◾tujuh [end]◾

2K 277 15
                                    

Seperti yang dijanjikan, Jungkook datang jam setengah delapan lebih tiga menit. Taehyung sudah menunggu di sana, dengan pakaian simpel; kaos biru dibalut jaket dan celana jeans hitam yang robek-robek di bagian lutut.

Jungkook disambut dengan senyuman hangat, yang dibalas senyum kembali oleh Jungkook.

"Udah lama nunggu di sini Kak?"

"Baru aja dateng kok. Belum pesen apa-apa malah. Kamu mau pesen apa?"

Jungkook melihat daftar menu. Harga makanan, minuman, dan dessert di sini lumayan mahal. Terbilang menengah, tidak murah juga. Suasana café memang nyaman, dekorasi interiornya juga bagus. Alunan lagu jazz menambah suasana damai dan tentram.

"Tadi sore saya udah makan Kak. Pesen dessert aja."

Selesai memesan, keduanya terdiam. Hingga Taehyung membuka suara. "Maafin saya ya. Selama ini banyak nyusahin kamu. Saya tau kamu ngerombak ulang bagian tugas yang saya kerjain. Saya sempet baca pas revisi tugas terakhir."

Jungkook tetap menunjukkan senyuman di bibirnya.

"Udah saya bilang dari sebelum-sebelumnya, gapapa Kak. Saya juga harusnya minta maaf ngedit ulang tanpa ngasih tau anggota yang lain."

Senyuman Taehyung sedikit mengembang.

"Kalo kamu gak edit lagi jadinya malah acak-acakan."

"Saya cuma benerin dikit Kak."

Di saat seperti ini pun Jungkook masih tetap merendah. Ia tak begitu menginginkan dipuji.

"Terserah kamu aja. Toh udah selesai."

"Saya juga maklum Kak. Kak Tae kan sibuk kerja. Oh iya, sekarang kerja di mana aja?"

"Nah itu tau. Makanya sekarang saya bisa nraktir kamu. Kalo gak kerja saya dapet uang dari mana."

"Gak nyoba daftar beasiswa?"

"Udah pernah beberapa kali. Tapi gak lolos. IPK saya pas-pasan. Gak ikut organisasi, ada waktu luang dipake buat kerja sambilan."

Jungkook terdiam sesaat. Ia bukan orang yang mengejar beasiswa, bukan pula orang yang terobsesi dengan prestasi. Cukup jalani dengan baik apa yang ada saat ini.

"Ternyata susah buat dapet beasiswa," tanggapnya.

"Alternatif buat dapet uang ya kerja part-time di sela-sela kuliah."

Jungkook ingin bertanya, bagaimana dengan orangtua Taehyung? Bukankah biasanya orangtua memberikan uang bulanan untuk biaya hidup.

Namun pertanyaan itu hanya tersimpan dalam hati. Hubungan mereka berdua belum sampai menanyakan kehidupan pribadi yang mendalam.

Taehyung kembali berujar. "Bagi orang lain, mungkin sukses diartikan dengan IPK bagus, dapet beasiswa, jadi pembicara seminar atau malah pemateri taraf internasional. Tapi bagi saya—gak begitu."

Taehyung mengambil napas panjang, melanjutkan perkataannya.

"Dari SMA orang tua saya udah gak ada. Saya bisa hidup sendiri di sini, bisa kuliah pake uang sendiri juga bagi saya udah sukses."

Perkataan Taehyung sukses membuat Jungkook tertegun. Taehyung hidup sendiri, tanpa dibiyayai orang tua. Sedangkan di luar sana banyak orang yang gampang menghabiskan uang tanpa pikir panjang.

Termasuk dirinya. Terkadang menuntut orangtua untuk biaya ini itu. Dan Taehyung ... tetap menjalani hidupnya dengan kerja keras.

"Hahaha maaf ya saya malah jadi banyak ngomong gini. Tadinya saya cuma mau bilang makasih banyak udah ngertiin kondisi saya yang gak bisa ngebantu kamu ngerjain tugas."

Belum bisa menyusun kata, Jungkook hanya mengangguk.

"Kamu beda dari yang lain, yang biasanya sering kesel. Sering ngomongin di belakang saya gara-gara gak bisa ngerjain bareng. Kamu gak marah, keliatan beneran tulus—duh. Lagi-lagi saya ngomong apa sih."

"Kak Tae lucu ya."

Dari sekian banyak kata yang melintas di otak, malah itu yang keluar dari mulutnya. Untung saja pelayan cafe datang menyajikan pesanan sedikit mengalihkan perhatian Taehyung.

"Ehh— apa?"

"Ah, ngga. Itu makanannya udah dateng  Kapan-kapan aku yang nraktir ya kak."

Masih berusaha untuk memahami, Taehyung mengangguk. Tak ada salahnya juga mendapat makan gratis.

—untuk mengenal lebih jauh tentang masing-masing.

Bukan hanya berdasarkan presepsi dari yang dilihat, didengar, atau praduga-praduga.









No matter how dark things seem to be or actually are, raise your sights and see possibilities—always see them, for they're always there.

Norman Vincent Peale











End.

Iya ini emang singkat pake banget. Semoga kalian bisa nangkep pesan yg mau saya sampein

Itu saya yg ngalamin sendiri sih. Beda proses ending doang wkwkwk. Iya, semakin saya pengen ngehindarin kating eh malah sekelompok -_-
/hush udh jan dibahas lagi/

Voment yaakk ❤

..

macchano [26/01/2018]

perception [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang