"Bunda, aku deg-deg-an nih daritadi," ujarku.
Bunda menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa deg-deg-an?"
"Bunda lihat laki-laki yang tadi?"
"Iya,"
"Nah, dia penyebabnya!"
"Loh, kenapa? Dia kelihatan baik,"
"Aku pernah mimpi menikah sama dia, bunda..."
"Kok bisa sih?"
"Kita pernah ketemu di angkot, terus di kajian,"
"Bagus dong... Bunda pasti setuju kalau jodoh kamu itu dia,"
"Ah bunda! Kok malah gitu sih?"
Bunda malah tertawa melihat anaknya cemberut, "Hahaha iya, benar, lihat aja, dia sayang sama mamanya, kalau sudah menikah sama kamu pun dia pasti menyayangi kamu seperti dia menyayangi mamanya,"
"Jangan begitu bunda, aku masih sekolah..."
"Gak ada salahnya kan mencari dari sekarang?"
"Bunda... Plis..."
***
Aisha: Nana, aku udah didepan rumah kamu yaa.
Aku mengecek ponselku ketika ada sebuah pesan masuk, rupanya itu Icha. Hari ini kami akan berangkat ke kajian lagi.
"Bunda, Nana pergi dulu ya, assalamualaikum," aku memberi salam pada bunda.
"Hati-hati ya..." bunda mengusap kepalaku.
"Iya bunda,"
Kulihat Icha sudah siap dengan gamis biru navy-nya. Icha cantik.
"Nunggu lama?" tanyaku.
Icha menggeleng, "Enggak, baru sampai,"
"Ya udah yuk,"
Kami pun akhirnya berangkat menggunakan taksi online. Didalam taksi tersebut kami tidak diam, Icha tiba-tiba mendadak membicarakan tentang mahar.
"Nana?"
Aku menaikkan kedua alisku sambil tersenyum, "Iya?"
"Menurutmu mahar itu apa?"
"Mahar itu sesuatu yang diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai kesungguhannya menikah,"
"Ah iya begitu? Kamu mau mahar apa Na?"
"Pengennya sih surah Ar-rahman hehe,"
"Itu saja?"
"Gak tau Cha, aku belum berpikir sejauh itu,"
Icha mengangguk-anggukkan kepalanya, "Oh begitu..."
Tak terasa, mobil yang kami tumpangi sudah sampai di tempat tujuan. Aku dan Icha segera membayar ongkosnya kemudian turun dari mobil tersebut.
"Ramai terus ya..." kata Icha.
"Iya nih, mereka pada semangat cari ilmu,"
"Yuk masuk, aku pengen duduk didepan, biar kedengeran jelas," Icha menarik tanganku kemudian langsung masuk kedalam mesjid yang menjadi tempat diadakannya kajian.
Kali ini kami tidak usah registrasi dulu, karena kajian hari ini bukan acara BEM Fakultas, melainkan acara kajian rutin.
"Hanan?" aku heran ketika melihat Hanan datang dari pintu khusus ikhwan.
"Kenapa Na?" tanya Icha setelah kami duduk.
"Aku lihat ada Hanan, Cha,"
"Mungkin dia anak kajian Ustadz Halim, Na,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Surgaku✔ [SUDAH TERBIT]
SpiritualTELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA Namaku Naura Zahra Almira, seorang gadis 17 tahun yang masih duduk dikelas 3 SMA. Allah mempertemukan aku dengan seorang laki-laki yang sangat kucintai pada sebuah kejadian yang sangat-sangat tidak terduga. Awalnya aku sem...