Mobil Seokjin dengan tenang menuju Busan. Lelaki pucat di samping nya hanya memejamkan mata, tanpa niat melihat keadaan sekitar. Jalanan begitu lenggang, menambah keheningan diantara mereka. Seokjin tadinya menghidupkan musik, tapi langsung di cegah oleh Suga. Katanya mengganggu ketenangan hidupnya.
"Cobalah untuk di melihat keluar, Suga. " Seokjin mencoba membuka pembicaraan, dan hanya gumaman yang ia dapatkan.
"Aku membawamu ke Busan untuk berlibur, bukannya untuk tidur. " lirikan sekilas ke Suga dan kembali mengalihkan ke jalan raya. "lagipula, apa yang kau takutkan? Jika alasan mu karena trauma, memangnya kau tau dimana kau kecelakaan? "
"Kau yang lebih tau, hyung, aku sedang ingin tidur."
"Tidak bisa begitu, kau itu selalu tidur tapi masih saja stress. Aku saja yang selalu susah akibat mengurusi segala masalahmu saja tidak stress."
"Hyung, diamlah. "
"Makanya, lihat keluar. "
"Tidak mau. "
"Kau mau turun disini ya, Suga?"
"Apa sih, kenapa hyung suka sekali mengancam. " Akhirnya tangan kirinya menyingkir dari wajahnya, menatap nyalang ke arah Seokjin. Sedangkan yang ditatap hanya terkekeh.
"Apa? Puas kan sekarang.?! "
"Hei, jangan marah oke. Lihatnya di sekitar. Kau tidak akan menyesal pernah ku paksa ke sini. "
Kali ini, Suga mengiyakan perintah Seokjin. Matanya menelisik pemandangan indah dari bunga bunga musim semi yang berjejer rapi di sisi jalan. Mereka belum sampai di tempat tujuan, tapi mereka sudah masuk kawasan Busan.
Pikiran dan hati stress Suga sedikit terangkat. Menghirup udara laut yang sudah menyapa ketika menurunkan kaca mobil, terpaan sinar lembut dari matahari membuatnya sejenak melupakan pemikiran yang membuatnya stress.
Pemukiman warga sudah terlihat oleh mata, tanda tujuan mereka hampir sampai. Seokjin memelankan mobil dan menghentikannya di bahu kanan jalan, menimbulkan pertanyaan dari Suga.
"Kenapa berhenti? Mau menurunkan ku ya, aku sudah melihat sekitar dari tadi. "
"Memangnya siapa yang mau melakukan itu? "
Tangan Seokjin mengambil botol kosong disampingnya, menggoyangkan secara main main di depan Suga.
"Air minum habis. Aku haus, cepat turun dan belikan dua botol minuman. "
"Kenapa aku?"
"Karena kau penumpang. Aku dari tadi menyetir dari Seoul ke Busan, jadi capek. Sekarang pergi sana. "
"Ketika sudah sampai sajalah, hyung. Lagipula tidak ada yang menyuruhmu untuk menyertir. "
"Kau ini. Cepat sana beli. Atau benar-benar akan ku turunkan. "
Dengan kasar lelaki pucat itu membuka pintu mobil, dan membantingnya ketika ditutup. Seokjin melihatnya hanya mampu menahan tawa. Suga memang galak, tapi mudah untuk diatur.
Seokjin mulai menghidupkan musik, mumpung si pucat tidak ada. Kepalanya dianggukkan seiring irama, netra coklatnya melihat keadaan sekitar untuk membunuh kebosanan.
Tatapan Seokjin berhenti di sebuah kedai kecil namun ramai. Disana banyak menjual makanan khas Busan, bisa dipastikan enak melihat banyaknya orang yang makan disana.
Tapi, bukan itu yang menjadi perhatian Seokjin. Tetapi pada pria berambut hitam yang sedang mengantarkan makanan ke meja pelanggan, tubuhnya membelakangi Seokjin hingga ia tidak bisa melihat jelas siapa orang itu. Postur tubuhnya sangat familiar, tidak terlalu tinggi dan kulitnya sangat pucat. Meski dalam kejauhan, Seokjin masih dapat melihat warna dari tangan orang itu yang hanya memakai kemeja yang digulung hingga siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M PART OF YOU
FanfictionAku bagian dirimu, dan akan tetap seperti itu walaupun kau tidak ingat denganku- Min Yoongi Maaf, -Suga Bts Brothership.