Allahu Akbar.. Allahu Akbar...
Azan berkumandang meramaikan fajar. Robi terbangun dan memulai hari dengan bersujud menghadap Yang Kuasa. Saat ia menyiapkan sarapan seperti biasa, tiba-tiba suara bel berbunyi.
Tok.. tok.. tok..
Dibuka pintu dan Ibu sedang berdiri dengan wajah kesal.
"Lama sekali buka pintunya,Rob. Kamu tidur ya?" Ibu membentak.
"Tidak, Bu. Aku habis dari dapur. Dan kemana saja ibu selama ini? Ayah meninggal saja ibu tidak ada." Robi bertanya dengan kesal.
"Bukan urusanmu," Ibu pergi ke kamar meninggalkan Robi.
Robi kembali ke dapur, mematikan kompor yang ia nyalakan dan menemui ibu kembali. Saat Robi ke kamar Ibu, ia melihat Ibu mengobrak abrik isi kamar dan mengambil map berisikan lembaran kertas.
"Pagi ini, kemas rumah. Kamu tidur di rumah Om Rizal. Ibu mau pergi dulu dan jangan cari ibu lagi."
"Ibu, kenapa? Kenapa Ibu menjadi seperti ini."
"Asal kamu tau. Aku itu bukan ibumu. Ibu kandungmu sudah hilang. Tak tau pergi kemana. Dicari tapi sampai sekarang masih belum ditemukan. Aku menikahi ayahmu karena ia bosku. Aku tak tau kalo ayahmu sudah punya anak sepertimu. Semua ia berikan hanya untukmu. Sedangkan aku, apa? Aku tidak mau punya anak seperti kamu. Kebahagiaanku telah hilang karna kamu. Aku benci itu. Yang ku pegang adalah sertifikat tanah dan telah tercantum namaku. Aku berhak melakukan apa saja untuk rumah ini. Kamu, tidak ada hak mengaturku." Ibu mengungkapkan kekesalannya hingga ia menitikkan air mata.
"Ta tapi bukan seperti ini caranya, Bu. Aku minta maaf kalo aku salah. Aku benar-benar tidak tau akan hal tersebut." Robi menangis dengan perasaan penuh pilu.
"Pokoknya kamu kemas barangmu. Aku akan menjual rumah ini. Kamu ambil saja motor yang biasa kamu gunakan. Mobil akan aku gunakan untuk aku sendiri ," tegas Ibu. "Dan satu lagi, kamu simpan saja kotak kecil yang ada di dapur. Itu peninggalan ayah dan ibumu saat momen masa kecilmu. Aku tak sudi membukanya."
"Kamu, kamuu jahat, Bu. Teganya kamu meninggalkan aku sendiri dan pergi dengan harta ayah," jerit Robi kesal.
Seorang lelaki datang dan memanggil Ibu dari pintu depan.
"Sayang, cepat sedikit. Jadwal penerbangannya bentar lagi. Jangan lama ya."
"Iya, Sayang. Bentar," teriak Ibu.
"Itu siapa, Bu?"
"Suami baruku yang sudah aku nikahi semenjak Ayahmu meninggal. Kami akan hidup bersama. Aku pergi dulu dan sampai disini batas aku menjadi ibumu," Ibu meninggalkan Robi sendiri.
Perasaan Robi hancur. Air matanya begitu deras dengan sikap Ibunya yang seperti itu. Dia hanya bisa menyesal, pasrah dan marah dengan diri. Ia segera ke dapur dan mencari kotak yang dimaksud Ibu. Ia temukan kotak yang pernah ia lihat saat Sasa dan Nana berkunjung. Dia buka dan betapa terkejutnya isi kotak itu adalah sebuah flasdisk. Dengan rasa penasaran, ia cek isi flasdisk tersebut. Ternyata isinya adalah foto dan video. Ibu kandung yang ia lihat mirip seperti istri Pak Sutan, Mamanya Sasa. Robi hanya bisa menangis dan tidak percaya dengan kenyataan yang ada.
Tanpa berpikir panjang, Robi mendatangi rumah Pak Sutan dengan mata bengkak.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Robi? Ada apa kamu datang pagi-pagi ke sini?" Aku kaget dengan wajah Robi yang terlihat tidak fit.
"Aku mau bertemu dengan Pak Sutan. Iya ada?"
"Yuk, masuk dulu,"
"Iya, Sa."
"Ada apa Nak? Pak Sutan menghampiri Robi dan bertanya dengan cemas.
"Pak, maaf sebelumnya. Aku mau tanya. Bapak menikah saat tahun berapa dan Sasa telah lahir atau belum?"
"Bapak menikah tahun 1998 dan Sasa lahir dibulan desember tahun 1998. Ada apa, Rob?"
"Pak, ternyata Ibu kandungku telah tiada dan wajahnya mirip dengan istri bapak. Aku hanya memastikan benar atau tidak. Maaf Pak sudah buat risau," Robi menunduk dengan suara isak tangis yang mulai reda.
"Ikhlaskan, Rob. Doakan saja. Jika masih hidup, semoga masih dalam keadaan selamat, tapi jika sudah tiada, semoga ditempatkan disisi-Nya," Pak Sutan tersenyum.
"Iya, Pak. Dan aku mengucapkan terima kasih. Mulai besok, aku akan pindah. Rumah diambil oleh ibuku dan akan dijual. Aku akan tinggal dengan oom. Namun, aku juga belom tau oom akan mau menampungku atau tidak. Maafkan aku jika aku selama ini menyusahkan bapak dan tolong titipkan salamku ke dia. Aku tau aku salah, aku hanya ingin dia aman dan selamat."
Aku datang dan memotong pembicaraan merekan, "tak perlu minta maaf, Rob. Aku sadar aku salah. Dan terima kasih sudah menolongku. Aku banyak dapat cerita dari papa. Dan aku salah menilaimu selama ini," aku tersenyum.
"Iya, Sa. Sama-sama."
"Aku pamit dulu ya, Pak. Assalamu'alaikum."
"Iya, Rob. Wa'alaikumsalam. Kalo kamu mau main atau pun menginap disini, silahkan."
Robi pun pergi ke rumah. Ia berkemas dan pergi dari rumahnya dengan hati yang pilu. Banyak kenangan yang ada dirumah ini. Robi hanya berharap, kedua orang tuanya dapat bahagia dan dia berharap agar orang yang disayangnya dapat bertemu kembali dan akan menjadi miliknya suatu saat nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pejuang Malam
Short StoryKisah seorang pelajar yang memiliki kehidupan serba ada. Namun, keadaan menjadi berbalik ketika ibunya mulai "bekerja". Disaat terpuruk, ia ditemani oleh dua sahabat yang menemaninya. Apa yang dilakukan ibunya? Dan apa yang terjadi padanya saat ibun...