"Perkenalkan, nama saya Park Jihoon. Kalian boleh memanggil saya kak jika berada di luar sekolah. Tapi, selama masih berada di lingkungan sekolah sebisa mungkin panggil saya dengan panggilan pak, meskipun jarak usia kita tidak jauh," jeda pria berperawakan sedikit mungil itu, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas yang akan diampunya satu tahun belakangan ini, "Di sini, saya sementara akan menggantikan Pak Sungwoo yang sedang didinaskan ke luar kota. Jadi, saya mohon kerja samanya."
Ruangan yang sebelumnya tenang, perlahan mulai riuh. Mereka senang, guru bahasa inggrisnya itu didinaskan ke luar kota, sehingga tidak ada lagi lelucon-lelucon tak berbobot dari Pak Sungwoo. Sudah garing, kaku, lajang pula. Pernah suatu ketika, beliau datang dengan hanya mengenakan kaos putih ketat. Lalu menyapa setiap kelas, sambil mengusap-usap perutnya.
Eh-hm, mengumbar absnya kemana-mana. Supaya ada yang mau dengannya.
Duh, kasihan sekali bila ada siswi yang nyangkut dengannya. Dapat opung-opung.
Kemudian, tiba-tiba saja tepukan yang cukup keras di meja depan menghentikan gosipan mereka. "Sebelum saya memulai pelajaran, apakah ada yang ingin ditanyakan?"
Satu per satu, tangan para murid terangkat. Jihoon menunjuk murid berambut coklat tua yang berada di barisan paling depan, "Sebutkan nama kamu, dan apa yang ingin kamu tanyakan."
Pemuda yang ditunjuk oleh Jihoon itu tersenyum lebar, dia lantas berdiri-menghalangi teman-teman di belakangnya. Hmm, ini yang tinggi siapa, yang pendek siapa sebenarnya. "Nama saya Lee Gunhee, Pak. Saya ingin bertanya, Pak Jihoon enggak ada niatan buat lengserin Pak Sungwoo aja sekalian? Soalnya, kami gerah sama Pak Sungwoo. Mengajar, tapi sekaligus mencari jodoh di usia tuanya. Gunhee jadi takut, Pak. Masa, Gunhee pernah dikedipin sama Pak Sungwoo, Gunhee juga pernah dikasih kiss dari jauh, Gunhee juga-"
"Halah, sesi curhat Gunhee Kuya mulai."
"Dijual perhatian, murah. Sekali beli langsung kenyang perhatian."
"Lambe Gede mencoba menambah followers, Bung."Ish, nyebelin. Begitu yang terlintas di pikiran Tante Gunhee. Dia lantas membalikan badannya, dan menatap tajam kawan-kawan kotorannya itu. Dari mukanya sih, seperti akan marah. Tapi, baru beberapa detik seketika kelas menjadi ricuh kembali. Kali ini hampir sekelas menertawai Gunhee. Gara-gara menggigit bibir bawahnya, sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibir. "Di-am," katanya dengan nada sedikit didesahkan.
"Leekita Mirzani, Dude."
"Oh, Men. Oh My God."
"Replika Bora noona mulai menggila."
"Ew, Gunhee. Kurang-kurangin deh kadar cabenya."Aduh, belum sehari saja sudah pusing begini.
"Anak-anak, tolong diam," Jihoon berusaha bersikap setenang mungkin, sebab dari beberapa rekan guru lain memang kelas ini sebelas dua belas dengan kelas samping, yang isinya lebih ganas.
"Gunhee, kamu boleh duduk. Saya ingin menjawab pertanyaan kamu, tapi sebelumnya kamu salah berkata seperti itu. Hargai Pak Sungwoo, meskipun dia seperti itu. Seharusnya, kalian bersimpati dengan Pak Sungwoo. Begitu-begitu, beliau guru kalian, dan bukankah sebentar lagi kalian akan lulus? Atau kalian ingin tinggal?"
Serempak mereka menjawab tidak, dan tentunya masih ada yang menjawab nyeleneh.
"Sudah-sudah. Saya lihat juga nilai kalian di mata pelajaran bahasa inggris tidak ada yang jelek. Jadi, saya tetap akan mengajar sementara di sekolah ini. Terkecuali, kepala sekolah yang menyuruh saya untuk menjadi guru tetap di sekolah ini."
Semua murid mengangguk-anggukkan kepalanya, meski tak semua menyutujui untuk menghargai Pak Sungwoo. Lalu, Jihoon segera menunjuk salah satu murid yang ingin bertanya, sebelum Gunhee menceritakan kisah pahitnya kembali.
"Silahkan bertanya, dan beritahukan namamu."
Pemuda berkepala mungil itu menunjukkan raut datarnya, oh mungkin dengan senyum yang sangat tidak kentara, "Nama saya Bae Jinyoung. Saya ingin bertanya, berapa lama nantinya bapak akan mengajar?"
Akhirnya, Jihoon bisa bernapas lega. Ada juga pertanyaan normal. "Saya di sini akan mengajar setidaknya satu tahun atau 8 sampai 10 bulan. Saya yang akan membimbing kalian melalui ujian nasional. Jadi, belajarlah dengan sungguh-sungguh."
"Tapi, sungguh-sungguh tidak mau belajar dengan saya, Pak," celetuk salah satu murid bername tag Ahn Hyungseob. Membuat kelas kembali meledakkan tawanya.
Ya ampun, eomma tolong kuatkan Jihoon.
>>•<<
Selepas membuat tangannya sangat memerah. Akibat terlalu sering memukul meja, Jihoon keluar dari kelas tersebut. Dengan wajah sedikit kusut. Untung saja yang barusan berbunyi bel istirahat. Jadi, dia bisa mengistirahatkan kepalanya yang berdenyut-denyut semenjak tadi.
Malang, baru melangkah beberapa saat saja ada yang menabrak bahunya. Menyebabkan bukunya terjatuh. "Ah, maafkan saya, Pak. Saya tidak sengaja." Jihoon mendongak, lantas tersenyum. Rupanya Jinyoung yang tidak sengaja menyenggolnya. Well, tapi Jihoon senang. Karena Jinyoung seperti menjadi satu-satunya murid yang waras di sana. Wajahnya juga sangat kecil, lucu.
"Tidak apa-apa." Jinyoung buru-buru berjongkok, membantu Jihoon menata bukunya. Setelah itu dia ikut berdiri, bersama Jihoon setelah mengembalikan bukunya pada genggaman Jihoon. Kali ini senyumnya sedikit lebih lebar, ketika menatap Jihoon, "Sekali lagi, maaf ya, Pak."
Jihoon mengulum senyumnya, serta menganggukan kepalanya. Kemudian, sebuah suara menginterupsi mereka, "Sayang?"
Jihoon dan Jinyoung serempak menengok ke arah suara itu berasal. Pemuda yang memiliki darah keturuan Taiwan itu menatap kedua orang di hadapannya, bingung.
Jinyoung tersenyum, sedang Jihoon tersenyum tipis.
Lai Guanlin, sosok yang sudah di kenal sebagai salah satu berandalan SMA Menet 101 bersama Kwon Hyunbin, Kim Samuel, dan lainnya. Tetapi, yang paling menggelikan ia hanya luluh pada satu orang, dan orang itu adalah tambatan hatinya.
Masalahnya, siapa?
.
.
.
.
.
To Be ContinueKemungkinan cuman Twoshoot, dan cliffhanger, atau enggak tahu nanti gimana.
Ini fic pertama, di akun ini, sekaligus jadi fiksi pertama juga dengan characters Wanna One/Produce 101 S2. So, I need your vote and comment, biar tahu aja fiksi ini gimana ฅ'ω'ฅ.
Fanfiction ini semi baku. Mungkin narasi baku, tapi sewaktu berbicara non baku biasanya.
Main characters (Korean age):
Lai Guanlin (19)
Park Jihoon (22)
Bae Jinyoung (19)
Kang Daniel (25)Bau-baunya sih, udah ketebak segi berapa. Hmmm.
Tolong dong, enaknya Guanlin sama Jinyoung (berhubung mereka di sini murid) kelasnya samaan/beda? Terus kelas IPS/IPA? Thanks.
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine •pw•
Fiksi PenggemarApa yang kita lihat, belum tentu sama dengan apa yang kita ketahui. Begitu pepatah yang sering terucap. Lai Guanlin hanyalah siswa berandal di sekolahnya. Tak taat aturan, susah dimengerti, rusuh, berani kepada para guru, terkadang juga menjadi soso...