Chapter 2 - Kencan

35 2 5
                                    

Apa yang harus kulakukan? Seorang gadis menembakku lewat sms? Dan yang membuatku bingung adalah.... Darimana dia dapat nomerku???? Ah sudahlah! Aku tidak peduli dengan keanehan ini. Yang jelas aku ingin bertemu dengannya. Jika dia cantik aku akan berkencan dengannya, hehehe.... Kalau begitu, aku hanya perlu mengikuti pelajaran dan menunggu waktu pulang sekolah nanti. Ah! Aku sudah tidak sabar! Ini masih jam pertama dan aku sudah berpikiran tentang gadis ini tanpa peduli dengan pelajaran. Apakah ini yang dinamakan cinta? Duh, jantungku berdebar sangat kencang. Bagaimana ini???

Akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi dan aku bergegas dengan kecepatan supersonik menuju gerbang sekolah mencari gadis yang bernama Mary. Dan dugaanku benar. Di dekat gerbang sekolah telah berdiri seorang gadis berambut pirang indah sekali dengan muka khas Amerika dan pastinya berkulit putih. Matanya yang berwarna biru semakin membuatku yakin dia bukan orang Indonesia. Namun aku merasa aneh, apakah dia murid baru? (Mungkin ini efek karena aku jarang keluar kelas kecuali ke kantin dan kamar kecil). Tapi dia bilang di sms sudah lama melihatku berarti dia adalah murid lama. Sedangkan jika dia murid lama harusnya dia akan menjadi primadona sekolah ini. Penampilannya saja sudah seperti model majalah di Amerika!

Akupun mulai mendekati gadis itu dan berkata, "Apa kau yang bernama Mary?". Lalu dengan senyumannya yang manis dia menjawab, "Ya! Namaku Mary! Oh Sora.... Akhirnya kau datang!!!". Dalam hatiku mengalami perasaan yang bercampur aduk. Antara bahagia dan curiga karena tidak mungkin gadis secantik Mary bisa jatuh cinta padaku. Tapi ah sudahlah! Aku akan menjawabnya, "Jadi.... Ayo kita berpacaran!". Ah? Apakah ini sudah benar? Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya!!!!

"Ah! Ayo! Aku ingin kita berkencan di Dufan hari sabtu nanti!". Aku sempat melihat ekspresinya yang terlihat kebingungan tapi dengan segera aku menjawab iya kepadanya dan mengucapkan salam perpisahan padanya. Begitupun juga dia yang juga beranjak pulang menggunakan mobil jemputan yang daritadi telah menunggunya di seberang gerbang sekolah. Aku sangat tidak menyangka ini menjadi kenyataan tapi baiklah aku akan berusaha semaksimal mungkin agar kencan ini bisa berkesan untukku dan Mary. Kencan pertamaku aku datang....

Akhir pekan pun tiba dan aku janji ketemuan di gerbang depan Dufan jam 10 pagi. Aku pikir aku datang terlalu pagi karena jam menunjukkan pukul setengah 10 namun ternyata aku salah. Mary telah lebih dulu datang dan berdiri di gerbang Dufan menggunakan kemeja putih kotak-kotak dengan kancing terbuka karena di dalamnya terdapat kaos bertulisan "I LOVE JAKARTA" berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru. Wow! Sebuah pilihan fashion yang cukup normal menurutku namun tidak melunturkan kecantikannya yang bagaikan Dewi Athena.

"Hey Mary! Kau sudah lama menungguku? Padahal ini kan belum jam 10", kataku. "Ah! Tidak juga. Aku juga baru sampai. Tenang saja Sora". Jawabnya disertai dengan senyumannya yang bagaikan listrik tegangan seribu volt! Langsung saja aku dan Mary memesan 2 tiket untuk masuk ke Dufan dan segera menikmati wahana disana. Aku ingin mencoba semua wahana disini bersama Mary dan membuat kenangan bersamanya.

Tak terasa setelah mencoba beberapa wahana tiba saatnya untuk makan siang. Lalu akupun mencari foodcourt terdekat untuk memesan makan siang bersama dengan Mary. Kami berdua memesan nasi goreng yang merupakan makanan khas Indonesia yang sangatlah enak. Namun makanan favoritku adalah mie, hehehe... Aku memesan nasi goreng karena Mary yang memintanya entah kenapa aku menyetujuinya. Mungkin karena murah? Dan tidak lupa kami berdua juga memesan es kelapa yang sangat segar di siang yang terik ini.

Makanan pun tiba tidak lama setelah kami memesannya dan kami mulai memakannya. Tapi ketika kami sedang makan tiba-tiba Mary membuka topik pembicaraan.

"Hey Sora! Apa kau tidak ingin bertanya padaku?" Tanya Mary yang dengan serius memandangiku.

"Bertanya tentang apa?" Tanyaku sambil memakan nasi goreng yang lezat ini.

Pada saat itu juga tiba-tiba Mary cemberut dan berkata, "Ayolah! Sejak kita mulai pacaran kau belum berkata apapun padaku seperti menanyakan alasan aku menembakmu?"

Akupun semakin bingung karena menurutku itu tidak perlu ditanya. Namun ada hal yang sangat ingin kutanya yaitu, "Apa kau murid baru di sekolah ini? Mengapa aku belum pernah melihatmu? Dan juga apakah kau keturunan orang Amerika?"

"Hm... Aku murid lama kok! Kan aku sudah bilang bahwa sudah lama aku memperhatikanmu. Apakah kau tidak percaya padaku?" Mary menjawab pertanyaanku sambil menampakkan raut wajahnya yang cukup sedih.

Akupun tidak tega melihatnya dan menjawab, "Aku percaya kok! Mungkin karena aku jarang keluar kelas sehingga tidak pernah melihat gadis secantik dirimu. Hehehe...."

"Duh kamu bisa aja ya Sora. Tapi benar juga katamu. Aku ini keturunan Amerika. Ayah dan ibuku orang Amerika. Aku di pindahkan ke Indonesia pada saat lulus SMP. Awalnya cukup sulit aku berbaur disini tapi lama kelamaan aku terbiasa dengan kehidupan disini". Katanya sambil menebarkan senyuman seribu voltnya.

Makan siangpun selesai dan akhirnya kami melanjutkan kencan kami dengan menaiki wahana lainnya yaitu seperti Roallercoaster, Tornado, Rumah Hantu, Rumah Cermin, Komedi Putar, dan tidak lupa wahana yang paling romantis yaitu Biang Lala. Tidak terasa hari sudah mulai malam dan jam di tanganku menunjukkan pukul 6. Akupun mulai mengajak Mary untuk pulang. Tapi sebelum pulang aku mengajaknya duduk di taman di sekitar Dufan sambil beristirahat sejenak.

Ketika kami beristirahat, Mary mengajakku untuk berselfie dan pastinya aku setuju. Tidak lama setelah itu Mary bertanya padaku, "Bagaimana kencannya? Apa kau menikmatinya?" Seketika itu aku merasa malu. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. "Ya! Aku sangat menikmatinya. Bagaimana dengan dirimu?" Jawabku sambil memandanginya. Mary pun menjawab, "Aku juga sangat menikmati kencan pertama kita".

Sebelum aku sempat mengajaknya untuk berjalan kembali tiba-tiba Mary berkata, "Jadi... Apakah kau mau !@#$%^?". Aku tidak mendengar yang terakhir karena tiba-tiba aku terfokus pada suara kepakan sayap gagak yang berterbangan dari belakangku. Tanpa kusadari juga tiba-tiba di area taman sudah tidak ada di siapapun. Aku mulai merasa ketakutan dan langsung bertanya pada Mary, "Bisakah kau ulang pertanyaanmu?". "Aku bertanya, Apakah kau mau "Mati" di tanganku?". Kata Mary sambil tersenyum. Dan akupun menganggap ini sebagai candaan. Tidak mungkin Mary berani membunuhku. "Ah! Kau pasti berc....". Belum sempat aku meneruskan perkataanku dan ternyata sebuah pisau telah menembus perutku.

"Huekkkkk!!!" Mulutku keluar banyak darah! Aku merasa ini hanya mimpi! Tapi rasa tertusuk ini sungguh nyata! Keseimbanganku mulai goyah dan aku terbaring di tanah. Penglihatanku mulai pudar. Dan aku melihat Mary mendekatiku sambil berkata, "Andai saja kau bukan salah satu pemilik batu itu mana mungkin aku mau berkencan denganmu. Hahaha...". Batu? Aku tidak paham apa yang dia bicarakan. Apa mungkin aku salah dengar? Ah sudahlah! Aku sebentar lagi akan mati. Tapi mengapa tiba-tiba di pikiranku malah muncul wajah Kayo. Rambut hitam lurus yang begitu wangi ketika aku bertabrakan dengannya tempo hari. Aku masih bisa mengingat baunya. Dan juga wajah Jepang yang sangat khas seperti di anime yang sering aku tonton. Oh Kayo... Mengapa kau wajahmu malah muncul di pikiranku ketika aku hampir mati? Aku sudah tidak kuat lagi. Kesadaranku mulai berkurang. Selamat tinggal ayah... Selamat tinggal ibu... Maaf aku belum bisa membahagikanmu....

BERSAMBUNG....

The Seven StonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang