Yang mampir jangan lupa vote sama komen ya 😉
"Dara ikut."
Aku berteriak semangat saat mendengar Om Dewa dan Tante Dewi akan pergi berlibur bersama teman-temanya. Om Dewa dan Tante Dewi tampak terkejut mendengar teriakanku yang tiba-tiba itu. Aku baru saja pulang dari kegiatan sekolah dan langsung mendengar Tante dan Om yang membicarakan liburan di ruang keluarga.
"Dara, Kamu kok sudah pulang? Sejak kapan kamu ada di situ?" kata Tante Dewi menatapku penuh keheranan.
Aku menyengir. "Aku izin sakit Tan," ujarku dengan menampilkan wajah polos. Jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, sangat tidak wajar jika anak sekolahan sepertiku sudah berada di rumah.
Tante Dewi mendelik menatap ke arahku. Sedangkan Om menggelengkan kepala sembari terkekeh pelan.
"Aku benaran sakit loh Tan. Tadi muntah-muntah terus di sekolah." Tante Dewi masih tampak tak percaya padaku. "Lihat wajahku aja pucat gini." Aku kembali berkata sembari menampilkan wajah sedih dengan bibir mengerucut.
Tante masih mengamati wajahku. Lalu sepuluh detik kemudian Tante Dewi menghela napas. "Yaudah masuk kamar gih. Nanti Tante bawakan obat."
Aku tersenyum senang dan duduk di samping Tante Dewi. "Jadi kita mau liburan ke mana?" tanyaku antusias.
Kening Tante berkerut, entah karna mendengar ucapanku atau karna aku tak menuruti keinginan Tante.
"Ke Bali ya tan. Aku mau ke pantai kuta. Aku belum pernah ke sana sekalipun. Atau ke lombok juga boleh Tan, emmhhh.... Malang juga asik tuh Tan."
Aku terus berbicara, promosi sana sini dengan semangat. Aku baru menghentikan ocehan saat mendengar Om Dewa tertawa terbahak-bahak di samping Tante Dewi.
"Om, kenapa?" Aku menatap polos ke arah Om Dewa dan Tante Dewi bergantian.
Tante Dewi menggeleng. "Dara. Kamu tidak ikut. Kamu di rumah saja, jaga Devi dan Devo," ucap Tante Dewi membuat semangatku terjun bebas.
Aku cemberut dengan wajah mengerucut. "Tidak mau, aku mau ikut."
"Please... Tan." Aku memohon dengan wajah dibuat sesedih mungkin. Tidak juga sih, karna aku memang sedih dan akan menangis sebentar lagi jika tidak dibawa juga di liburan kali ini.
Enam bulan yang lalu Tante dan Om juga pergi berlibur dan dengan teganya mereka meninggalkan aku sendiri, menjaga rumah yang lumayan luas ini.
Kulihat Tante Dewi menghela napas. "Tidak bisa sayang. Katanya kamu sakit. Lagian kamu juga sudah kelas tiga kan, sebentar lagi ujian."
Ucapan Tante Dewi membuat mataku memburam. Aku menatap mata Tante Dewi memohon, Tante Dewi balas menatapku dengan membisu. Tak kehabisan akal, aku beralih menatap Om Dewa. Namun, sama saja, Om Dewa malah mengedikan bahu tanda tak mau mengambil keputusan.
Mataku kembali menatap tante Dewi. Lalu beberapa detik kemudian aku menggigit bibir, menahan tangis.
Aku berdiri, menarik napas beberapa kali guna menghilangkan rasa kecewa yang membuat dadaku sesak. Sangat sulit rasanya bernafas saat ini. "Da... ra, Dara ke kamar dulu Tan-Om," ucapku dengan tersedat-sedat.
Aku melangkah pelan-pelan, begitu tiba di bawah tangga aku langsung berlari menaiki tangga menuju kamarku. Masih kudengar Tante dan Om yang kembali melanjutkan obrolan mereka. Sampai di kamar aku langsung membanting diri ke ranjang. Dan mulai terdengar sedu-sedan. Air mataku terus mengalir, tidak mau berhenti entah sampai kapan.
Aku terlalu kecewa saat ini. Aku, Tante Dewi dan Om Dewa memang tak ada hubungan darah. Orang tuaku meninggal dalam kecelakaan dan kebetulan dulu semasa hidupnya Ibuku bertetangga dengan Ibu Tante Dewi dan Om Dewa. Jadilah Tante Dewi dan Om Dewa sering di titipkan pada Ibuku jika orang tua mereka sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Raga
RomanceTersedia versi ebook di google play book Karena cinta membutakan segalanya. Aku tidak peduli meski usiaku dan Om Raga terpaut jauh. Aku tidak peduli dengan status Om Raga dan masa lalunya. Aku juga masih tetap tidak peduli saat aku kehilangan seg...