Aku kembali. Setelah sulit yang kemelit. Aku berjalan lagi pada arahku sendiri. Ini, setidaknya jadi rinduku yang selanjutnya. Kira-kira begini ceritanya.
Perjalanan malam di kota ini memang candu. Tepatnya dengan kamu. Kita tidak benar-benar punya tujuan. Bukan seperti ingin mampir ke rumahmu atau rumahku.
Kadang kamu beberapa langkah di depan. Kadang juga kita beriringan.
Perjalanan ini bukan soal berapa kilometer yang kita taklukkan. Itu cuma sebagian. Perjalanan ini akan utuh dengan cerita-ceritamu yang terkadang diselingi gurauan.
Katamu, demi malam di kota ini kamu bersumpah tidak akan ke kotamu-- untuk pulang. Demi melihat orang-orang berlalu-lalang atau melihat sudut-sudut kota yang mulai lengang. Malam di kota ini tidak ada bintang, sepenuhnya diisi lampu gedung-gedung. Itupun sebagai penanda datangnya malam. Karena kalau tetap padam, mungkin si pekerja lupa kalau langit masih punya malam.
Kota ini bukan milikmu, pun bukan tujuanmu. Sama halnya denganku. Ini cuma tempat berlari, bukan mencari. Ada banyak penyesalan pada tempat lalu yang tidak bisa dipungkiri.
Sebagian besar yang kutemui ingin pergi dari kota ini. Katanya riuh, gempar, bising. Padahal buat kami, kota ini tetap punya teduh diantara ricuh. Bahkan ada damai diantara ramai.