Lagi-lagi kamu

1.5K 33 2
                                    

Aku tak tahu. Tiba-tiba saja aku meraih bayang semu itu lagi, saat aku memutar sebuah lagu. Dan ternyata itu bayang dirimu. Kenapa kamu hadir disaat nada mulai sendu? Bukankah aku telah mengusirmu? Namun mengapa sekarang kamu datang lagi untukku? Aku tak ingin merindumu. Tak mau lagi bergantung pada harapan semu akan dirimu. Namun aku tak bisa menipu hatiku. Aku masih menginginkan dirimu yang tak pernah menginginan aku. Mungkin aku terlalu mengagungkanmu, hingga aku lupa siapa aku bagimu. Aku hanyalah sebuah aliran dan kamu adalah hilir bagiku. Kamu adalah tokoh utama disetiap lembar ceritaku. Kamu adalah pangeran di istanaku. Ah, itu hanya khayalku. Sering kali aku mencoba meyakinkan diriku bahwa aku sudah melupakanmu. Namun sesering itu pula kamu kembali untukku. Aku berfikir untuk tidak berfikir tentangmu. Namun aku tak mampu.  

Apa pedulimu kepadaku yang bukan siapa-siapamu? Sedikitpun kamu tak pernah mengerti akan semua resahku. Semudah itu kamu menarik-ulur aku. Sebentar ada, sekelibat hilang tak tentu. Aku berfikir untuk tidak menantimu. Maaf, aku menunggu. Aku berfikir untuk tidak lagi bergantung padamu dan harapan semu itu. Maaf, aku sudah terbiasa denganmu. Aku tak mampu berkaca siapakah aku bagimu. Aku terlalu terhanyut pada dunia sengitmu. Yang sebenarnya hanya mampu melumpuhkan semua tumpuanku. Aku berfikir untuk tidak mencintaimu. Namun, aku terlanjur mencintaimu. Aku mencintaimu sampai sebegininya, tapi apa sedikitpun kamu tak paham akan rasaku? Aku tak bisa menuntut dirimu yang bukan siapa-siapa bagiku. Kamu pun takkan mengerti. Karena kamu bukan perasa.   Kini dalam diamku aku benar-benar merasakan bisunya mencintaimu. Menunggu. Aku tak mengerti mengapa begitu dalam aku mencintaimu, hingga aku rela memperjuangkanmu yang tak pernah mementingkanku. Aku sering bertanya-tanya dalam heningku. Memikirkan kamu yang tak pernah memikirkanku. Memikirkan kita yang tak jua satu. Alasanku mencintaimu; sebab aku memang mencintaimu. Kamu, penyebab aku tak pernah lelah untuk menunggu. Kamu, penyebab ngilu. Penyebab hati menggebu. Lalu, penyebab cemburu dan rindu? Ah, lagi-lagi kamu.

Satu BukuWhere stories live. Discover now