Surya masih menjalani UK 1 Matematika di sebelah Yudha saat tiba - tiba HPnya berbunyi. Masalahnya bukan apa - apa, tetapi bunyi notifikasinya yang sudah dicustom oleh sang pemilik HP itu sendiri, malu - maluin seisi Indonesia Raya.
"MIMIN OH, MIMIN OH, MIMIN-"
"AILAPYU!" balas para murid - murid kelas 12 IPA 1 itu sekali lalu melanjutkan pekerjaan mereka mengerjakan ulangan trigonometri, setengah cekikikan.
Pak Heru sang guru matematika sekaligus pengawas ujian mereka kali ini hanya bisa menepuk jidat menahan tawa melihat muridnya seperti ini. Mau marah tapi nggak jadi. Surya masalahnya nggak berani mengangkat HPnya di depan guru killer tapi hobi curhat ini. Selain karena sedang ulangan, menyalahi kontrak kelas selama Pak Heru mengajar adalah sebuah dosa berat yang bisa berujung dikeluarkan dari kelas.
Tak lama kemudian, ganti HP Pak Heru yang berbunyi.
"HAI MENGAPA KAMU KALAU NGEDANGDUT SUKANYA BILANG~?"
"BUKA SITIK JOS!"
Surya tertawa puas dalam hati. Mungkin sedari tadi Pak Heru menertawakannya karena nada dering ponsel sang adam bersematkan Cakrabhumi itu lebih cemen daripada dia. Kenyataannya sama aja. Dasar sebelas dua belas emang.
Sang guru berkumis itu pun membuka isi notifikasi ponsel Xiaomi itu dan membaca sebuah pesan dari yang ternyata orang nomor satu di SMA ini. Lantas, sang bapak berkumis cuma mesem - mesem tak jadi melanjutkan coretcoretpenyiksaancoretcoret kepada dua orang yang akan dipanggilnya.
"Surya, Yudha," panggil sang guru.
"Nggih, Pak?" balas keduanya, Surya dan Yudha.
"Sekarang kalian boleh pergi ke ruang kepala sekolah. Pak Ridwan sedang memanggil kalian di ruangannya. Kalian akan diberi misi olehnya. Untuk itu, kalian boleh mengambil ujian susulan di minggu depan. Sekarang, simpan alat tulis kalian berdua, silahkan menuju ruang kepala sekolah,"
Murid yang lainnya bersahutan seakan dunia hanya berlaku baik pada dua orang yang mirip pasangan suami takut istri ini. Susis emang. Suami sieun istri. Maklum, biasanya memang dua bujang ini memang terlihat mesra karena mereka sudah sebangku, mereka adalah ketua dan wakil ekskul pramuka di SMA ini. Yah, sekali lagi, dunia serasa milik berdua. Yah, walaupun begitu sih, dua - duanya saling menggenggam tangan melepas ucapan Yes! karena sudah bisa terbebas dari azab /?/ UK pertama sang guru killer. Setidaknya supaya mereka bisa belajar lagi.
Keduanya melenggang jalan dengan penuh bahagia. Pasangan Susis keluar dari pintu kelas dengan mudahnya setelah berdiri dan menyalimi sang guru.
Di luar kelas dalam perjalanan menuju tangga, Surya dan Yudha saling berdiskusi. Menyiapkan segala kemungkinan baik atau buruk. Apa jangan - jangan karena danusan mereka bulan - bulan ini kurang karena ketahuan ada adek kelas satu ekskul mereka yang ngutang sosis belom kebayar - kebayar juga? Dag dig dug, mungkin semuanya mengalahkan demam panggung sebelum tangan terjalin untuk sebuah akad nikah.
HOI BELOM.
Dengan perasaan H2C alias harap - harap cemas, dua romeo ini berjalan memasuki ruangan kepala sekolah setelah mengetuk pintu terlebih dahulu dan mengucap salam.
"Assalamu'alaikum, Permisi Pak,"
"Wa'alaikumussalaam, Masuk!"
Dua romeo berbeda agama itu lantas kian melangkahkan kaki ke ruangan sang kepala sekolah. Tak disangka, di ruangan itu sudah ada empat kakak kelas yang berbaju bebas namun tak lupa dengan dasi merah putih pramuka mereka masing - masing. Tidak salah lagi, ini adalah kakak - kakak kelas mereka dua tahun di atasnya.
YOU ARE READING
Pramuka GUDEP17
Fiksi Penggemar[ SEVENTEEN!AU, Lokal!AU ] - Bagaimana jika para siswa yang terpilih di ekskul Pramuka di sebuah SMA di Jakarta yang berasal dari berbeda - beda latar belakangnya akhirnya terkumpul menjadi tiga belas anak yang diberi amanah dari sang kepala sekolah...