Ichi

7 0 0
                                    

Libur kenaikan kelas telah usai. Lembaran baru yang harus dijalani Anya di kelas duabelas akan lebih berat dari dua tahun sebelumnya. Ujian Nasional, Perguruan Tinggi, dan sekelas dengan Daniel lagi. Itu juga bila Daniel bangun dari keadaannya yang sekarang.

"Huft." Helaan nafas Anya mengganggu fokus Alfa yang sedang menyetir.

"Nya kamu kenapa sih? Dari tadi kayaknya gelisah." Ucap Alfa dengan nada khawatir.

Anya tidak bergeming. Yang ada dipikiran Anya hanyalah Daniel.
Danielnya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit karenanya.

"Soal Daniel? Kamu gak akan jenguk dia lagi?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Alfa begitu saja. Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Fokus nyetir aja ,kak." kali ini Anya menjawab singkat.

Suasana hening menyelimuti keadaan dalam mobil itu. Anya yang masih tidak menyangka banyak kejadian yang menimpanya setahun terakhir ini dan Alfa yang merasa tidak becus menjadi kakak karena tidak mengetahui apapun tentang apa yang dialami adiknya.

Tak lama Alfa memberhentikan mobilnya di depan sebuah toko buku yang terletak di tengah Kota Bandung. Anya meminta Alfa menemaninya membeli perlengkapan sekolah baru berhubung hari ini hari Minggu dan kakaknya sedang senggang.

"Makasih ya,kak. Udah mau anterin Anya." perempuan itu berkata sambil menundukan kepalanya masuk ke dalam toko buku.

Alfa hanya bisa mengusap wajahnya pelan, dia memilih untuk menunggu di cafe yang ada disebrang toko buku itu. Calais Cafe.

«●●●»

"Kringg." Suara pintu terbuka bersamaan dengan bunyi lonceng yang ada diatasnya.

Indra penciuman Alfa mendeteksi adanya wangi khas cokelat dan kopi di Cafe bergaya retro minimalis ini.

"Hot chocolatenya 1." Ucap Alfa bersamaan dengan seorang lelaki yang hampir sepantar dengan tinggi Alfa.

"Loh Bang Alfa?" Ucap remaja lelaki itu.

"Alif!" Ucap Alfa setengah terkejut. "Udah lama banget gak ketemu, lo apa kabar sama anak fotografi?"

"Iya nih, baik kok kita semua. Abang apa kabar? Udah lama gak hunting foto bareng kita, udah lama juga gak lihat abang ke Balai Kota." ucap Alif dengan antusias.

"Baik Alhamdulillah, duduk bareng yuk temenin gue. Sambil ngobrol-ngobrol juga." ajak Alfa sambil mengambil dan membayar pesanan mereka. "Gue traktir ya." lanjut Alfa.

"Duh asik nih thanks bang." Alif berjalan mengikuti Alfa sambil menyeruput hot chocolate miliknya.

Mereka duduk dekat pintu masuk sambil menikmati hujan yang mengguyur Kota Kembang.
"Untung aja ketemu sama lo lif, gue lagi nungguin adik gue yang lagi ke toko buku. Kalo gak ada lo mungkin gue ngenes sendiri disini." gurau Alfa.

"Kasian banget lu bang, makin ngenes karena kita berdua ini cowok kali." Tawa mereka pecah begitu saja. "Oh iya bang kok gue gak tahu ya kalau abang punya adik." tanya Alif.

"Adik gue beda tempat tinggal sama gue lif, dia sama orang tua kita, dan gue jagain nenek dirumah nenek. Wajar aja tiap anak-anak pada ngumpul dirumah gue, gak lihat adik gue." Balas Alfa. Dan Alif mengangguk membuat bentuk o di mulutnya.

"Abang masih suka hunting foto?" tanya Alif.

"Udah semester akhir nih gue, susah bagi waktunya." balas Alfa sambil sesekali mengecek handphonenya. "Lif kapan-kapan gue kenalin ke adik gue ya." lanjut Alfa.

"Boleh juga tuh." timpal Alif. "Eh iya bang, gue lupa mau jemput nyokap. Keasikan ngobrol nih." ucap Alif yang mencari kunci motor di ranselnya.

"Hooh, nanti gue kabarin ya buat pada ngumpul dirumah gue." ucap Alfa sambil bertos ria dengan Alif. Kebiasaan mereka pada saat kumpul dulu.

"Iya bang, duluan." Alif berlari keluar cafe memakai helmnya dan mulai menyalakan mesin motor trail-nya itu.

Alfa menatap kepergian Alif dan berpikir bahwa Alif cocok dengan Anya.

Alif yang humoris, Anya yang pendiam.

Anyaaa is calling.

"..."

"Udah selesai Nya? Oke kakak kesitu sekarang."

"..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang