kekhawatiran

403 55 19
                                    

Sudah hampir seminggu Yoongi pergi ke Seoul mencari saudara kembarnya, dan masih belum ada kabar yang diberikan untuk Jungkook. Jujur, Jungkook khawatir sekali mengingat kakak angkatnya mempunyai keterbatasan fisik, takut tidak dapat menyesuaikan diri disana.

Alat komunikasipun hanya sebagai pajangan. Ingin sekali Jungkook menelfon Yoongi duluan. Tetapi kakaknya sudah berpesan sebelum pergi ke Seoul, ia tidak boleh menghubungi duluan sebelum ditelfon. Jungkook serba salah jadinya.

Jimin memandangnya dalam diam, dirinya duduk di sudut sofa sedangkan Jungkook mondar mandir di dekat jendela, membuat kepalanya pusing.

"Jungkook, berhentilah. Menunggu sambil duduk bisa? " omel Jimin.

Mengapa Jimin bisa ada di rumah Jungkook?

Yoongi yang minta. Sehari sebelum berangkat ke Seoul, pemuda pucat itu datang ke rumahnya untuk meminta tolong menjaga Jungkook selama ia tidak ada. Maka dari itu, untuk permudah ia menjaga Jungkook, Jimin memutuskan untuk sering menginap dan memperhatikan segala keperluan Jungkook saat Yoongi tidak ada. Sudah terhitung tiga minggu Jimin menginap atau bolak balik ke rumahnya untuk sekedar ganti baju, dan  seminggu pula Yoongi pergi ke Seoul.

Helaan nafas gusar kentara terdengar "bagaimana aku bisa duduk diam, Chim hyung. Yoongi hyung seminggu tidak ada kabar. Hyung tau kan kondisi fisik Yoongi hyung. Bagaimana makannya? Tidurnya? Bagaimana bertanya dengan orang lain? Bagai-" tangan Jungkook ditarik kuat hingga terduduk di sofa.

"Bisa diam? Pasti nanti dikabari. Jangan khawatir. Oke. "

Dengan gusar, Jungkook menuruti Jimin. Duduk diam meskipun tangannya tidak berhenti memutar handphonenya.

Jimin mengambilnya, menaruh alat elektronik tersebut di meja depan sofa, menggantikan dinginnya handphone dengan genggaman tanganya.

"Jangan dibawa beban. Kau harus ujian minggu depan. Hyung janji, jika kau sudah selesai ujian kita ke Seoul ya. " bujuk Jimin.

Kepala itu menoleh, menatap netra Jimin penuh binar bahagia "Benarkah? "

"Hmm.. "

"Yeaaayy! "

"Nah, sekarang ayo kita makan hasil tangkapan kita. Setelah itu kau harus belajar oke. " titah Jimin.

"Siap komandan!"

Gigi kelincinya tersembul ketika tersenyum, sedetik kemudian menghilang setelah Jimin beranjak ke dapur.







"Yoongi hyung, kuberharap kau selalu dilingkupi lindungan Tuhan. "

.

.

.

.

.

.

.

Sementara di Seoul.

Malam itu cukup ramai kendaraan, namun tidak sampai terjadi kemacetan. Udara cukup dingin jika diluar, terlihat banyak pejalan kaki yang menggunakan mantel. Lalu lintas terhenti ketika lampu merah menyala, tergantikan dengan lampu hijau pejalan kaki.

Seseorang -berada disalah satu mobil yang berhenti- menaikkan mantel coklat yang turun akibat pergerakan pemuda pucat disampingnya.

Seokjin, pemuda itu, tidak tau bagaimana harus bereaksi. Disampingnya seseorang tertidur dengan wajah yang sedikit merona, demam, pikirnya. Pemuda pucat itu Yoongi. Ditemukan hampir pingsan di depan apartemen Suga, mau tidak mau ia membawanya ke rumahnya untuk memastikan sesuatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M PART OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang