katanya,” jelas Nissa kepada gadis itu.

“Apaan tuh?” Pandangan Ana tertuju kepada benda yang ada di balik badan Nissa.

“Bukan apa-apa An”

“Ahh kamu jangan bohongin aku deh, coba aku liat,” Gadis itu berusaha untuk mengambil benda tersebut.
“Buku?” katanya ketika sudah memegang benda itu.

“Hehe iya An,” saat itu Nissa tampak sedikit malu.

Ana langsung saja membuka lembar demi lembar halaman dari buku itu.
“kamu mikirin dia lagi ya,” ucap Ana seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Nissa.
“Bisa dibilang begitu sih”

“Ya ampun Nis, kamu belum bisa lupain dia ya. Udah deh, gak usah terlalu dipikirin”

“Kayaknya gak bisa deh An”

Gadis itu menundukkan kepalanya, setiap kali mengingat sosok itu hatinya selalu sedih. Begitu besar keinginannya untuk dapat bertemu dengan lelaki itu lagi.

“Udah Nis. jangan sedih gitu dong..” Ana memeluk Nissa, berusaha untuk menghibur sahabatnya yg tengah bersedih.

“Kalau memang dia jodoh kamu, Allah pasti akan mempertemukan kalian Kembali” 

Laa Tahzan Innallaha Ma'ana (Sazmi) [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang