RINDU DI MATA SENJA

706 58 116
                                    

Di mata senja berwarna tomat kemerahan, rindu begitu riuh bergulung di tengah laut. Semakin malam, semakin hebat menggetarkan pesisir pantai. Ombak tak ubahnya seperti debar rindu yang bertalu-talu, menghantam jantung saat isi kepalaku terperosok di dasar samudra paling biru kedalaman hatimu. Kita tak pernah dengan sengaja menciptakan rindu, yang bahkan mata ini saja masih tersembunyi dari tatapmu.

Laut adalah muasal segala doa dan bahasa kesunyian. Dan langit adalah sebenar-benarnya lengang--tempat anak-anak sepi bermukim memeluk ketiadaan. Di ceruk senja itu kudapati matamu adalah sepasang rahasia yang paling dalam: sunyi muara tempat segala rinduku berpulang.

Waktu serupa mata pisau yang lihai mencabik-cabik ingin dan angan perihal temu. Di keningmu ingin sekali kutancapkan kata-kata yang tak mudah kau hapus hanya dengan sekali usap. Namamu adalah jantung bagi puisi-puisiku yang digoreskan penuh harap kepada semesta. Laut bahkan tak mampu menyembunyikan riak rinduku yang semakin hari semakin membuncah dan pecah di celung hatimu.

Di dingin dermaga ini angin kembali mencatatkan segala sunyi, juga perihal rindu yang pandai bersembunyi di batu-batu, debur ombak, aroma laut, puisi dan percakapan yang kita tanggalkan kemarin lalu. Tidak ada yang terasa lebih jauh, selain langit di antara sepasang jarak yang merindukan temu. Tidak ada yang terasa lebih dekat, selain doa di antara sepasang puisi yang merahasiakan diri di kedalaman waktu.





Jkt-Tng, 25 Januari 2018


Note:

Bismillah, work baru di awal tahun 2018. Masih kolaborasi dengan DimasAlbiyan . Semoga suka ya sama karya kami berdua 😉😊.

Khusus di-work ini beberapa partnya akan diprivate secara acak, silakan follow terlebih dahulu untuk bisa membaca partnya secara lengkap.

Selamat menikmati hari minggu, semoga bahagia😊.

Pada Sepasang Puisi yang BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang