Story by inasaleema & yeyeinnie
***
Ketukan tongkat kayu yang berasal dari ujung tangga menemani langkah sang pemilik tubuh tegap dengan balutan coat hitam. Satu tarikan napas kasar berhembus seiring dengan uluran tangan dari seorang wanita bertubuh mungil yang tampak ketakutan di sebelahnya. Dihempasnya tubuh itu dengan kasar. Disusul bunyi dug keras dan pekik kesakitan yang terdengar setelahnya. Seorang pria paruh baya tergopoh-gopoh membantu wanita itu berdiri. Sudut pelipisnya terluka, namun wanita itu mengisyaratkan pada sang pria bahwa ia baik-baik saja.
"Aku bisa sendiri!" tekan pria bercoat hitam dengan urat nadi yang muncul di tangannya berkat genggaman super erat pada pegangan tangga yang akan membawanya ke lantai atas. Sebisa mungkin meredam emosi untuk kesekian kalinya dalam satu jam terakhir. Ia baru tiba di sini, menapakkan kaki di rumah peninggalan Kakek buyut dari pihak ibunya untuk menjauh dari hingar bingar dunianya yang dulu.
"Tu-an Muda, kami bisa menyediakan kamar di lantai bawah jika Anda.."
"AKU TIDAK MAU!" bentaknya kasar.
Pria itu memaksakan kakinya yang baru saja terlepas dari gips untuk berjalan menaiki tangga. Tidak sekali dua kali ia tersandung dan bahkan hampir jatuh. Menolak semua bantuan dan bersikap keras kepala adalah satu-satunya hal yang ia bisa lakukan saat ini. Ia benci keadaannya sekarang. Ia benci bergantung pada orang lain. Bahkan hanya untuk sampai ke kamarnya saja begitu sulit.
Tidak. Kakinya sama sekali tidak cacat. Seluruh tubuhnya juga terlihat masih sama seperti dulu. Ia hanya kehilangan satu indera saja. Hanya satu, dan mampu menjungkirbalikkan seluruh hidupnya.
Brug!
Ini untuk ketiga kalinya sejak menaiki tangga dirinya kehilangan keseimbangan. Tidak. Ia masih bisa berjalan dengan baik. Kakinya masih dua dan tidak terluka sama sekali. Tidak ada yang salah dengan itu. Seharusnya ini mudah. Ia hanya perlu melangkah dengan hati-hati.
Brug!
Untuk yang keempat kalinya ia merangkak. Meraung sambil memukul lantai kayu ketika dirinya berhasil tiba di anak tangga terakhir.
"SIAAAL! TIDAK BERGUNA! AKU TIDAK MAU HIDUP SEPERTI INI!"
Satu wanita yang sejak tadi mengikutinya dari belakang tampak membekap mulutnya. Bahunya bergetar mendengar teriakan pilu dari sang buah hati. Ia meminta kedua pelayan yang berdiri di sekitar putranya untuk menjauh.
#FLASHBACK
Entah berapa lama Jungkook tertidur setelah kecelakaan itu terjadi. Yang ia tahu, semuanya terlihat gelap, bahkan ketika ia sudah membuka kedua kelopak matanya.
“Benturan keras saat kecelakaan membuat saraf penglihatan Jungkook rusak,” ucap seseorang yang entah siapa. Jungkook hanya bisa mendengar suaranya, tanpa bisa melihat seperti apa rupanya.
“Jadi, Jungkook mengalami kebutaan?” suara ibu Jungkook yang terisak terdengar. Ternyata ibunya ada di sini, tapi mengapa Jungkook tidak bisa melihatnya?
“Ya, Jungkook mengalami kebutaan permanen.”
“Putraku akan buta selamanya? Tapi dia itu seorang penyanyi, idol! Dia hidup di atas panggung untuk menari dan menyanyi, bagaimana mungkin dia bisa melakukan keduanya jika matanya buta!?”
“Ada baiknya putra Anda memilih karir di bidang lain yang sesuai dengan kondisinya sekarang.”
Cukup. Tidak perlu berkata lagi. Jungkook sudah tahu apa yang terjadi. Dia buta. Dia kehilangan kedua matanya. Tidak ada kesempatan baginya untuk bisa kembali melihat dunia. Gemerlap dunia hiburan dan ketenaran telah diambil darinya. Kini Jungkook harus rela meninggalkan semua hal yang ia suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Il Est Du Passe'
FanfictionHidup Jungkook yang penuh ketenaran hancur dalam semalam. Semuanya berubah alam sekejap. Jungkook pun mengasingkan dirinya, menjauh dari gemerlapnya dunia karena frustasi. Tapi dari situlah keanehan terjadi. Yein, seorang gadis yang tiba-tiba muncul...