Angin lembut melengkapi sore ini, jingganya langit seakan mendukung sepinya diriku saat ini. Bersama secangkir Expresso panas yang menjadi kegemaranmu selama ini dan sebuah kenangan kecil yang kau berikan kepadaku waktu itu.
Kini aku tengah berada di sebuah tempat yang selalu kita kunjungi setiap akhir pekan, kedai kopi kecil yang berada disudut kota. Entah kenapa kau selalu meminta kepadaku agar mau menghantar dan menemanimu menghabiskan sore diakhir pekan dengan menikmati secangkir Expresso di kedai kecil seperti ini. jika dilihat dengan seksama, kedai ini tak sebagus kedai lain dan jauh dari kata romantis. Padahal banyak tempat yang menjual Expresso seperti ini dan mengapa selalu kedai ini yang menjadi pilihanmu?
Kau menyukai kesederhanaan, begitulah dirimu. Tidak menyukai kemewahan yang menjadi incaran gadis pada umumnya, begitu alasanku menyukai dirimu selama ini. Kau terlahir dari orang tua yang bisa dibilang mampu memberikan semua keinginanmu, tetapi kau selalu bekerja keras mengumpulkan uang untuk membeli semua keinginanmu, lagi-lagi itu yang membuatku menyukaimu. Senyummu manis, bahkan seringkali kau memberikan senyuman itu kepada orang-orang yang membutuhkan semangat darimu, kau mempunyai jiwa sosial yang sangat tinggi, dan itu alasanku tertarik padamu waktu itu.
Aku jadi teringat, hari pertama kita bertemu di SMA. Waktu itu kau masih harus mengikuti Masa Orientasi Siswa, dan kebetulan waktu itu aku salah satu panitianya. Kau bertanya kepadaku dimana Aula untuk MOS, dan aku yang menghantarkanmu menuju aula. Selama perjalanan tidak ada percakapan diantara kita, kau berjalan dibelakangku seperti orang awam pada umumnya. Aku sempat melihat bet kecil di sebelah kiri bajumu, bet nama yang bertuliskan Cantika Aulia P. dan sesaat kita telah sampai di aula aku bertanya kepadamu, apakah aku boleh berkenalan dan kau mengiyakan dengan senyuman pertama yang selalu ku ingat hingga saat ini.
"Namaku Satria" ucapku sambil menjulurkan tangan kananku yang disambut jabatan tanganmu.
"Namaku Cantika Aulia Putri, kak." Jawabnya dengan senyuman malu. kemudian kau meminta maaf kepadaku untuk masuk kedalam aula karna sebentar lagi acara akan dimulai, dan aku mengiyakanmu. Kau meninggalkanku dengan senyuman cantikmu, senyuman yang dapat membuat semua orang meleleh ketika melihatnya. Cantika, nama yang cantik seperti gadis yang memiliki nama itu.
Semenjak hari itu, aku selalu memperhatikanmu. Kita bertemu di lorong sekolah dan saling menyapa layaknya kakak kelas dan adik kelas pada umunya, bertemu dikantin saat jam istirahat ataupun tak sengaja keluar gerbang bersamaan saat pulang sekolah. Teman-temanku mengira bahwa aku menyukainya, dapat dilihat dari cara menatapku kepadanya. Tapi aku tak percaya bahwa aku menyukainya, aku hanya tertarik kepadanya.
Waktu itu kau mendaftar sebagai anggota OSIS, aku senang saat melihat formulirmu yang mengajukan diri menjadi calon anggota OSIS periode baru. Aku sempat berfikir, kalau kau diterima oleh kami semua, bakal sering aku melihat senyummu itu, mungkin juga kita dapat bekerja sama saat ada acara penci ataupun acara osis lain. Aku sangat senang hari itu.
Seleksi calon anggota osis periode baru berlangsung selama tiga hari, dan aku selalu memberikan semangat kepadamu, Hanya padamu. Entah kenapa sikapku menjadi aneh saat denganmu, begitu kata temanku dan teman-temanku osis yang lain mengiyakan. Aku bersikap dingin kepada calon anggota osis periode baru, tetapi tidak untuk cantika, aku bersikap lembut kepadanya.
Fikiranku dan harapanku ternyata benar, atas rapat yang cekup panjang waktu itu, kau diterima menjadi anggota osis periode baru. Aku sangat senang waktu itu, hingga tak sadar aku bersikap aneh, sikap yang bukan sikapku dihari-hari biasa. Aku sangat bahagia.
Aku ingat betul pada hari itu, senin tanggal 28 juli tahun 2014 aku meminta nomer dan ID Linemu, awalnya kau tak mau memberi tetapi aku meyakinkanmu bahwa itu untuk aku masukan kedalam Grup osis di Line. Kau percaya dan memberikannya kepadaku lalu aku meminta ijin kepadamu apakah aku boleh chat kamu atau tidak dan kau menjawab boleh. Hatiku menjadi berdetak lebih cepat waktu itu, mungkin rona merah mulai singgah diwajahku, lagi-lagi aku sangat bahagia.