III

612 125 35
                                    


"Ada perlu apa?"

Tatapan mata Jihyo berubah tidak bersahabat saat seorang pemuda berdiri menghadang satu-satunya jalan keluar dari kelas. Sia - sia saja usaha gadis itu pulang paling akhir untuk menghindari Jungkook. Nyatanya pemuda itu tidak menyerah menunggu Jihyo untuk seorang Jungkook yang tidak suka menghabiskan waktunya untuk hal tidak berguna.

"Kumohon Jihyo aku minta maaf. Aku tidak bisa memberitahumu. Aku takut kau akan membenci Mina dan menyalahkan perasaannya. Aku tidak bisa membayangkan persahabatan kita hancur karena cinta yang datang pada waktu yang tidak tepat." Jelas Jungkook saat Jihyo hendak menerobos benteng yang ia bangun di depan daun pintu. Gadis itu kini terdiam. Sorot matanya menekan Jungkook untuk berbicara lebih banyak.

"Seperti api. Ada kalanya api kita butuhkan, ada kalanya api menjadi ancaman untuk kita." Lanjutnya sambil meraih jemari tangan Jihyo dan menggenggamnya erat. Tapi kepala Jihyo menggeleng menandakan ia tidak setuju dengan perumpaan yang Jungkook ungkapkan.

Hati Jihyo mengeras menyalahkan perasaan Mina yang jatuh cinta pada Jaehyun, sahabat mereka. Lancang sekali bagi seorang Mina berani menyimpan segenap hatinya untuk pemuda yang sudah berkepemilikan. Apalagi Jaehyun adalah milik Chaeyeon, sahabat Mina sekaligus sahabat mereka. Perasaan yang Mina simpan selama ini lebih pantas disebut pengkhianatan oleh bibir Jihyo.

Tapi pikiran Jihyo kembali diputar, perasaan Mina tidak bisa disalahkan atas keadaan. Semua terjadi hanya disaat waktu yang tidak tepat. Seperti kata Jungkook. Sesuatu yang Mina rasakan tidak akan salah jika saat itu Jaehyun tidak dimiliki Chaeyeon. Jihyo sadar, semua hanya karena perkara masa.

Tangan Jihyo membalas rengkuhan jemari Jungkook di tangannya. Kepala gadis itu bergerak ke atas, menatap mata Jungkook yang berada cukup tinggi dari jangkauan padangannya. Sudut bibir gadis itu perlahan mengulur. Senyuman hangatnya kembali terbit dan menerangi hati Jungkook yang segelap malam sebelum fajar menyinsing.

Mata gadis itu berkilauan karena air mata yang tertahan di bola matanya.

"Harusnya aku yang minta maaf. Aku mendiamkan kau dan Mina disaat kita harusnya bersama untuk membantu Jaehyun."

-satan's slave-

Jungkook menutup aplikasi pesan online di layar handphonenya setelah pemuda itu membalaskan beberapa kata - kata kepada lawan bicaranya di aplikasi chatting, yang tengah sekaligus membayangi pikirannya saat ini. Namun belum sempat memikirkan apapun, keberadaan Mina di hadapan Jungkook membuat pemuda itu harus memfokuskan diri pada sahabatnya sejenak. Walaupun ia cukup tahu kemana arah pembicaraan yang akan dibawa oleh gadis itu.

"Apa Jaehyun benar - benar masuk sekolah hari ini?" Gadis itu bersuara sangat pelan sehalus hembusan angin, berharap hanya Jungkook yang mampu mendengar suaranya. Pertanyaan Mina sesuai dengan ekspetasi Jungkook. Tanpa ragu pemuda itu mengangguk lirih.

"Jihyo memastikan hari ini Jaehyun akan datang. Dia sudah kembali membaik." Sambung Jungkook setelahnya. Pemuda itu berharap Mina yang masih betah duduk dihadapannya segera pergi, namun mata gadis itu menguncinya untuk tetap berbicara.

"Jaehyun tidak datang bersama Jihyo. Dia sedang ke Busan bersama kakaknya. Apa Jihyo tidak memberitahumu?" Mina mencoba bersuara lebih banyak lagi saat Jungkook tampak enggan berbicara dengannya. Hati gadis itu terasa nyeri menyadari semua kini tak lagi sama seperti dahulu.

"Aku tahu. Jihyo baru saja mengirimkanku pesan." Jawab Jungkook dengan alunan nada yang sedikit tidak mengenakkan. Melodi yang cukup membuat sayatan - sayatan kecil di hati kecil Mina semakin bertambah.

"Kau bisa kembali ke tempat dudukmu." Secara tidak langsung Jungkook berusaha mengusir gadis dihadapannya. Mina sangat mengetahui itu karena ia masih tidak beranjak dari hadapan sahabat laki - lakinya. Mina dengan mudah membaca kode dari Jungkook untuk menatap sekeliling, tatapan setajam pisau tengah membidiknya dari seluruh penjuru kelas.

Jungkook sadar ia sudah keterlaluan bersikap tidak baik kepada Mina. Kejam rasanya memperlakukan gadis polos itu bagai seorang pendosa karena telah menyebabkan temannya terbunuh. Secara tidak langsung itulah pemahaman yang kini menjalari setiap jaringan syaraf di otak Jungkook, walaupun sekeras karang hatinya menolak fakta itu.

Kematian adalah murni pilihan Chaeyeon sendiri. Tidak pantas rasanya Mina dan Jaehyun dijadikan penyebab atas kembalinya gadis itu kepangkuan Sang Pemilik Semesta. Namun otak Jungkook kembali berkilah menangkis suara hatinya, mereka seakan memaksa Jungkook untuk menyakini bahwa tidak ada kematian Chaeyeon tanpa berhulu dari Mina dan Jaehyun yang membakar kesetiaan Chaeyeon di belakangnya.

Semuanya kini sudah berbeda, ikatan persahabatan dan manusia - manusia di dalam lingkaran itu pun terbawa arus ikut berubah. Terlebih Jaehyun yang kini sudah seperti bangkai berjalan dengan kemampuan bernafas. Bahkan Jaehyun tidak dapat disebut hidup lebih baik jika sudah lepas kendali seperti binatang. Pemuda itu akan berteriak histeris dan tidak terkontrol.

Disandingkan dengan orang kehilangan jiwa pun, Jaehyun jauh lebih tidak waras. Ditinggal Chaeyeon setelah ia berhasil memporak - porandakan hati kekasihnya dengan bermain api dengan sahabatnya sendiri, rasanya tidak masuk akal menjadikan ia begitu depresi seperti ini.

Memikirkan semua yang telah terjadi sekarang membuat kepala Jungkook sakit sendiri. Terlebih keadaan Jaehyun yang cukup buruk dikatakan sehat berjanji akan kembali bersekolah, justru tak kunjung menampakkan dirinya. Kehadiran firasat buruk yang singgah ke hati Jungkook sejak tadi ternyata benar adanya, setelah sudut mata laki - laki itu tak sengaja melihat notifikasi pesan online dari Jihyo yang muncul di layar ponselnya.

Jungkook! Kakak Jaehyun hilang!

-satan's slave-

[97 Line] SATAN'S SLAVEWhere stories live. Discover now