Tepat setelah suara bel berdenting, Jungkook segera menghilang dari lingkungan peredaran sekolah. Langkah – langkah kaki pemuda itu yang gesit mendeskripsikan kecemasan di wajahnya yang sudah ia tahan sejak jam pelajaran pertama. Berita dari Jihyo tentang kakak Jaehyun yang menghilang benar – benar mengacaukan fokus otak Jungkook sehingga ia tidak bisa tenang mengikuti kegiatan pembelajaran.
Urung ujung sepatu Jungkook melewati gerbang sekolah, terdengar sayup – sayup pekikan dari kejauhan yang meminta pemuda itu untuk berhenti berlari. Ingin Jungkook hiraukan suara yang begitu familiar di telinganya, namun sanubari milik pemuda itu tak sependapat.
Sekali perintah dalam hati membuat kaki Jungkook mengerem langkahnya. Sekarang sudut mata Jungkook tengah membidik sosok sahabat perempuannya yang mendekati pemuda itu sambil terengah – engah.
"Ayo." Ajak Mina sambil tetap berlari kecil hingga mendahului Jungkook. Keduanya sadar bahwa mereka sama – sama memiliki tujuan yang serupa, yaitu segera menemui Jaehyun yang pasti tanpa pengawasan.
Kakak Jaehyun bernama Jung Soojung. Profesinya sebagai seorang model, sebuah pekerjaan yang sangat sepadan untuk wajahnya yang cantik. Gadis yang tidak diketahui keberadaannya sejak kemarin malam itu adalah satu – satunya anggota keluarga yang Jaehyun miliki, selain kedua orang tuanya yang tekun berbisnis di benua seberang.
Jungkook dan Mina kini telah menyisakan jejak – jejak sepatu mereka di halaman rumah Jaehyun. Rumah dominasi warna putih itu terpantau dari luar tampak sangat lengang dan tidak berpenghuni. Jungkook berniat segera menembus kediaman Jaehyun tanpa permisi, sebelum sosok yang sangat ia kenal membuka pintu kediaman Jaehyun dari dalam.
"Paman Namjoon?"
"Jungkook? Sedang apa disini? Jangan – jangan Jaehyun adalah temanmu?"
Seseorang yang menjadi objek pertanyaan itu hanya mengulurkan senyum tipis sembari kepalanya bergerak ringan secara vertikal mengiyakan lawan bicaranya.
Berdiri di hadapan Jungkook, seseorang tersenyum ramah hingga memperlihatkan lesung pipinya yang manis. Walaupun pakaiannya sedikit berantakan, yaitu hanya bermodalkan kaos hitam polos yang dilapisi jaket jeans yang warnanya mulai memudar, Jungkook mengakui bahwa kharisma seorang polisi tetap terpancar dari pamannya.
"Paman terlihat semakin tidak terurus. Kumismu bahkan tumbuh sampai memenuhi bibir." Ucap Jungkook yang reflek membuat Namjoon mengusap bagian bibir atasnya.
"Akhir – akhir ini semakin banyak kasus. Aku sampai tidak bisa istirahat. Entahlah, manusia di bumi ini makin lama semakin aneh." Jungkook lagi – lagi hanya mengulum senyum tipis mendengar jawaban dari pamannya, sampai hati kecil pemuda itu tersentil mengingatkan tujuan awal ia mendatangi rumah Jaehyun.
"Paman, apakah Jaehyun baik – baik saja?" Tanya Jungkook ragu dengan air wajah gundah yang kentara dibaca pamannya.
Wajah Jungkook berubah memucat saat mata Namjoon yang berubah sendu. Senyuman polisi muda itu bahkan lambat laun menghilang, berganti dengan garis – garis kerutan di dahi yang menandakan ia sedang berpikir.
Namjoon sedang berdebat dengan hatinya karena tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa atas pertanyaan dari keponakannya itu. Keadaan Jaehyun bisa dibilang jauh dari kata baik. Rumor mengenai Jaehyun yang hampir kehilangan kewarasannya telah sampai ke telinga polisi muda itu ketika ia memulai penyelidikan kasus menghilangnya Jung Soojung.
Laporan sementara menyatakan kalau Soojung mulai tidak diketahui keberadaannya sejak kemarin malam. Lokasi terakhir gadis itu yang dapat dilacak adalah pemberhentian bis yang berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya. Dalam rekaman cctv, pada malam sebelum ia menghilang, Soojung diketahui keluar dari rumah tetangganya. Setelah itu ia berjalan menuju pemberhentian bis dan tidak pernah kembali hingga detik ini.
"Mungkin sebagai temannya, kau pasti lebih tahu." Pada akhirnya hanya jawaban itu yang dapat dilafalkan oleh Namjoon.
Bibir polisi muda itu tidak cukup mampu menjelaskan kondisi terakhir Jaehyun yang begitu memprihatinkan ketika ia meninggalkan pemuda itu bersama Seulgi, rekannya yang sesama polisi. Jaehyun hanya duduk dengan tatapan kosong di depan meja rias kakaknya dan tenggelam dalam lamunan yang ia buat. Hanya tangan pemuda itu yang asik memainkan untaian benang merah hingga melilit tangan pemuda itu.
Bahu Jungkook makin melorot mendengar fakta yang terucap dari bibir pamannya. Begitu pula dengan Mina yang sedari tadi kehadirannya tampak diabaikan oleh Jungkook dan Namjoon. Aura di sekitar gadis itu yang sejak awal sudah berwarna kelabu setelah kematian Chaeyeon menjadi terasa lebih gelap, terbawa oleh penderitaan sahabat yang ia cintai dalam diam karena ditimpa beribu masalah.
Syaraf – syaraf halus di permukaan kulit Namjoon dapat merasakan aura kelam yang terpancar dari Mina. Pada akhirnya, Namjoon harus mengakui eksistensi gadis itu yang sejak tadi tak ia rasakan. Polisi muda itu sedikit terkejut mengenali wajah Mina yang kini memberikannya sebuah senyuman kaku.
"Apa kau benar Myoui Mina?" Tebak Namjoon yang tepat mengenai target dan berhasil membuat Mina reflek membulatkan matanya. Ternyata tidak hanya gadis dengan senyum dingin itu saja yang terkejut, Jungkook juga tidak bisa menyembunyikan tanda tanya yang terlukis di kening kepala kepalanya.
Baru saja gestur Mina menunjukkan upaya untuk bertanya, tetapi Namjoon kembali bersuara hingga membuat bibir Mina yang sudah terbuka sedikit untuk berbicara, kembali tertutup rapat.
"Aku melihat fotomu di buku harian Jaehyun. Sepertinya kalian sangat dekat."
Namjoon tidak pernah menebak jika ucapannya yang polos akan berimbas membuat sang keponakan terbakar emosi. Sinar amarah nampak tersirat dibalik sudut mata Jungkook yang melirik Mina. Sudut bibir kanan Jungkook tersenyum picik. Lagi – lagi hatinya hanyut dalam silogisme kematian Chaeyeon dengan salah satu premis yang menyatakan terdapat hubungan melampaui batas antara Jaehyun dan Mina.
"Kami hanya teman." Jawab Mina sedikit bergetar dan penuh keraguan. Kepalanya yang selalu ia tundukan kini tersembunyi semakin dalam, menenggelamkan wajah gadis itu yang dilingkupi ketakutan. Percikan api kemarahan Jungkook telah menyambar hati Mina yang makin terluka.
"Baiklah. Aku harus pergi. Penyidikan kasus penemuan mayat tempo lalu di gedung tua sudah memenuhi titik terang. Tersangkanya sudah ditemukan. Aku harus melakukan pemeriksaan tersangka dan melengkapi berkas – berkas agar cepat dilimpahkan ke kejaksaan."
Mendengar penuturan pamannya, Jungkook hanya tersenyum tipis sembari memberikan semangat. Namjoon juga membalasnya dengan sebuah tepukan hangat di kepala keponakannya yang sudah tumbuh tinggi sebelum meninggalkan pekarangan rumah Jaehyun.
Sesaat insting Namjoon yang sudah terlatih menjadi lebih tajam mencium gelagat aneh dari rumah yang bertetanggaan dengan rumah Jaehyun yang baru saja ia lewati. Sudut matanya tidak sengaja menangkap keberadaan seseorang yang mengintip dari balik gorden jendela di lantai dua. Tetapi ketika ia berusaha memastikan hal itu sekali lagi, bayangan itu telah hilang atau bahkan tidak pernah ada.
"Maaf!" Entah karena terlalu asik bermain dengan spekulasinya, Namjoon tidak sengaja menabrak seorang pemuda berpakaian serba hitam yang berlari dari arah yang sama dengannya. Mungkin karena tabrakan yang terjadi diantara mereka terlalu keras, menyebabkan topi yang dipakai pemuda itu jatuh dan memberikan kesempatan bagi Namjoon untuk melihat wajah pemuda itu dengan cukup leluasa. Si pemuda tadi segera meminta maaf kepada Namjoon dengan membungkuk sopan dan cepat memungut topinya yang tergeletak di trotoar.
Termasuk mengambil sebuket bunga mawar hitam yang mungkin terjatuh saat Namjoon dan pemuda itu tidak sengaja bertabrakan.
Lagi – lagi Namjoon merasakan hawa aneh tak kasat mata yang dibawa oleh pemuda tadi. Caranya yang pergi dengan terburu – buru seakan – akan berusaha bersembunyi dari sesuatu atau mencari sesuatu. Namun ekspresi wajahnya yang ketakutan membuat argumen Namjoon semakin menjadi misteri yang harus dipecahkan.
Polisi muda itu hendak melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Tetapi tidak sampai ia mendengar suara pecahan kaca yang menggema dari arah rumah Jaehyun dan teriakan Kang Seulgi yang begitu keras membuat Namjoon harus kembali ke rumah itu.
-satan's slave-
YOU ARE READING
[97 Line] SATAN'S SLAVE
HorrorSaat manusia kehilangan arah, siapa yang dia pilih untuk berpaling?