04. Pembalasan

20 3 0
                                    

"Bu, saya pesan batagornya dua." kataku ke Ibu kantin.

"Ini mas batagornya." jawab ibu kantin ramah.

"Terima kasih, Bu." ujarku sembari memberikan uang.

Setelah memesan batagor, aku langsung duduk semeja dengan Putri. Ia sudah terlebih dahulu duduk di bangku itu dan sedang menikmati segarnya jus jeruk.

"Nih Put batagor punya lo."

"Makasih Far, gue juga beliin lo jus jeruk. Gih di minum."

"Makasih, Put." jawabku

Kami-pun melanjutkan makan. Tapi saat itu juga aku melihat Vanya sedang duduk sendirian. Mungkin ini waktu yang tepat bagiku untuk membalas perbuatannya.

"Put, sebentar ya gue mau ke belakang sebentar." ucapku

"Ok Far, gue jagain makanan lo." jawabnya. Aku mengacungkan jempol ke Putri yang menandakan okay.

Langsung saja aku berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya di sana, aku mengeluarkan mainan ular-ularan karet. Sengaja aku bawa dari rumah hanya untuk membalas Vanya. Lalu, ku bungkus ular karet dengan kresek hitam. Setelah aman, ku lanjutkan berjalan menuju bangku yang diduduki Vanya.

"Ini Van, snack buat Lo." sahutku.

"Apa-apaan ni? kok tiba-tiba lo jadi baik sama gue?" tanyanya kaget.

"Ini hadiah dari gue karena lo udah bantuin kelompok kita menang game tadi."

"Beneran? btw makasih ya."

"Iya, sama-sama. Gue duluan ya mau ngelanjutin makan."

"Oke." jawabnya.

Aku segera kembali ke meja makan. Lalu, ku lanjutkan makan Batagor.

Tetapi, tiba-tiba ada yang mengambil jus jerukku dan...

"Apa-apaan ni, kok lo main siram aja?!"

"Dasar ga guna, lo kira gue takut sama ular mainan? ga lucu tau."

"Ya tapi ga sirem pake jus jeruk juga."

"Itu balasan buat cowo brengsek kayak lo!"

"Gue gamau tau, pokoknya lo harus bersihin seragam gue sampe bersih dan kering."

"Ih ogah, ngapain gue harus bersihin baju lo."

"Klo engga..."

"Klo engga apa? lo bakalan ngelaporin gue ke guru BK? jadi cowo kok cupu banget sih." Lalu, ia pergi begitu saja.

   Ya, Vanya baru saja menyiramku dengan jus jeruk. Putri yang menyaksikan kejadian itu langsung menanggapinya.

"Emang lu habis ngapain Vanya sampe dia nyiram jus jeruk ke lo?"

"Gue ngga ngapa-ngapain. Tadi gue cuma ngasih Vanya ular-ularan karet."

"Dasar bego lo ah! Dah sana kejar Vanya. Minta maaf ke dia." Balas Putri.

"Lah ngapain gue minta maaf?"

"Lo laki bukan? Ngga tanggung jawab amat lo. Dah lah gue males." Ucap Putri sebelum pergi dari kantin.

   Mau tidak mau aku mengejar Vanya yang sudah tak berjejak. Kutelusuri koridor kelas tapi tak kulihat Vanya. Sampai akhirnya terlihat seseorang yang sedang duduk di kursi taman belakang sekolah, Vanya, yang sedari tadi hanya menatap kolam ikan. Saat aku mendekatinya, terdengar suara Vanya.

"Mau apa lo disini?"

"Mmm... gue mau minta maaf sama lo."

"Sok baik lo." Ujarnya.

   Aku yang mendengar ucapan Vanya, langsung bergegas menuju kursi itu dan duduk di sampingnya.

"Niat gue udah baik mau minta maaf, tapi lo nya aja yang jutek. Iya gue tau gue salah, jadi maafin gue ya." Pintaku.

"Lo emang salah."

"Maaf."

Vanya hanya meng-hmm-kan ucapanku.

"Lo ngapain Van ke taman belakang sekolah?" Tanyaku penasaran.

"Gapapa, suka aja gue disini. Tenang."

"Lo sering kesini?"

"Kadang-kadang klo gue lagi butuh ruang untuk sendiri."

"Oh." Balasku pelan.

"Dah ah gue mau balik kelas."

   Vanya pergi meninggalkan taman. Aku ikut menyusulnya kembali ke kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penjara Pikiran di Dalam SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang